Monday, October 7, 2013

Pengetahuan Vs Iman



Postingan kali ini, merupakan kelanjutan dari postingan terdahulu, mengenai: Bertuhan di Era Modern. Semakin menggali dan menguji, sehingga menemukan. Mengetuk maka pintu terbuka, meminta maka akan diberi. Demikianlah kita jika kita telah berusaha maka kita akan menemukan.

Saya tidak sabar ingin membagikan apa yang beberapa waktu lalu, saya mendapatkan informasi yang membuat mata ini terbelalak, dan mulut ini menganga dengan dramatisnya. 

Secara kebetulan, saya memang terlahir dari keluarga Kristen yang sangat taat, sejak kecil saya dikenalkan kepada gereja oleh keluarga saya. Meskipun gereja tempat saya menimba ilmu spiritual tentang keimanan, tergolong gereja kecil, namun saya bangga boleh hidup dan diakui keberadaan saya disana. Dari sekolah minggu hingga masuk dalam jemaat dewasa, saya menekuni proses tersebut hingga saat ini. 

Semakin bertambah usia, semakin bertambah level pula jenjang pendidikan saya. Saya termasuk orang yang disiplin dalam pelajaran, dan menyukai beberapa mata pelajaran, terutama yang berkaitan dengan sejarah, bilogi, geografi, astronomi. Dan tidaklah salah ketika SMA, saya dijuruskan dalam kejuruan Ilmu Alam.

Jhonna yang taat akan agama, dan dilain sisi Jhonna yang disiplin akan kajian ilmu. 
Pernah suatu ketika saya bergumul dalam hati, mengapa antara ilmu pengetahuan dan agama, tidak pernah menemukan titik temu, dan memecahkan permasalahan mengenai misteri kehidupan ini secara bersama-sama? Jika hal tersebut dilakukan, niscaya akan mempunyai pengaruh yang teramat baik bagi kehidupan peradaban manusia. Namun yang disayangkan, bahwa, agama justru menjauh daripada ilmu pengetahuan. Begitu pula sebaliknya, ilmu pengetahuan menilai dogma-dogma agama tidaklah otentik dan memiliki bukti-bukti yang relevan dikaji dari kacamata science.

Bertambah usia, sudah sewajarnya jika bertambah dewasa
Bertambah dewasa sudah sepantasnya bertambah bijaksana
itulah yang mendasari diri ini, terus mengkaji, menguji, dan menambah wawasan, agar hidup semakin bijaksana. Di dalam perjalanan kehidupan itulah, biasanya kita menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kita. Hal inilah yang melatar belakangi saya, untuk sharing sedikit pengalaman saya.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Perhatian !!!
Dalam ulasan selanjutnya, 
secara sadar benar, dengan penuh kerendahan hati, saya menuliskan beberapa penggal ayat dan kisah dari keimanan saya. Tidak mengurangi rasa hormat pembaca yang budiman, dan tidak ada tendensi apapun, niat hati saya, hanya ingin membagikan pengalaman mengenai "PENGETAHUAN VS IMAN". Terima kasih ^_^
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tuhan menghendaki kita menjadi berpengetahuan
Ketika sang pencipta menciptakan beragam ciptaanNya, sudah barang tentu KEBAIKAN yang dikehendaki olehNya. Tuhan menghendaki segala sesuatu yang diciptakanNya adalah BAIK adanya, tanpa terkecuali. Kebaikan itulah yang mendasari ciptaanNya, termasuk tumbuh kembang, kemajuan akal, akhlak dan budi pekerti spiritual yang baik.

Manusia, adalah satu-satunya makhluk di planet Bumi, yang memiliki akal dan mampu membentuk budi pekerti yang luhur. Diantara makhluk ciptaan yang lain, manusia lah yang mampu memiliki kepekaan rasa, mempunyai daya cipta guna menghasilkan suatu karya, untuk menunjang kehidupannya. 

