Wednesday, September 25, 2024

Energi, Waktu, dan Perjalanan Waktu: Memahami Keteraturan Semesta dari Sudut Pandang Energi


Dunia yang kita huni dipenuhi oleh misteri yang tersembunyi dalam pola-pola yang tampaknya acak. Namun, di balik ketidakberaturan tersebut, ada keteraturan dalam skala yang lebih besar, salah satunya adalah angka Fibonacci. Angka ini merupakan pola matematika yang sering kali ditemukan di berbagai aspek alam, mulai dari susunan daun, spiral galaksi, hingga struktur DNA. Hal ini menggambarkan bahwa semesta mengikuti pola keteraturan yang kadang tidak kasatmata.

Jika kita mengamati alam semesta lebih dalam, kita akan menemukan satu hukum universal yang mengatur segala sesuatu: hukum kekekalan energi. Energi tidak bisa diciptakan atau dimusnahkan; ia hanya dapat berubah wujud atau berpindah tempat. Inilah landasan dari semua proses alam yang kita kenal, dari gerakan planet hingga aktivitas sehari-hari manusia. Lebih menarik lagi, konsep energi ini tidak hanya terbatas pada benda fisik atau kekuatan mekanis; ia juga bisa diterapkan pada waktu.

Waktu sebagai Energi

Waktu, menurut teori ini, dapat dilihat sebagai bentuk lain dari energi. Setiap detik yang berlalu adalah bagian dari perjalanan energi yang bergerak dalam dimensi yang kita sebut waktu. Jika energi kekal, maka waktu juga mengikuti prinsip yang sama: tidak dapat dihancurkan, hanya berubah atau bergerak maju. Ini menimbulkan pertanyaan menarik: jika waktu adalah energi, mungkinkah kita dapat melakukan perjalanan melaluinya?

Konsep Perjalanan Waktu (Time Travel)

Dari sudut pandang fisika modern, perjalanan waktu sering kali dianggap spekulatif. Namun, jika kita memahami waktu sebagai salah satu manifestasi energi, gagasan ini menjadi lebih mungkin. Jika energi tidak bisa diciptakan atau dimusnahkan, setiap aktivitas, peristiwa, atau tindakan di alam semesta meninggalkan jejak energi yang tak terhapuskan. Jejak energi inilah yang menyimpan memori bentuk atau keadaan sebelumnya. Artinya, dalam setiap benda, dalam setiap tempat, ada memori energi dari masa lalu yang tetap ada di sana.

Sebagai contoh, saat kita bergerak atau berbicara, kita mengeluarkan energi. Energi ini berpindah dan berinteraksi dengan lingkungan di sekitar kita—batu, air, udara, dan benda lainnya. Meskipun tubuh kita terus bergerak maju dalam waktu, energi yang kita lepaskan tetap ada di dunia ini, menyimpan memori bentuk dan keadaan kita pada saat itu.

Jika kita bisa menemukan cara untuk “membaca” energi ini, kita bisa mengakses memori dari masa lalu. Misalnya, energi yang terlepas dari manusia bisa tersimpan di batu atau udara sekitarnya, seperti kartu memori yang menyimpan informasi. Melalui teknologi yang mampu memproses energi ini, mungkin suatu saat kita bisa membaca ulang jejak energi dari masa lalu—seolah-olah kita melihat kembali kejadian yang telah berlalu.

Melihat Masa Lalu Melalui Energi

Dalam banyak kebudayaan, ada gagasan bahwa benda-benda tertentu dapat “menyimpan” memori. Batu-batu purba, pepohonan tua, atau air di sungai-sungai dianggap sebagai saksi bisu dari peristiwa masa lalu. Secara ilmiah, ini mungkin ada benarnya. Jika kita mampu mengembangkan teknologi yang dapat mengakses energi yang tersimpan dalam benda-benda ini, kita bisa, secara teori, melihat kembali kejadian-kejadian di masa lalu.

Namun, ini menimbulkan dilema: jika kita bisa mengakses masa lalu melalui energi, apakah kita juga bisa melihat masa depan? Seperti memori yang terlepas dari masa lalu, energi juga bergerak menuju masa depan. Akan tetapi, prediksi masa depan lebih sulit karena masa depan belum terbentuk sepenuhnya—hanya potensinya yang ada. Sama halnya dengan gempa bumi yang bisa diprediksi melalui pola-pola energi di bawah permukaan tanah, mungkin suatu hari kita bisa membaca pola-pola energi untuk memprediksi peristiwa yang akan datang.

Masa Depan: Sebuah Memori yang Terwujud

Menariknya, konsep ini mengarah pada gagasan bahwa masa depan sebenarnya sudah ada dalam bentuk potensi yang ditentukan oleh peristiwa-peristiwa di masa lalu. Dalam perspektif ini, masa depan bukanlah sesuatu yang belum tercipta, melainkan sesuatu yang sedang menunggu untuk terungkap, seperti buah dari benih yang sudah ditanam di masa lalu.

Kita hidup dalam aliran waktu yang terbatas, bergerak maju dari satu momen ke momen berikutnya. Namun, dari sudut pandang di luar semesta, mungkin waktu tidak berjalan secara linear. Mungkin masa depan dan masa lalu adalah dua sisi dari koin yang sama, terhubung oleh energi yang menggerakkan alam semesta. Tuhan, atau entitas di luar dimensi kita, mungkin melihat seluruh aliran waktu secara simultan, sementara kita, sebagai makhluk yang terikat oleh dimensi ruang dan waktu, hanya mampu melihat sepotong kecil dari kenyataan ini.

Kesimpulan

Energi adalah dasar dari segala hal di alam semesta, termasuk waktu. Jika kita memahami waktu sebagai energi yang bergerak dan berubah wujud, konsep perjalanan waktu tidak lagi menjadi sekadar fiksi ilmiah. Setiap peristiwa yang terjadi meninggalkan jejak energi yang mungkin suatu saat bisa diakses kembali, memungkinkan kita untuk "melihat" masa lalu. Sementara itu, masa depan mungkin sudah ada, tetapi hanya sebagai potensi yang terbentuk dari tindakan-tindakan di masa lalu.

Dengan demikian, masa lalu, masa kini, dan masa depan semuanya terhubung oleh energi yang kekal, yang terus bergerak dan menggerakkan segalanya. Kita, sebagai manusia, adalah bagian dari siklus energi ini, dan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, kita mungkin suatu saat dapat memahami lebih dalam tentang cara energi membentuk realitas kita—termasuk waktu.

Friday, August 2, 2024

Eksplorasi Pemikiran Tentang Alien dan Implikasinya terhadap Kepercayaan


Skeptisisme sering kali menjadi penghalang utama dalam menerima konsep-konsep baru, terutama yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak dapat dibuktikan secara langsung atau rasional. Banyak orang, termasuk saya pada masa lalu, merasa sulit untuk percaya pada ide-ide seperti keberadaan alien, hanya karena tidak ada bukti konkret yang mendukungnya. Namun, apakah penemuan alien akan menggoyahkan kepercayaan kita terhadap Tuhan? Dalam artikel ini, kita akan membahas evolusi pemikiran saya mengenai alien dan bagaimana hal ini dapat mempengaruhi atau bahkan memperdalam kepercayaan kita terhadap Tuhan.