Dari mulanya, hingga terkemudian, manusia semakin bertumbuh dan berkembang mejalani rentetan kodrati insani untuk dapat hidup di Planet Tempta Tinggal Manusia, yaitu Bumi. Hal tersebut tidak bisa lepas daripada peran serta pengetahuan. Pengetahuan juga-lah yang memproses peradaban kuno hingga menjadi peradaban modern seperti saat ini. Itu semua karena kehendak Tuhan, untuk KEBAIKAN ciptaanNya, terkhusus manusia.

Pengetahuan merupakan salah satu wujud cinta kasih Tuhan, yang diturunkan kepada manusia melalui beragam pengamatan, penelitian, pembelajaran, dan parktik-praktik yang telah dan sedang dilakukan sejak zaman kuno. Pengetahuan inilah yang membekali manusia mampu bertahan hidup di tengah keganasan lingkungan tempat tinggalnya.

Berbeda dengan hewan, yang terlahir dengan memiliki taring yang tajam, atau cula yang kokoh, juga cakar yang runcing. Hewan dari mulanya memiliki persenjataan lengkap untuk dapat bertahan hidup dalam keganasan alam. Manusia mempertahankan hidupnya hanya dengan akal dan pengetahuan, dengan itulah mereka mampu bertahan hidup dari kerasnya alam. Adalah benar apabila, PENGETAHUAN merupakan kehendak Tuhan, agar manusia tetap dapat bertahan hidup. Tanpa pengetahuan, manusia tidak akan tetap berjaya di planet Bumi ini.

Sudah menjadi sifat dasar manusia, bahwa memperjuangkan hidup dengan mengandalkan akalnya. Sehingga tidak pula menjadi kesalahan, jika akal dan rasional dipakai manusia untuk menguji segala hal yang ditemuinya.

Jangan salahkan Tomas
Tomas adalah salah satu rasul, murid Yesus, diantara kedua belas rasul Tomas adalah murid yang dapat dibilang sangat mengutamakan rasio atau logika. Adalah suatu kisah, yang ditulis oleh Yohanes. Kisah itu menceritakan bahwa Tomas baru akan percaya terhadap kebangkitan Yesus, jika ia berhasil mencucukkan jarinya kedalam bekas lubang paku, bekas penyaliban ditangan Yesus. Tomas sangat tidak dapat mempercayai akan adanya kebangkita orang mati. 

Mengapa Tomas, tidak mau mempercayai hal itu, padahal pada kejadian sebelumnya, Yesus telah lebih dahulu menampakkan diriNya kepada murid-murid lain, kecuali Tomas. Dari kesaksian murid inilah, Tomas mendengar kabar bahwa Yesus telah bangkit dari kematian. Bukannya lekas percaya, namun Tomas mengambil sikap yang berbeda, dia hanya akan percaya jika dia berhasil mencucukan jarinya, kepada bekas paku di tangan Yesus dan bekas tombak di lambung Yesus.

Sontak saja, murid yang lain menjadi sangat kesal, dan memprotes keras akan tindakan Tomas yang "kurang percaya" tersebut. Namun disisi lain, Tuhan mempunyai rencana yang lain untuk Tomas. Tuhan memberikan apresiasi terhadap iman yang dimiliki Tomas. Bukannya memarahi Tomas karena "kurang percaya", Yesus kembali lagi mendatangi murid-murid yang saat itu sedang berkumpul di dalam rumah salah seorang murid, yang dikunci rapat dari dalam. Murid-murid sedang bersembunyi dari incaran kekaisaran romawi dan ahli-ahli Taurat Yahudi, saat itu. Tiba-tiba ada suara sapaan yang tidak asing lagi bagi mereka semua: "Salam Damai Sejahtera besertamu", mendadak haru dan terkejut, suasana yang hening menjadi hangat, saat Yesus menampakkan diriNya untuk kedua kalinya kepada murid-murid, dan untuk pertama kalinya kepada Tomas.

Yesus memberikan apresiasi yang luar biasa kepada Tomas, karena iman Tomas itulah, dia mendapatkan yang ia cari. Tomas membuktikan kebangkitan Yesus, dengan mencucukan jarinya pada bekas lubang paku di tangan dan lubang tombak di lambung Yesus.Yesus tidak memarahi Tomas, Yesus tidak menegur Tomas, malahan Yesus memberikan hadiah yang luar biasa yang tidak diterima oleh murid-murid yang lain, yaitu: Memperbolehkan diriNya disentuh oleh jari Tomas.

"Tomas mencucukan jarinya pada bekas tombak di lambung Yesus, membuktikan bahwa Yesus bangkit dari kematian"

Kisah singkat ini, sangat menghantam diriku kala menemukan makna yang terkandung di dalamnya. Tuhan tidak menginginkan kita "asal percaya", Tuhan tidak menginginkan kita memegahkan diri pada kepercayaan yang tanpa dasar. Yang Tuhan inginkan adalah membuat ciptaanNya menjadi manusia yang cerdas, berintelektual dan memiliki kemampuan berpengetahuan yang mumpuni. Segala sesuatu yang kita yakini, yang kita imani haruslah mempunyai dasar yang kuat, haruslah mempunyai bukti yang otentik, tidak sekedar mitos, ataupun kiasan, ataupun cerita turun-temurun omong kosong nenek-kakek moyang kita. Namun membuktikan apa yang kita imani, adalah suatu kepuasan tersendiri bagi kita. Hal ini justru menambah iman percaya kita menjadi lebih kuat dari sebelumnya, karena apa? Karena yang kita anggap benar adalah nyata kebenarannya.

Yesus juga berpesan kepada murid-muridNya yang lain, bahwa:
“Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”
(Dikutip dari Injil yang ditulis oleh Yohanes Ps 20 : 29b)
awalnya saya hanya membacanya harafiah, tanpa saya selami maksud yang tersirat di dalamnya. Namun setelah saya memahami kisah iman Tomas ini, saya mulai meyakini maksud Yesus dalam perkatannya tersebut. 
Secara bahasa sederhananya akan berarti demikian: 
"Jika kamu bisa percaya tanpa melihat, tanpa membuktikan, dan tanpa melakukan usaha apapun lantas kamu percaya !?, Ya... Bahagialah kamu."

Yesus adalah guru yang luar biasa, Dia telah mengetahui lebih dahulu apa yang akan kita gumulkan saat ini. Kita hidup di era modern, yang sangat sukar sekali mempercayai sesuatu hal, walaupun kecil dan remeh sekali kelihatannya. Apalagi sesuatu hal yang akan berdampak dan besar sekali pengaruhnya akan kehidupan kita. Nah dari perkataan itulah, saya tersadar, bahwa untuk mengasihi Tuhan, atau mempercayakan hidup ini dalam IMAN maka haruslah pada dasar yang kuat, pada bukti yang tentunya dapat diuji secara objektif. Tuhan adalah yang MAHA KUASA, sudah barang tentu Tuhan tidak takut untuk diuji, untuk diselami,  tidak takut untuk dipelajari, karena Tuhan MAHA PANDAI sehingga menghendaki manusia sebagai ciptaanNya menjadi pandai.

Wujud mengasihi Tuhan, dengan berpengetahuan? Benarkah?
Hidup di Era Modern seperti sekarang ini, sungguh tidak mudah bagi mereka yang dangkal dalam pola berpikirnya. Mereka yang berpengetahuan dangkal dan sempit, akan mudah terprovokasi, tidak mau menerima perbedaan. Mereka akan mudah di adu domba, sedikit tersulut oleh isu-isu SARA makan akan mudah terpancing dan bermunculan aksi-aksi anarkistis.

Agama sebagai salah satu pilar penopang peradaban bangsa ini, sudah seharusnyalah mau membuka diri akan adanya pengetahuan dan arus informasi yang sedang terjadi. Agama jangan hanya menjadi katak dalam tempurung, bersikukuh dengan budaya yang konvensional kemudian  menutup mata dan telinganya dari pengetahuan yang ada. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu beradaptasi atas lingkungan yang kian berkembang, demikian pula agama. Mari menjadi para pemeluk agama-agama yang juga bercendekia, jangan hanya berpikiran sempit dan memiliki suatu paham kebenaran yang subyektif. 