Perubahan Perspektif

Awalnya, saya termasuk dalam kelompok skeptis yang meragukan adanya kehidupan di luar bumi. Keyakinan saya yang kuat pada ajaran agama, yang menganggap bumi sebagai satu-satunya tempat kehidupan yang diberkati oleh Tuhan, membuat saya sulit untuk membayangkan adanya makhluk extraterestrial. Ajaran agama menyebutkan bahwa bumi adalah pusat penciptaan dan kehidupan, seperti dalam narasi spiritual yang menyatakan bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu dalam enam hari dan kemudian beristirahat pada hari ketujuh.

Namun, seiring berjalannya waktu, pandangan saya mulai berubah. Saya terpengaruh oleh film-film kartun seperti Dragon Ball dan Sailor Moon, yang menggambarkan makhluk luar angkasa. Kemudian, film-film seperti District Nine, Avatar, Transformers, dan Alien vs Predator memperluas pandangan saya tentang kemungkinan adanya kehidupan di luar bumi. Film-film ini bukan hanya hiburan, tetapi juga memicu rasa ingin tahu saya tentang kemungkinan adanya makhluk extraterestrial.

Contoh nyata dari minat terhadap alien dapat ditemukan dalam penelitian astronomi dan astrobiologi. Proyek seperti SETI (Search for Extraterrestrial Intelligence) mencari sinyal dari luar angkasa yang dapat menunjukkan adanya peradaban cerdas di planet lain. Dalam penelitian ini, astronom mencoba mendeteksi sinyal radio atau komunikasi dari makhluk asing, meskipun hingga saat ini, belum ada temuan yang pasti.

Keberadaan Tuhan dan Alien

Sekarang, mari kita pertimbangkan bagaimana penemuan alien dapat mempengaruhi kepercayaan kita terhadap Tuhan. Ada beberapa perspektif yang bisa diambil:

  1. Alien Sebagai Bagian dari Ciptaan Tuhan

Jika alien benar-benar ada, mereka tetap merupakan bagian dari ciptaan Tuhan. Konsep ini bisa memperdalam pemahaman kita tentang kekuasaan Tuhan yang lebih luas dan kompleks. Tuhan, dalam pandangan banyak agama, adalah pencipta segalanya. Oleh karena itu, kehidupan di luar bumi juga merupakan bagian dari rencana-Nya yang lebih besar.

Sebagai contoh, jika kita menemukan bahwa alien memiliki teknologi yang jauh lebih maju daripada kita, hal ini bisa dianggap sebagai bagian dari penciptaan Tuhan yang lebih besar. Aliens ini mungkin telah mengalami evolusi dan pengembangan yang berbeda, tetapi mereka tetap berada di bawah kekuasaan dan ciptaan Tuhan.

  1. Penguatan Kepercayaan Melalui Penemuan Baru

Penemuan alien tidak harus mengurangi kepercayaan kita terhadap Tuhan. Sebaliknya, penemuan ini bisa memperkuat dan memperluas pandangan kita tentang kekuasaan Tuhan. Misalnya, jika kita menemukan bahwa kehidupan di luar bumi berkembang dengan cara yang sangat berbeda, ini bisa menunjukkan betapa kreatif dan luasnya kekuatan Tuhan dalam menciptakan berbagai bentuk kehidupan.




Kemungkinan Kewujudan Alien

Mari kita pertimbangkan beberapa kemungkinan mengenai keberadaan alien:

  1. Sumber Energi Baru

Alien mungkin mencari sumber energi baru karena planet mereka mengalami keterbatasan sumber daya. Misalnya, dalam fiksi ilmiah seperti film Avatar, kita melihat bagaimana makhluk luar angkasa mencari mineral langka untuk kebutuhan energi mereka. Dalam dunia nyata, pencarian untuk energi alternatif dan bahan-bahan berharga di planet lain adalah area penelitian yang serius. Misalnya, NASA dan badan antariksa lainnya mempertimbangkan potensi sumber daya di bulan dan asteroid.

  1. Koloni Baru

Alien mungkin ingin membentuk koloni baru di planet lain. Dalam film Transformers, kita melihat bagaimana robot dari luar angkasa mencari tempat baru untuk membangun koloni mereka. Konsep ini juga dapat diterapkan pada penelitian ilmiah tentang kemungkinan kolonisasi planet lain oleh manusia. Jika peradaban alien sudah maju, mereka mungkin ingin memperluas keberadaan mereka ke planet lain yang layak huni.

  1. Penelitian dan Eksperimen

Ada kemungkinan bahwa alien melakukan penelitian atau eksperimen untuk menciptakan kehidupan baru. Dalam film Prometheus, alien melakukan eksperimen genetika untuk menciptakan bentuk kehidupan baru. Meskipun ini adalah fiksi ilmiah, konsep ini mencerminkan ide bahwa peradaban yang sangat maju mungkin memiliki kemampuan untuk memanipulasi dan menciptakan kehidupan dengan cara yang sangat canggih.

Penutup

Menemukan kehidupan di luar bumi tidak perlu menggoyahkan kepercayaan kita terhadap Tuhan. Sebaliknya, penemuan ini bisa memperdalam pemahaman kita tentang kekuasaan dan kebesaran Tuhan. Dalam perjalanan penjelajahan antariksa dan perkembangan teknologi, kita mungkin akan menemukan jawaban yang lebih jelas tentang kehidupan di luar bumi. Namun, penting untuk diingat bahwa kepercayaan terhadap Tuhan dapat tetap utuh dan bahkan diperkuat melalui penemuan baru.

Dengan pemikiran ini, kita dapat memandang penemuan alien sebagai kesempatan untuk memperluas pandangan kita tentang penciptaan dan kekuatan Tuhan. Seiring berjalannya waktu, kita mungkin akan menemukan bahwa Tuhan, dalam kebesaran-Nya, menciptakan kehidupan di seluruh penjuru alam semesta, dan bahwa semua makhluk, baik di bumi maupun di luar angkasa, merupakan bagian dari ciptaan-Nya yang lebih besar.





_Salam Keseimbangan Antar Ciptaan.

Kisah Invasi Terselubung Agartha - Joko Anwar's Nightmares and Daydreams

Di kedalaman bumi, tersembunyi sebuah peradaban kuno yang dikenal sebagai Agartha. Bangsa ini telah hidup dalam damai selama ribuan tahun, menjaga keseimbangan alam bawah tanah yang kaya akan sumber daya energi. Minyak bumi, geo thermal, lithium, dan uranium adalah kekayaan alam yang menjadi tulang punggung kehidupan mereka.