Mungkin saat ini kita lupa, bahwa dari pengetahuanlah dapat terbangun adanya jembatan yang kokoh untuk menghubungkan setiap lini kehidupan manusia dengan serentetan kodrati insani yang harus dipertanggungjawabkan bersama. 

Pengetahuan dan Iman mampu menghasilkan suatu standart kebenaran yang dapat diakui bersama, yang mampu memuaskan banyak orang. Dan kebenaran yang dikeukakan bersifat obyektif dan akan memberikan bukti otentik bagi para pencari kebenaran.


Jika A adalah Iman, dan B adalah Pengetahuan.
A = Iman = Faith
B = Pengetahuan = Science,
Kemudian A digabungkan dengan B, gabungan antara A dan B, akan menghasilkan AUB.
Kesimpulan: Iman dan Pengetahuan digabungkan dalam memecahkan rahasia kehidupan, maka akan menghasilkan KEBENARAN. Kebenaran Mutlak adalah suatu kebenaran yang dapat dipandang dari sisi IMAN dan juga dapat diuji dari sisi PENGETAHUAN.

Seorang teman memberikan quote atau kata-kata bijak dari seorang ilmuwan kondang, Albert Einstein, demikian kutibannya:

"PENGETAHUAN tanpa agama (IMAN) adalah pincang, agama (IMAN) tanpa PENGETAHUAN adalah buta"

Hal ini sangat kita rasakan, bahwa di Era modern seperti saat ini, kita diharuskan tetap ber-IMAN namun juga ber-PENGETAHUAN. Sehingga kebenaran yang kita IMANI merupakan kebenaran yang MUTLAK BENAR.

Einatein juga menuliskan pengalaman spiritualnya, yang dijumpai dalam berbagai penelitian, yang dituangkan dalam kata-kata, demikian:


"Semakin Saya belajar tentang PENGETAHUAN, semakin saya mempercayai TUHAN"
Betapa kita tidak bersyukur, atas anugerah PENGETAHUAN yang Tuhan berikan, segala pengetahuan akan berujung pada Tuhan dan berasal pada Tuhan. Ujung dan Pangkal daripada segenap PENGETAHUAN adalah Tuhan, dapat dikatakan bahwa: TUHAN ADALAH SUMBER DARI PENGETAHUAN. Jabatan bagiNya yang adalah sumber dari pengetahuan adalah SANG MAHA TAHU (Omni Science).

Tuhan membentangkan langit sebagai kanvasNya, Tuhan menorehkan lukisanNya melalui bintang-bintang, galaksi-galaksi, planet-planet. Tuhan memberikan warnaNya melalui tetumbuhan, melalui binatang berkeriapan, melalui peradaban manusia. Segala yang terjadi dalam ALAM SEMESTA ini, adalah Cara Tuhan mewujudkan eksistensi KEBERADAAN-NYA

Bapak sayang tercinta, yang adalah kepala keluarga bagi kami, senantiasa mengingatkan pada saya, satu ayat yang sangat melegakan, demikian:
"Kasihilah Tuhan mu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap AKAL budimu. dan Kasihilah Sesamamu Manusia___(Hukum Kasih)"
Mengasihi Tuhan, melalui keimanan kita dengan segenap AKAL dan BUDI, merupakan cara mengasihi Tuhan yang dikehendaki olehNya. Dengan adanya Akal (PENGETAHUAN) akan membentuk Budi Pekerti yang baik. Budi Pekerti meliputi: Pola Pemikiran, Tutur Kata/ Ucapan, Tingkah laku, dan pembawaan diri. Ketika kita ber-PENGETAHUAN, maka kita akan menjadi bijaksana dalam menyikapi hidup. Hidup menjadi harmonis untuk sesama ciptaan.

Semoga kita dapat menyelaraskan antara PENGETAHUAN dan IMAN, untuk keseimbangan antar ciptaan.

Salam Keseimbangan Antar Ciptaan

Sunday, October 6, 2013

Bertuhan di Era Modern




Sobat Jhonna yang terkasih...
ijinkan Jhonna sedikit membahas mengenai suatu hal yang cukup membuat Jhonna tertarik, yang menyebabkan tidak enak tidur, hal tersebut adalah : "Bertuhan di Era Modern?!" Terdengar cukup menantang memang.

Mengapa hal ini membuat saya tertantang?
Diawali dari sebuah chit-chat dari smartphone, dari seorang teman lama. Dia sedikit komplain terhadap dogma-dogma agama saat ini. Karena agama, entah mengapa tidak dapat berjalan bersama dengan ilmu pengetahuan. Agama bahkan sangat kontras dengan ilmu pengetahuan. 

Beberapa komentar tersebut, akan saya rangkum dalam postingan singkat ini
yang mudah-mudahan dapat membuka separuh kesadaran kita yang masih tertidur pulas.

Kita hidup di Era Modern
Tak bisa dihindari lagi, bahwa peradaban semakin lama akan semakin menghasilkan pesatnya ilmu dan teknologi. Hal ini tampak jelas sekali, di zaman ini tak ada seorangpun yang tidak mengenal internet, jejaring sosial, media elektronik, dan bahkan adanya gedget aneka warna dengan kecanggihan yang spektakuler.

Arus pengetahuan melahirkan generasi-generasi yang kritis, yang mana memungkinkan bagi mereka membentakngkan pemikiran sekuas-luasnya. Melogika segala hal, dan membuatnya bisa di rasionalkan, bahkan dalam kajian Theistik (ketuhanan) sekalipun. 

Pesatnya pengetahuan, sangat berdampak pada perkembangan teknologi beserta kecanggihannya, hal itu sangat memungkinkan terjadinya pergeseran pola pandang kita, dalam keimanan. Bukti-bukti dan temuan-temuan dalam kajian pengetahuan, menguatkan teori demi teori yang dipaparkan dalam hipotesa. Yang lebih celakanya, pengetahuan mencoba mematahkan dogma dan ajaran-ajaran luhur daripada agama-agama terdahulu. Banyak daripada kita zaman modern ini, lebih mengandalkan rasio daripada iman. Nah, inilah kasus kita saat ini.

Pada suatu kali, ada seorang sahabat saya yang berkeluh kesah kepada saya, kurang lebih seperti ini:
"Agama terlalu sulit diterapkan di era modern seperti saat ini, dikarenakan hanyalah iman sebagai modalnya. Iman hanyalah bersifat abstrak, sulit dibuktikan, dan diluar nalar"
Tidaklah salah, jika sahabat saya berkata demikian, dikarenakan iman memang tidaklah mudah untuk dibuktikan secara rasional, karena iman menyentuh kehidupan dari sisi yang lain. Jika bukti dan penelitian menyentuhnya dari sisi RASIONAL, iman menyentuh kehidupan ini dari sisi TRANS-RASIONAL*. 

*trans-rasional adalah segala hal yang dianggap irasional namun rasional keberadaannya, menurut sistem kepercayaan yang meyakininya.

Sekelumit argumen dari sahabat saya tersebut, menjadi sangat salah ketika mengutamakan rasional dan melepaskan iman. Rasional adalah baik untuk menjadi tahu, namun iman juga memiliki kebaikan untuk mendamaikan hidup ini.

Hidup adalah Misteri
Sobat... Hidup adalah Misteri, terdengar sangat klise memang, dan mayoritas dari kita menggunakan kalimat tersebut jika kita terpojok dan tidak mampu berargumen untuk menjelaskan suatu pertanyaan. 