 Tanpa disadari oleh penghuni permukaan bumi, manusia mulai mengeksploitasi sumber daya alam dalam bumi. Penambangan dan pengeboran tak terkendali menjadi penyebab utama pencurian energi dari Agartha. Bangsa Agartha yang awalnya diam melihat eksploitasi ini, berharap bahwa manusia permukaan akan segera menyadari kesalahannya.

Namun, harapan itu hancur ketika kerusakan serius mulai terjadi di dalam bumi. Kehidupan Agartha terganggu, dan keseimbangan alam mereka mulai runtuh. Menyadari ancaman yang semakin besar, para pemimpin Agartha mengadakan pertemuan darurat untuk memutuskan tindakan selanjutnya.

Diputuskanlah untuk melakukan invasi terselubung ke permukaan bumi. Para Aghartan perlahan naik ke permukaan dengan misi untuk menghentikan pencurian energi mereka. Mereka beradaptasi dengan kehidupan di dunia atas, menikmati udara segar, sinar matahari yang hangat, dan pemandangan yang indah. Beberapa dari mereka mulai berpikir untuk tinggal lebih lama di dunia permukaan.

Di sinilah muncul ide untuk menduduki dunia permukaan secara perlahan. Para Aghartan menyusup ke dalam sistem pemerintahan dan menjadi elite bumi permukaan, berusaha mengendalikan ras manusia. Namun, usaha mereka tidak berjalan mulus. Manusia bumi permukaan tidaklah sendirian. Ada Ras Manusia Langit, makhluk dengan kekuatan dan teknologi luar biasa, yang tinggal di puncak-puncak gunung suci yang keramat. Mereka menyembunyikan kerajaan mereka dengan awan tebal agar tidak diketahui oleh manusia bumi permukaan, serta memantau keadaan manusia permukaan secara periodik.


Di puncak-puncak gunung suci yang menjulang tinggi, tersembunyi di balik awan-awan tebal, hidup Ras Manusia Langit. Mereka adalah makhluk-makhluk cerdas yang memiliki perawakan kecil dan pendek, namun gerakan mereka anggun dan lincah. Rambut mereka lurus dan berwarna pirang keemasan, bersinar di bawah sinar matahari. Kulit mereka berwarna kuning langsat, memberikan kesan hangat dan penuh keanggunan. Mata mereka, dengan iris berwarna kuning terang, Meskipun fisik mereka tampak lembut, jangan terkecoh; mereka memiliki kekuatan dan teknologi yang jauh melampaui manusia permukaan, sebuah teknologi pengendalian pikiran, manipulasi alam bawah sadar manusia.

Sementara itu, di di dalam gelapnya bumi bawah, hidup bangsa Agarthan yang memiliki fisik sangat berbeda. Postur tubuh mereka lebih kokoh dengan lengan dan kaki yang kuat, menunjukkan kekuatan fisik hebat. Kuku mereka keras dan tajam, Hidung mereka besar dengan lubang hidung yang lebar, memungkinkan mereka bernapas dengan mudah di lingkungan bawah tanah yang bertekanan tinggi. Kulit mereka memiliki lapisan tebal mirip sisik raptil, rambut mereka tipis dan rapuh. Mata mereka berwarna hijau terang dengan pupil yang besar, dapat melihat di dalam gelap. Kulit mereka putih pucat karena jarang terpapar sinar matahari, kekuatan mereka adalah mampu berubah wujud dengan menanggalkan lapisan kulit luar mereka.


Namun, ada rahasia yang lebih gelap di balik konflik ini. Bagi kedua ras, manusia permukaan bukanlah sekadar penghuni planet yang sama, tetapi komoditas yang sangat berharga. Di balik sel darah merah manusia, tersembunyi sebuah rahasia semesta yang hanya diketahui oleh Ras Manusia Langit dan Agarthan. Molekul dan atom penyusun sel darah merah manusia mempunyai kegunaan luar biasa sebagai serum awet muda. Serum ini bisa dipanen ketika manusia berada dalam keadaan terancam, saat adrenalin memenuhi segenap aliran darah mereka. Pada saat inilah cairan kental yang mengandung sumber keabadian itu siap dipanen dan diekstraksi.

Ketegangan semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Para pemimpin dunia saat ini, tanpa disadari oleh publik, terjebak dalam permainan catur geopolitik yang rumit antara Agartha dan Ras Manusia Langit. Pemerintah di berbagai negara mulai menyadari adanya kekuatan tersembunyi yang mempengaruhi keputusan penting. Beberapa pemimpin dunia, yang berusaha mencari kebenaran, menemukan bukti keberadaan dua kekuatan ini.

Situasi ini memicu perang dingin modern. Aliansi dan perjanjian rahasia terbentuk antara negara-negara yang menyadari adanya dua kekuatan ini. Informasi mengenai Agartha dan Ras Manusia Langit disebarkan secara terbatas kepada pemimpin-pemimpin dunia terpilih. Namun, publik masih tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di balik layar.

Pemimpin dunia menghadapi dilema besar. Apakah mereka harus bekerja sama dengan Agartha untuk menjaga keseimbangan sumber daya energi atau mengandalkan Ras Manusia Langit untuk mempertahankan kontrol atas peradaban manusia? Dalam pertemuan rahasia di tempat yang tidak diketahui, para pemimpin dunia bertemu untuk mengambil keputusan akhir yang akan menentukan nasib umat manusia.

Konflik kepemilikan ini terus berlanjut, dengan masing-masing pihak mencoba mengamankan kepentingan mereka. Di tengah ketidakpastian ini, manusia permukaan tetap menjalani kehidupan sehari-hari tanpa menyadari adanya konspirasi besar di balik keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi masa depan mereka. Namun, ada satu kenyataan pahit yang tersimpan rapi: baik Agartha maupun Ras Manusia Langit tidak ingin kehilangan "ternak" mereka. Kehilangan sumber keabadian mereka berarti kehilangan keberlangsungan hidup mereka. Konflik, pertikaian, dan peperangan ini sengaja diciptakan dan dipelihara, memastikan manusia permukaan tetap dalam keadaan terancam, sehingga adrenalin yang mengalir deras membuat darah mereka siap dipanen. Dengan demikian, kedua ras ini dapat terus menikmati keabadian mereka, sementara manusia permukaan hanya menjadi komoditas dalam permainan besar yang tidak pernah mereka ketahui.


#Agartha #UndergroundCivilization #HiddenWorld #AncientMystery #SubterraneanLife #SecretSociety #Mythology #Legends #MagmaIllumination #InnerEarth #AgarthanPeople #MysticalRealms #AncientSecrets #EsotericKnowledge #HiddenHistory #AdvancedCivilizations #EarthsCore #MysteriousWorlds #FantasyLore #DeepEarth

Thursday, July 7, 2016

Muara Jiwaku

Perjalanan hidup manusia sering kali diibaratkan seperti aliran sungai yang mengalir dari pegunungan terjal menuju laut yang luas. Seperti air yang mengalir tanpa bisa memilih sungai mana yang akan membawanya, manusia pun sering kali terhanyut dalam arus kehidupan yang tak bisa diprediksi. Aliran sungai ini penuh dengan liku-liku, riak-riak, dan rintangan yang menantang, namun air tetap tenang dalam perjalanannya, mengajarkan kita tentang ketenangan dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.

Bayangkan sebuah sungai yang mengalir dari puncak pegunungan, di mana airnya jernih dan segar. Di awal perjalanannya, air mengalir dengan tenang, mengikuti alur sungai yang membentuk liku-liku seperti liukan ular. Sungai ini menggambarkan masa-masa awal kehidupan manusia yang penuh dengan harapan dan kebahagiaan. Seperti anak kecil yang polos dan penuh dengan rasa ingin tahu, air sungai ini menyegarkan dan membawa kehidupan bagi segala yang disentuhnya. Masa-masa ini adalah saat manusia belajar, bermain, dan mulai memahami dunia di sekitarnya.

Namun, seperti halnya sungai yang harus mengalir melalui berbagai rintangan, manusia juga harus menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya. Seiring waktu, aliran sungai menjadi lebih deras, bertemu dengan bebatuan tajam yang sering kali membenturkan air ke segala arah. Bebatuan ini adalah metafora dari kesulitan dan penderitaan yang dihadapi manusia. Air mungkin terombang-ambing, bahkan terkadang terpecah menjadi ribuan tetes kecil, namun ia tetap tenang dan terus mengalir. Seperti air, manusia harus belajar untuk tetap tenang meskipun hatinya berguncang, menjalankan perjalanan panjangnya dengan tekad yang kuat.

Saat air mengalir lebih jauh, ia bertemu dengan berbagai hambatan seperti batang pohon tumbang, pasir yang mengendap, dan kotoran yang terbawa arus. Hambatan-hambatan ini menggambarkan masalah dan tantangan yang lebih kompleks dalam kehidupan manusia. Kadang-kadang, masalah ini tampak begitu besar sehingga seolah-olah air tidak akan pernah bisa melaluinya. Namun, air selalu menemukan cara untuk terus mengalir, entah dengan mengalir di sekitarnya, meresap ke dalam tanah, atau bahkan membentuk alur baru.

Ada kalanya air menemukan jalan yang terputus, sebuah tantangan besar yang mengharuskannya melompati tebing tinggi. Tubuh air menghujam keras ditadahi bebatuan di dasar pendaratannya, dan tak cuma sekali dia terima. Ini menggambarkan saat-saat dalam kehidupan manusia di mana ia harus menghadapi keputusan besar dan berani mengambil risiko. Terjun dari tebing tinggi adalah simbol dari keberanian untuk menghadapi ketidakpastian dan ketakutan yang sering kali melanda. Setiap lompatan dari tebing adalah kesempatan bagi air untuk mengalami perubahan besar, sering kali meninggalkan bagian lama dari dirinya dan membentuk yang baru.

Namun, setiap kali air terjun menuruni tebing, ia menemukan cara untuk bangkit kembali dan melanjutkan perjalanannya. Begitu pula manusia, setiap kali terjatuh, harus mampu bangkit kembali dan melanjutkan perjuangannya. Meskipun perjalanan ini penuh dengan kesulitan dan penderitaan, ada keyakinan bahwa semua rintangan ini akan membentuk karakter dan kekuatan dalam diri. Seperti air yang mengalir semakin deras dan kuat, manusia pun semakin bijaksana dan tangguh dengan setiap cobaan yang dihadapinya.

Dalam perjalanan ini, air juga bertemu dengan sungai-sungai lain, bergabung dan membentuk aliran yang lebih besar dan lebih kuat. Pertemuan ini melambangkan hubungan antarmanusia, di mana setiap individu membawa pengalaman dan pengetahuannya sendiri, bersatu untuk menghadapi tantangan hidup bersama-sama. Aliran sungai yang lebih besar ini membawa lebih banyak kehidupan, memberikan nutrisi dan kesuburan bagi tanah yang dilaluinya. Ini mengingatkan kita bahwa hubungan sosial dan kolaborasi adalah kunci untuk menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan.

Pada akhirnya, air akan bermuara di laut, tempat semua aliran sungai menghentikan lajunya. Laut adalah simbol dari akhir perjalanan hidup manusia, yaitu kematian. Semua kehidupan, betapapun panjang dan berliku perjalanannya, akan berakhir pada satu titik yang sama. Namun, laut juga merupakan simbol dari asal muasal segala sesuatu, tempat dari mana semua air di bumi bermula. Laut adalah Tuhan, sumber dari segala kehidupan tercipta, tempat segala yang hidup akan kembali.

Laut yang luas dan dalam ini melambangkan Tuhan, yang Maha Besar dan Maha Mengetahui. Seperti halnya air yang kembali ke laut, manusia yang diibaratkan sebagai peziarah akan kembali kepada Tuhan, menemukan kedamaian dan kebebasan yang sejati. Perjalanan ini adalah pencarian jalan pulang kepada Tuhan, di mana setiap rintangan, cobaan, dan penderitaan menjadi bagian dari proses penyucian dan pemurnian jiwa. Laut bukan hanya akhir dari perjalanan, tetapi juga awal dari segalanya, tempat di mana kehidupan dimulai dan berakhir.

Dalam pandangan spiritual, perjalanan sungai menuju laut adalah sebuah proses penyatuan dengan Tuhan yang sempurna. Air yang mengalir dengan sabar dan tenang, melewati berbagai rintangan dan tantangan, adalah gambaran dari jiwa manusia yang berusaha mencapai kesempurnaan dan kedamaian abadi. Laut yang tenang dan luas adalah tujuan akhir dari perjalanan ini, tempat di mana jiwa manusia menemukan ketenangan dan kedamaian sejati.

Penyatuan dengan Tuhan adalah tujuan tertinggi dari kehidupan manusia. Seperti air yang tak pernah berhenti mengalir menuju laut, jiwa manusia pun selalu mencari jalan untuk kembali kepada Tuhan. Dalam penyatuan yang sempurna ini, manusia menemukan makna sejati dari keberadaannya, menjadi satu dengan sumber segala kehidupan, menikmati kedamaian abadi dalam pelukan Tuhan. Ini adalah perjalanan yang penuh dengan makna spiritual, sebuah perjalanan suci yang membawa kita kembali kepada asal mula kita, tempat kita berasal dan tempat kita akan kembali.

Perjalanan ini mengajarkan kita bahwa setiap rintangan dan cobaan adalah bagian dari proses yang harus kita lalui untuk mencapai kedamaian dan kebebasan sejati. Setiap tetes air yang jatuh, setiap lompatan dari tebing, setiap benturan dengan bebatuan adalah bagian dari perjalanan yang lebih besar menuju penyatuan dengan Tuhan. Dalam perjalanan ini, kita belajar untuk tetap tenang, berani, dan terus maju, mengetahui bahwa setiap langkah membawa kita lebih dekat kepada tujuan akhir kita.