Sobat, menyikapi kemisteriusan hidup ini, saya tergugah untuk membagikan ilustrasi kepada kita semua:
"Di dunia ini, ada dua tipe manusia, yang keduanya meyakini berjalan menuju arah yang sama, namun mereka satu sama lain berjalan pada jalan mereka masing-masing. Seorang yang bernama SALEH memilih jalan WAHYU, sedangkan seorang yang lain bernama TEKUN memilih jalan PERENUNGAN. Keduanya menjalani jalan tersebut secara berbeda, SALEH berjalan dengan penuh keyakinan akan menuju ujung jalan tersebut dengan selamat karena wahyu yang digunakannya sebagai tuntunan. Lain halnya dengan TEKUN, dia tidak ada bekal ataupun petunjuk sama sekali, TEKUN menjalani jalan tersebut setapak demi setapak, melihat kanan dan kiri, mengkaji segala sesuatu di sekitar jalan tersebut. TEKUN lebih mewarnai setiap langkahnya dengan sukacita, karena adanya keragaman yang dia jumpai. Walaupun tanpa bekal petunjuk apapun, TEKUN sampailah juga di ujung jalan tersebut, dan menjumpai SALEH disana"
Ilustrasi tersebut mencoba mengingatkan kepada kita, bahwa IMAN dan LOGIKA, keduanya akan berujung pada kebenaran yang sama, namun cara yang dilakukan berbeda. LOGIKA mengarahkan alur berpikir kita secara NATURAL (alamiah, kajian alam, perenungan), namun IMAN mengarahkan alur berpikir kita secara SUPRA-NATURAL (diluar nalar, trans-rasional). Hal ini tidak menjadi masalah, asalkan satu dengan yang lain tidak saling menikam, dan mempersalahkan, ataupun lebih mengutamakan pembenaran diri.

Kenapa harus Atheis?
Pergumulan ini semakin seru dan menantang, ketika sikap saling tuding berujung pada diskriminasi pihak berlainan. Seru dan menantang, dikarenakan sudah sepantasnya kita tidak saling tuding dan memojokkan salah satu pihak.

walaupun kita saat ini hidup di era modern, akan tetapi masih banyak dijumpai stigma negatif akan keberadaan masyarakat yang mengatasnamakan diri mereka Atheis**

**Atheis: tidak mempercayai dan menjalankan adanya konsep ketuhanan

Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, memang tidak diperbolehkan adanya suatu paham Atheis tumbuh di bumi Indonesia, oleh karena Indonesia berdasarkan atas: Ketuhanan yang Maha Esa. Hal itu mengharuskan setiap warga negaranya untuk berketuhanan.

Pesatnya arus pengetahuan, memang berdampak pada melemahnya sistem kepercayaan, yang berujung pada ketidakpercayaan. Namun, mari kita tidak mengadili lebih dini, akan adanya masyarakat modern, yang memiliki pemikiran yang lain, dan lebih nyaman memeluk pemikiran tersebut. 

Saya pernah bersitegang, dengan saudaraku, dikarenakan saya sangat taat dengan ketuhanan yang saya pegang sejak kecil. Namun dia memberikan sentuhan lembut, dengan perkataan sederhana:
"Atheis mempunyai pemikiran tersendiri tentang ketuhanan, namun bukan berarti mereka tidak bertuhan. Tuhan atheis adalah pengetahuan, Tuhan atheis adalah ketidakadaan tuhan-tuhan yang diyakini oleh sistem kepercayaan yang ada saat ini"
Meskipun dia hanya sedikit berbicara, hal tersebut menampar keras paradigma dan cara pandangku terhadap Atheisme. Sejak saat itu, pemikiranku sedikit terurai dan tidak diskriminasi terhadap mereka yang berbeda dengan pola pikirku.

Saya rasa, atheis tidaklah momok yang menakutkan bagi keimanan kita, Atheisme berjalan melalui jalan mereka yang memang berbeda dengan jalan yang ditempuh oleh Thesime. Inilah warna yang timbul akan adanya kemajuan arus pengetahuan dan teknologi.

Selagi mereka masih manusia, maka mereka adalah sesama bagi kita manusia, dan sesama bagi kita yaitu ciptaan. Sehingga tidak ada lagi perbedaan hanya dikarenakan pemikiran yang berlainan.