Dengan demikian, perjalanan hidup manusia adalah sebuah pencarian yang terus-menerus untuk menemukan jalan pulang kepada Tuhan. Seperti air yang mengalir tanpa henti menuju laut, jiwa manusia pun selalu mencari jalan untuk kembali kepada sumber segala kehidupan. Dalam pencarian ini, kita menemukan makna sejati dari kehidupan kita, menjadi satu dengan Tuhan, menikmati kedamaian abadi dalam pelukan-Nya. Ini adalah perjalanan suci yang membawa kita kembali kepada asal mula kita, tempat kita berasal dan tempat kita akan kembali, dalam penyatuan yang sempurna dengan Tuhan.

 

Tuesday, February 3, 2015

Selamat Natal?? Oooww yaaa? Seperti itu...!!! Lalu ??


Saat Natal 2014 tiba, saya merasa terjebak dalam perasaan yang aneh. Biasanya, semangat Natal membuat saya ingin menghabiskan pulsa SMS atau telepon untuk mengucapkan "Selamat Natal" kepada teman, keluarga, atau rekan kerja yang merayakan hari kelahiran Yesus Kristus pada 25 Desember. Namun tahun ini, saya tidak memiliki dorongan yang sama.

Bukan berarti saya menjadi acuh tak acuh terhadap Natal. Perasaan saya berubah tahun ini, dan dorongan untuk berpartisipasi dalam kegiatan tradisional yang saya lakukan setiap tahun tampaknya memudar. Saya merasa terputus dari perayaan yang sebelumnya membuat saya bersemangat dan penuh energi.

Saat saya mengamati sekitar, saya sadar bahwa yang paling diuntungkan dari keramaian Natal ini tampaknya adalah penyedia layanan telekomunikasi. Mereka akan meraup keuntungan besar dari lonjakan komunikasi selama musim liburan. Keberhasilan bisnis mereka pada Natal sangat bergantung pada volume SMS dan panggilan telepon, menjadikan mereka pemenang terbesar dari perayaan ini.

Di pusat-pusat perbelanjaan dan toko-toko di kota saya, suasananya semakin meriah dengan atribut Natal—pohon Natal yang berkilauan, topi merah dengan pom-pom putih, bando tanduk rusa, syal merah dan hijau, serta berbagai fashion Natal yang glamor tertata rapi di jendela-jendela toko. Pemandangan ini sangat mencolok dan terasa seperti pertunjukan besar.

Namun, saya mulai bertanya-tanya, apakah inilah Natal yang sebenarnya? Pemandangan kemegahan ini membuat saya mempertanyakan apakah semua ini memiliki makna yang lebih dalam, ataukah hanya sekadar pertunjukan yang mengesankan mata tetapi kosong makna.

Makna yang Sebenarnya

Dalam keheningan malam, di tengah hiruk-pikuk musik Natal yang keras dan tepuk tangan lelah dari kerumunan yang sudah jenuh dengan perayaan berulang, saya mulai merenungkan: apakah ini benar-benar Natal? Siapa atau apa yang sebenarnya kita rayakan? Apakah kita merayakan formalitas atau spiritualitas? Keriuhan atau kesadaran?

Mari kita kembali ke sekitar tahun keempat sebelum Masehi. Bayangkan Maria, ibu Yesus, yang berjuang mencari tempat untuk melahirkan. Maria dan tunangannya, Yusuf, tidak menemukan tempat yang layak untuk melahirkan Yesus. Mereka tidak disambut dengan musik yang keras atau pakaian mahal. Tidak ada dekorasi mewah untuk kelahiran Yesus. Bayi Yesus hanya disambut oleh para gembala, hewan ternak, dan dibaringkan di palungan tempat makan ternak.

Saya membayangkan suasana tersebut sangat sederhana dan keras. Penerangan minimal hanya berasal dari api yang redup, dan ketidaknyamanan saat itu—gigitan nyamuk, gatalnya jerami di kulit, dan bau kotoran hewan—sangat kontras dengan kemewahan yang sering kita asosiasikan dengan Natal saat ini.

Irama Perayaan Modern

Melihat bagaimana banyak uang dihabiskan dan makna sejati Natal sering kali dilupakan, saya merasa bahwa kita mungkin menjadi orang-orang yang munafik. Natal bukanlah tentang musik yang indah, pujian yang megah, atau khotbah yang berapi-api. Natal bukanlah tentang dekorasi yang mewah, baju baru, atau perhiasan mahal. Natal bukanlah tentang door prize yang mahal atau berapa banyak uang yang kita habiskan untuk perayaan ini.

Natal seharusnya tidak hanya diukur dari seberapa banyak yang kita belanjakan atau seberapa megah perayaan kita. Esensi Natal terletak pada semangat yang lebih dalam—sebuah panggilan untuk menghadirkan kedamaian, cinta, dan kebaikan dalam hidup kita. Tanpa memahami dan menerapkan semangat kelahiran Yesus dalam diri kita, kita belum benar-benar merayakan Natal.

Yesus tidak memerlukan nyanyian yang indah, pakaian yang bagus, tarian yang memukau, atau perayaan yang mewah. Apa yang Yesus inginkan adalah umat manusia untuk membawa damai, kebahagiaan, dan kebaikan kepada semua orang, terlepas dari agama atau kepercayaan mereka.

Refleksi Pribadi dan Kritik Terhadap Konsumerisme

Ketika saya memikirkan Natal, saya tidak bisa tidak merasa bahwa perayaan ini telah mengalami perubahan besar dari makna aslinya. Natal seharusnya menjadi waktu untuk introspeksi dan perenungan, bukan hanya sekadar waktu untuk belanja dan pesta. Dalam masyarakat modern, perayaan Natal sering kali dipenuhi dengan konsumerisme yang berlebihan. Iklan-iklan Natal menghiasi televisi dan media sosial, mempromosikan barang-barang mewah yang seolah-olah menjadi esensi dari perayaan tersebut.

Kita hidup di dunia di mana komersialisasi Natal sering kali mengalihkan fokus dari makna spiritualnya. Kita dikelilingi oleh tekanan untuk membeli hadiah mahal, menghias rumah dengan dekorasi yang glamor, dan merayakan dengan pesta yang megah. Semua ini bisa menjadi distraksi dari esensi sebenarnya dari Natal.

Saya juga mulai mempertanyakan apakah perayaan Natal yang mewah ini benar-benar mencerminkan nilai-nilai yang diajarkan oleh Yesus. Apakah kita menghabiskan begitu banyak waktu dan uang untuk mengkonsumsi dan merayakan, sementara esensi sejatinya—kedamaian, cinta, dan kebaikan—sering kali terlupakan?

Natal seharusnya menjadi waktu untuk memperbaiki hubungan, berbuat baik kepada orang lain, dan menunjukkan kasih sayang. Alih-alih membuang-buang uang untuk barang-barang yang tidak benar-benar diperlukan, kita harus lebih fokus pada bagaimana kita dapat memberikan dampak positif dalam hidup orang lain.

Pembelajaran dari Sejarah Natal

Mari kita renungkan kembali latar belakang historis dari Natal. Kelahiran Yesus Kristus terjadi dalam kondisi yang sangat sederhana dan penuh kesulitan. Maria dan Yusuf menghadapi tantangan besar dalam mencari tempat untuk melahirkan. Mereka tidak mendapatkan fasilitas yang layak atau penyambutan yang meriah. Sebaliknya, mereka menerima kehadiran sederhana dari para gembala dan hewan ternak, serta tempat tidur Yesus di palungan.

Keberadaan Yesus di palungan bukanlah simbol kemewahan, tetapi lebih kepada simbol kesederhanaan dan kerendahan hati. Ini adalah pengingat bahwa nilai-nilai utama Natal bukanlah tentang kemewahan atau materi, tetapi tentang cinta dan pengorbanan.

Menghidupkan kembali semangat kelahiran Yesus berarti kita harus kembali pada nilai-nilai dasar yang mendasari perayaan ini—kasih, damai, dan kebahagiaan. Ini berarti menempatkan fokus pada bagaimana kita dapat menunjukkan kebaikan kepada orang lain dan menjalani kehidupan dengan penuh empati dan rasa syukur.

Menerapkan Semangat Natal dalam Kehidupan Sehari-Hari

Untuk merayakan Natal dengan cara yang bermakna, kita harus memastikan bahwa semangat Natal tercermin dalam tindakan kita sehari-hari. Ini bukan hanya tentang bagaimana kita merayakan pada tanggal 25 Desember, tetapi bagaimana kita menjalani hidup kita sepanjang tahun.

Kita dapat memulai dengan melakukan tindakan kecil tetapi signifikan yang mencerminkan nilai-nilai Natal. Misalnya, kita dapat terlibat dalam kegiatan sukarela, membantu mereka yang kurang beruntung, atau hanya memberikan waktu dan perhatian kepada orang-orang yang kita cintai. Tindakan-tindakan ini adalah cara nyata untuk merayakan Natal dengan makna.

Selain itu, kita juga perlu merenungkan bagaimana kita dapat menyebarkan semangat Natal kepada orang lain. Ini bukan hanya tentang memberikan hadiah, tetapi juga tentang berbagi kebahagiaan, memberikan dukungan, dan menyebarluaskan cinta di sekitar kita.

Natal adalah waktu yang tepat untuk melakukan refleksi diri dan memperbaiki hubungan kita dengan orang lain. Ini adalah kesempatan untuk memaafkan, menyelesaikan konflik, dan memperkuat ikatan dengan keluarga dan teman. Dengan melakukan hal ini, kita tidak hanya merayakan Natal, tetapi juga menyebarkan semangat Natal dalam kehidupan sehari-hari.

Natal sebagai Waktu untuk Perubahan Positif

Kelahiran Yesus adalah simbol perubahan dan pembaharuan. Ini adalah kesempatan untuk memikirkan bagaimana kita dapat melakukan perubahan positif dalam hidup kita dan masyarakat. Natal harus menjadi pengingat bahwa kita memiliki kemampuan untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik melalui tindakan kasih sayang dan kebaikan.

Kita juga harus mempertimbangkan bagaimana kita dapat lebih memperhatikan dan mendukung orang-orang di sekitar kita. Ini mungkin termasuk membantu mereka yang sedang mengalami kesulitan, memberikan dukungan emosional, atau bahkan hanya menawarkan senyuman dan kata-kata yang baik.

Dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa semangat Natal tidak hanya ada selama satu hari dalam setahun, tetapi hidup dalam tindakan kita sepanjang waktu. Ini adalah tentang membuat dampak yang positif dalam hidup orang lain dan memperkuat nilai-nilai yang mendasari perayaan Natal.

Kesimpulan

Natal adalah waktu untuk merayakan lebih dari sekadar tanggal atau perayaan fisik. Ini adalah waktu untuk merenungkan makna yang lebih dalam dari kelahiran Yesus dan bagaimana kita dapat menghidupkan semangat Natal dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dunia yang penuh

Sunday, October 26, 2014

Tuhan dan Alien



Para skeptis, adalah mereka yang tidak mau mempercayai hal-hal apapun yang menurut mereka tidak dapat dipercayai oleh akal pikiran mereka. Skeptis mempunyai sudut pandang tersendiri dalam kenyamanan dalam mempercayai sesuatu. Bahkan pada kenyataannya para kaum skeptis tidak mau mempercayai walaupun kebenaran tersebut benar-benar telah dibuktilan secara otentik.

Pada awalnya saya merupakan, atau tergolong dalam person yang sangat skeptis dengan yang namanya ALIEN. Saya sangat tidak dapat meyakini bahwa alien adalah eksis dan benar-benar ada di dunia material.yang fana ini. Saya cukup mengira, bahwa alien hanya eksis dalam ranah perfileman Hollywood. Saya semenjak kecil sangat kental dan taat akan kisah dan praktik-praktik agama yang saya emban saat ini, dan dalam sistem kepercayaan tersebut saya tidak bisa mempercayai adanya makhluk lain di semesta ini, selain manusia dan makhluk-makhluk di planet bumi.

Dalam pelajaran atau theologi yang saya terima, bahwa bumi merupakan planet yang dirahmati oleh Sang Kuasa, hanya satu-satunya planet yang diberikan berkah olehNya, yaitu berkah adanya kehidupan di dalamnya. Bahkan secara khusus dikisahkan dalam suatu metafora spiritual, dalam salah sayu madah dikisahkan, bahwa penciptaan dengan central di planet bumi ini dilakikan dalam enam hari dan pada hari yang ketujuh, Sang Pencipta beristirahat untuk melakukan Perayaan Sabbath dan menguduskan ciptaanNya.

Dari dogma theologis tersebut, sangat sulit bahkan mustahil saya bisa berpikir akan adanya kehidupan lain, selain di planet bumi. Namun seiring berjalannya waktu, pengetahuan bertambah, begitupula kemampuan untuk pribadiku berpikir juga mengalami evolusi ke tingkat yang lebih baik.

Awalnya saya beranjak dari adanya film cartoon minggu pagi, yaitu: Dragon ball, yang mana mengisahkan bahwa Son-Gokku merupakan makhluk asing berpengetahuan dari planet luar bumi. Adapula Sailor Moon dan prajurit wanita penjaga tata surya "matahari". Selian itu ada serentetan filem yang berdampak sebagai budaya global, yang terindikasi memberikan pencerahan masa bagi yang menontonnya. Bisa dibilang: Distric Nine, Avatar Planet Pandora, Skyline, Jhon Charter, Transformers, Sign, Alien vs Predator, Alien and Cowboy, dan sebagainya.