Menyoroti Fenomena "Iman"
Indonesia adalah negara yang agamis, dan tidak bisa lepas daripada konsep ketuhanan. Beragam corak, warna, ritual, dogma, aliran, dan cara untuk mengaktualisasikan keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa. Keberadaan kemajemukan agama, adat, dan sistem kepercayaan yang ada membuat warna-warni keimanan warganya. Namun satu hal yang utama, meskipun berbagai macam cara ditempuh, bangsa ini tetap beriman kepada junjungan tertinggi dalam masing-masing sistem kepercayaan yang dipeluk.

berbicara soal iman, iman tidak bisa terlepas pada agama. Namun apakah sobat tau?, bahwa mungkinkah iman bisa muncul dalam pemikiran kita, tanpa adanya agama?
Iman merupakan anugerah terindah yang diberikan oleh Sang Adi Kodrati, yang mana, merupakan cara komunikasi universal Sang Pencipta kepada segenap ciptaan-Nya, demikian pula sebaliknya. Komunikasi tersebut melalui beragam bahasa, beragam bentuk ritual, beragam cara yang di percayai. Iman lebih kuat dibandingankan percaya.

Imam menjadi bagian dari kehidupan manusia, walaupun bagi mereka yang tidak mengenal agama sekalipun. Yaitu mereka mengimani akan keberadaan Sang Adi Kodrati, yang diwujudkan dalam gambaran-gambaran spiritual yang diyakini sebagai wujud eksistensiNya. Dengan adanya iman, manusia merasakan kenyamanan mempercayai sesuatu, dan merupakan kekuatan tersendiri dari dalam pikiran manusia, akan danya sesosok yang super yang mampu menanggung segala kesukaran hidup.

Meskipun beragam sistem kepercayaan, bahawa, adat dan budaya, namun sosok Sang Maha yang digambarkan dalam keimanan setiap orang, memiliki kesamaan karakteristik. Kesamaan tersebut antara lain bersifat: MAHA, Maha Segala hal: Maha baik, Maha Adil, dan sifat-sifat kebaikan yang digambarkan melekat dalam pribadiNya.  Oleh karena ragam dan beraneka corak penggambaran tersebut, kemudian lahirlah agama sebagai wadah bagi sekelompok orang yang sama-sama meyakini suatu pribadi yang Maha. Di dalam agama diterapkan adanya hukum, adanya aturan, adanya konsep untuk menata kehidupan manusia, tentunya agar tidak kacau. Namun imanlah yang pertama kali hadir, baru kemudian agama mengikutinya, sebagai wadah institusional untuk melegalkan aktifitas ataupun ritualitas yang berkaitan dengan keimanan.

Peran Serta Agama di Era Modern
Ironis memang, manusia yang mengaku diri bertuhan di dalam agama yang dianut, saling menyalahkan antar pemeluk agama. Merasa diri paling benar dan melihat kelompok agama lain adalah salah. Stigma "Sesat" dan "Kafir" yang dihalalkan terucap, semakin membuka lebar jurang diskriminasi antar manusia.

Tampaknya, agama tidak mampu lagi menjalankan tujuan mulianya, dikarenakan adanya pembenaran-pembenaran subyektif yang melunturkan nilai-nilai hungungan humanisme. Agama agaknya hanya sebagai cover ataupun trend di era modern seperti sekarang ini. Lantas? Lebih Mulia kah manusia yang menyatakan diri beragama namun melupakan tujuan utama mereka, untuk berketuhanan di dalam agamanya?

Agama acapkali gagal menjalankan tugas mulianya, sehingga hubungan vertikal kepada Tuhan yang diimaninya menjadi sangat kontras dengan perilaku pemeluk agamanya. Apakah mungkin Tuhan yang Maha Baik menghendaki kita untuk saling melakukan kejahatan kepada sesama kita manusia, iman seperti itukah yang dikehendaki oleh Tuhan yang maha baik?, mari kita berpikir ulang dengan rendah hati mengkaji ulang akan hal tersebut.