Dan semakin tertantang lagi untuk belajar dari tulisan-tulisan kuno seperti Enuma Elish dari atefak Banilonia. Ada juga kitab Henokh, buku Urantia, adanya paham agama baru yang bernama Realianisme, yang mempercayai akan keberadaan Alien. Dan rasa penasaranku akan adanya bangunan megah luar biasa yang dibangun di zaman kuno dengan teknologi yang seharusnya super canggih, namun tidak mungkin terjadi sebab dibangun dalam peradaban manusia yang masih sangat primitif.

Dengan pengalamam pengetahuan tersebut semakin membuka cakrawala pemikiranku, bahwa alam semesta ini tidak hanya seluas bumi. Bumi kita hanya setitik debu yang super kecil diantara trilyunan bintang di alam semesta yang tidak terbatas. Sehingga peluang adanya planet serupa dengan bumi adalah sangat besar kemungkinannya. Sikap skeptisku berangsur-angsur memudar, dan beralih menjadi sangat tertarik dengan asanya kebudayaan peradaban modern yang dikemas dalam kepercayaan adanya Alien.

Lantas apa kaitannya dengan judul postingan kita kali ini?
Jika alien benar-benar ada dan eksis, akankah hal ini mempengaruhi kepercayaan kita akan adanya entitas yang MAHA yang sepanjang peradaban menyebutnya dalam beragam nama mulia, yaitu TUHAN??

Akankah nilai keberadaan Tuhan mulai luntur dengan adanya peradaban modern yang mempercayai adanya Alien?? 
TENTU SAJA TIDAK !!!

Dalam postingan saya saat ini, saya ingin menyuarakan apa yang sedang saya pikirkan. Kita tidak perlu khawatir akan adanya gelombang kepercayaan baru, yang diisukan akan merombak sistem keagamaan dunia. Itu semua belum tentu benar adanya.

Eksistensi Alien, malahan membuat kepercayaan kita kepada Tuhan menjadi semakin kuat dan mendalam. Pengenalan kita kepada Tuhan memjadi semakin luas dan kita dibawa menuju level spiritual yang lebih tinggi daripada sebelumnya.

Alien merupakan ciptaan yang sama dengan kita manusia, namun mereka berhasil melakukan tahap demi tahap evolusi di dalam planet kampung halaman mereka untuk sebuah misi sebagai penguasa di planet tersebut. Mereka merupakan ras prime untuk planet mereka sendiri. Bahkan teknologi dan peradaban mereka bisa jadi jauh lebih canggih dibanding peradaban manusia bumi.

Kita tahu bahwa kita merupakan hasil daripada rantai evolusi yang memakan waktu ribuan bahkan jutaan tahun, yang merupakan saudara dari simpanse, gorilla, bonobo, kera dan primata lainnya. Namun karena satu-satunya yang mempunyai akal pikiran dan berkomunikasi melalui bahasa, kita dapat memenangkan seleksi alam, dan menjadi makhluk superior di planet bumi ini. Sama dengan hal tersebut, bisa jadi jauh di luar planet bumi adalah makhluk dari genus lain yang berevolusi dan menyesuaikan diri dengan habitatnya maka akan mempunyai wujud dan rupa yang sedikit berbeda katimbang manusia bumi. Atau bahkan mereka sudah menguasai teknologi android yaitu menggabungkan makhluk biologis dengan teknologi mesin yang terkomputerisasi. Hal tersebut sangat mungkin terjadi. Atau bisa jadi alien cerdas tersebut, sudah mampu menguasai teknologi memecah sel-sel tubuh mereka sebesar partikel nano dan kemudian mampu merekonstruksi tubuh mereka kembali, sehingga mampu melaju pesat delalam kecepatan cahaya melintasi semesta yang tak terbatas. 

Sejak kapan peradaban canggih super maju, yaitu peradaban alien tersebut ada? Darimana mereka berasal? 

Sebenarnya kita tidaklah tau-menau perihal eksistensi mereka, namun mari kita sedikit berpikir, akan luasnya semesta kita yang tidak ada batasannya ini. Semesta yang tanpa ada batasan, yang tidak tau kapan awalan dan akhirannya, menimbulkan pertanyaan sekaligus misteri yang masih sulit untuk disibakkan. 

Namun satu yang pasti, segala sesuatu pasti ada yang mengawali. Seperti teori yang dikemukakan oleh Louis Pasteur, yang merupakan dalil dari hukum Biogenesis, yang demikian: 

"Omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo, omne vivum ex vivo" 
Yang berarti: "semua kehidupan berasal dari telur, semua telur berasal dari kehidupan, dan semua kehidupan berasal dari kehidupan sebelumnya" 

Namun, bagaimana asal muasal kehidupan itu muncul? Masih juga dipertanyakan. Ada pula teori lain yang menyatakan bahwa kehidupan perdana muncul oleh sebab ketidaksengajaan, spontanaeous generation. Kehidupan muncul secara tiba-tiba dan spontan. Bahkan dalam beberapa penelitian mengatakan bahwa kehidupan muncul dari bentuk senyawa yang berasal dari benda mati. Teori tersebut dikenal dengan istilah Abiogenesis, atau Teori asal muasal kehidupan dari benda mati. 

Memang secara nalar rasional, kita masih sukar untuk menerima kebenaran tersebut. Hal itu dikarenakan kita lebih dahulu bersinggungan dengan theologi, atau dogma yang berasal dari sistem kepercayaan atau agama, yang memberi gambaran akan kuasa Sang Pencipta dalam melakukan penciptaan secara spektakuler dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada, atau Creatio Ex Nihilo. Hal ini hanya dapat hidup dan menjadi pegangan bagi kaum agamawan, yang notabene mengimani akan hal tersebut, dengan berbekal kepercayaan dan rasa nyaman belaka, yang pada kemudian hari tidak lagi mau untuk mencari kebenaran melalui disiplin ilmu-ilmu lainnya.

Segala metode yang digunakan untuk menyentuh zona misteri akan adanya Ras Kecerdasan lain di luar planet bumi,sudah dikerahkan dan diupayakan, namun sampai saat ini, itu semua masih dalam tataran Hipotesa tanpa bukti.

Kemudian dari dalam pemikiran ku, muncul sekelumit pertanyaan, jika memang benar Ras Cerdas di luar bumi itu benar-benar ada dan eksis, lantas apa tujuan mereka melakukan penjelajahan semesta dan mengeksplorasi planet-planet primitif dalam galaksi-galaksi muda? Atau setidaknya manusia bumi pernah mengalami kontak dengan ras Cerdas tersebut. Entah di zaman modern atau pada zaman kuno.

Beberapa jawaban kucoba untuk ulas dalam postingan kali ini, demikian:

1. Mencari sumber energi lain.
Mengapa demikian:
Hal ini mungkin dipengaruhi oleh karena, keterbatasan sumber daya alam yang terkandung di dalam planet mereka. Sehingga mereka berusaha untuk mencari energi lain, atau mencari alternatif energi di planet-planet yang mereka sinyalir terdapat cadangan energi yang melimpah. Atau ras Cerdas ini, hendak mencari logam-logam tertentu, seperti emas, yang berguna sebagai konduktor listrik yang paling baik diantara logam lainnya. 