Bertuhan di Era Modern, dari sisi keagamaan, banyak diantara kita yang secara tidak sadar  memberikan diri dalam kepasrahan, dan mejadikan akal kita tumpul. Agama yang dibangga-banggakan semakin diperburuk dengan sikapnya yang anti-Pengetahuan, anti kemajuan science. Dan hal ini sangat tidak relevan dengan kemajuan kemoderenisasian. Agama tampak sangat kolot, tidak mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman.

Pernah saya berdialog dengan seorang tokoh, yang kebetulan bertemu di sebuah tempat ibadah, dan saya mengingat jelas perkataan beliau:
"Dunia saat ini, telah jatuh di genggaman setan, adanya internet, sosial media, kemajuan ini adalah teknologi setan"
Beliau dengan sangat serius menegaskan kepada saya, namun karena saya sangat menghormati pola pemikiran beliau, maka saya hanya tersenyum dan kemudian mencoba mendalami perkataannya.  Pengetahuan dan Perkembangan teknologi, ibarat pisau bermata dua, yang satu sisi mampu memotong buah dengan tajam dan seketika itu juga mampu melukai jari kita. Itu semua tergantung cara penggunaan pisau tersebut.

Pengetahuan mengandung racun dan madu secara sekaligus, ketika diminum bisa membunuh peminumnya, namun disisi lain bisa menyembuhkan penyakit kita, itu kembali bagaimana cara kita menggunakannya. Mengapa teknologi dan pengetahuan di era modern selalu dikonotasikan sebagai hal yang negatif?, itu karena para penggunanya yang tidak bertanggungjawab, yang hanya menggunakan kemudahan yang ada untuk memuaskan keinginan sesaat. Namun apakah kita menyadari? bahwa perkembangan pengetahuan dan teknologi juga membantu dalam kehidupan kita saat ini, seperti misal: ditemukannya obat untuk menyembuhkan kanker, ditemukannya vaksin-vaksin baru, atau adanya alat telekomunikasi yang hemat dan mudah, adanya alat-alat transportasi yang lebih ramah lingkungan, ditemukannya sumber energi terbarukan pengganti minyak bumi, dan masih banyak lagi kebaikan akan ilmu pengetahuan dan teknologi.


Sikap kita?
Pengetahuan dan teknologi bukanlah suatu momok yang menakutkan, hal tersebut merupakan anugerah dari Tuhan yang patut untuk disyukuri dan diteruskan, serta digunakan secara bertanggungjawab. Membuka diri akan adanya pemikiran-pemikiran modern, menjadi manusia yang berpengetahuan luas namun tidak melupakan keimanan. Bertuhan di Era Modern, memungkinkan kita untuk hidup berdampingan antar pemeluk agama lain, saling menjunjung tinggi persaudaraan dan kerukunan, untuk menciptakan suasana berkehidupan yang damai dan sejahtera.

Mari kita menjadi pribadi yang lebih bijaksana karena pengetahuan dan menjadi pribadi yang bertanggungjawab oleh karena iman, karena sejatinya IMAN dan PENGETAHUAN berjalan beriringan menuju KEBENARAN yang sama-sama diyakininya.


Pada kesempatan yang lain, Jhonna akan memposting kelanjutan daripada postingan pertama ini, masih dalam tema yang sama.












Mohon Perhatian ^^

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Buat Sobat-Jhonna, pembaca setia blog saya:
Terima kasih atas kesetiaannya membaca ataupun membagikan Informasi yang Jhonna sajikan. Alangkah bahagianya, jika Sobat tidak berkeberatan untuk MENCANTUMKAN alamat blog jhonnastudio.blogspot.com, saat sobat meng-copy dan mem-pastenya dan kemudian Sobat MEMBAGIKANNYA pada forum lainnya...

Salam Hangat...
Salam Keseimbangan Antar Ciptaan...
by: JhonnaStudio
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------