Dari zaman dahulu, emas merupakan logam yang sangat tersohor di kelasnya, oleh sebab logam emas tidak dapat mengalami korosi (perkaratan), dan merupakan penghantar listrik yang sangat baik, karena sifatnya yang bebas hambatan. Sehingga energi listrik yang dialirkan melalui logam emas tidak mengalami pengurangan oleh karena, tidak adanya hambatan.

2. Membentuk Koloni Baru
Bisa jadi, ras Cerdas dari Galaksi atau planet lain, ingin mengembangkan koloni mereka. Membentuk suatu sistem peradaban yang maha luas, guna menguasai jagad raya. Atau hanya sekedar mempertahankan kelangsungan hidup ras cerdas itu sendiri. Bayang kan saja, ketika suatu makhluk bisa sampai pada fase Intelegensia dan berperadaban super modern dan canggih, pastinya memerlukan ribuan tahun, dan mengalami ratusan kali fase evolusi. Sehingga mereka tidak ingin Ras Mereka punah begitu saja. Mereka melestarikan Ras mereka dengan cara membentuk koloni baru disuatu planet yang layak huni lainnya.


3. Melakukan penelitian, dalam rangka menciptakan organisme cerdas yang baru.
Nah kalo yang ini, agaknya terlampau berlebih. Namun saya pernah berpikiran yang sama dengan pernyataan tersebut.
Bisa jadi Ras Cerdas yang melintasi antariksa dan menetap disuatu planet tertentu, hendak melakukan suatu percobaan. Dan percobaan itu dinamakan "Life Carier" atau Pembawa Kehidupan. Oleh karena kecerdasan, serta teknologi mereka yang super canggih, sudah barang tentu, dan bukanlah hal yang mustahil ketika mereka dapat melakukan suatu tugas untuk menciptakan suatu bentuk kehidupan baru, dari sebuah kehidupan primitif di sebuah planet yang belum berpenghuni.

Bisa jadi Dewa, atau Malaikat, atau penghuni langit yang dikisahkan dalam naskah-naskah suci, ataupun tulisan-tulisan keagamaan, merupakan sekelompok atau sekumpulan daripada Ras Cerdas yang berasal dari suatu tata surya yang jauh dari bumi, dan hendak menciptakan kehidupan baru di planet bumi yang kala itu masih sangat primitif.

Manusia bumi yang merupakan ras evolusi dari genus homo, dengan spesies sapiens. Bisa jadi merupakan rekayasa genetik suatu ras Cerdas, yang dikemudian hari disebut dengan istilah dalam ranah spiritual yang transenden, yang tidak dapat ditangkap oleh nalar primitif suatu pola peradaban manusia bumi yang kala ini masih sangat primitif.

Di sebuah taman observatorium, yang kala itu sangat terkenal dengan pohon kehidupannya, percobaan kehidupan inipun dimulai. Ketika manusia bumi, yang merupakan rekayasa genetika dari genus homo, yang adalah kerabat dekat dari simpanse, gorila, orang utan dan bonobo. Ras Cerdas tersebut, mungkin juga tidak secara naif, dan terlampau narsis ketika mereka berhasil menciptakan suatu kecerdasan baru, walaupun masih sangat primitif, yang kemudian di sebut dengan istilah peradaban Manusia Bumi.

Ketika mereka berhasil melakukannya, mereka lantas mengamati dari jauh, agar keseimbangan keberlangsungan hidup manusia bumi, dapat berjalan secara alamiah. Walau tak hayal, Ras Cerdas inipun terkadang mengirimkan suatu aturan, norma, atau bahkan hukum-hukum yang dikirimkan dari "langit" untuk keberlangsungan peradaban manusia bumi.

Saya tidak berani untuk mengutarakan, namun yang saat ini mengganjal dalam pemikiranku: "mungkinkah, Ras Cerdas pada zaman kuno, yang pernah kontak langsung dengan Manusia Bumi, adalah alien?! Dan melalui tradisi lisan maupun tulisan, nenek moyang manusia bumi, secara turun temurun, melalui sistem kepercayaan hendak mengutarakan kepada keturunannya, bahwa asal kecerdasan dan kehidupan manusia bumi, berasal dari Mereka?!

Ketika pikiran tersebut merasuk, spiritual ku pun mulai masuk dalam tataran yang lebih tinggi. Jika demikian, dimanakan posisi dan keberadaan Tuhan?

Ketika kelak manusia bumi, juga akan mempunyai gambaran dan rupa Tuhan dengan jelas, melalui teknologi canggih dan peradaban super maju, di era karir Peradaban Manusia Bumi bertaraf penjelajahan antariksa. 

Mungkinkah, kita juga akan disebut sebagai dewa, atau bahkan tuhan? Bagi ciptaan-ciptaan, atau anak-anak rekayasa kehidupan kelak? Ketika segala sesuatu itupun dapat kita lakukan pada saatnya nanti?!

Yaaa... Waktu lah yang akan menjawabnya...


__Salam Keseimbangan antar Ciptaan.

Taman Firdaus (Eden) - Teori Taman Observatorium




Postingan kali ini, semata-mata merupakan imajinasi berlebihan seorang perjaka, yang sedang iseng santai menenangkan pikiran dari penatnya aktifitas sehari-hari
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Diantara kita, pasti pernah bertanya-tanya, mengenai hal-hal yang misteri, diantaranya asal muasal “manusia” di planet Bumi. Nah… diujung rasa pertanyaan ini, secara reflek, biasanya kita mengandalkan “keyakinan” dan meyakini bahwa apa yang kita pikirkan atau imani adalah benar adanya. Meski tak hayal, informasi tersebut belum jelas sumbernya ataupun jelas sumbernya namun belumlah diuji dari berbagai ujian kebenaran informasi.

Seperti contoh:
1. Apa itu Taman Eden?
2. Dimana lokasi tempat tersebut?
3. Seperti apakah buah pengetahuan baik dan jahat, yang dimaksud?

Mengapa kita perlu menguji setiap informasi? Walaupun dari sumber TERPERCAYA sekalipun?

Alasannya sangatlah sederhana, yaitu agar rasa kepercayaan yang kita miliki, adalah rasa percaya yang OTENTIK ! yang sah, yang disaksikan banyak pihak. Banyak pihak yang dimaksud tentu selain diri kita sendiri.

Mohon Perhatian ^^

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Buat Sobat-Jhonna, pembaca setia blog saya:
Terima kasih atas kesetiaannya membaca ataupun membagikan Informasi yang Jhonna sajikan. Alangkah bahagianya, jika Sobat tidak berkeberatan untuk MENCANTUMKAN alamat blog jhonnastudio.blogspot.com, saat sobat meng-copy dan mem-pastenya dan kemudian Sobat MEMBAGIKANNYA pada forum lainnya...

Salam Hangat...
Salam Keseimbangan Antar Ciptaan...
by: JhonnaStudio
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------