Sore itu aku laju motor supra ku melintasi hutan di kecamatan Todanan, dengan kondisi tubuh yang kurang sehat... ditambah beban pekerjaan yang menumpuk.. memang salahku sih, aku terlalu menunda pekerjaan. Alhasil, aku selalu tidur larut malam, demi menyelesaikan tugas-tugasku.
Perjalanan pulang badan terasa penat dan pusing sekali, selepas dari memonitoring desa-desa sasaran program. Aku sara-rasakan sepertinya, aku masuk angin... gumamku dalam hati.
Tapi, perjalanan masih sangat jauh ber-kilo-kilo meter jauhnya sampai rumahku. tapi mau bagaimana lagi, aku terpaksa harus menghentikan laju motorku, otakku sudah tidak dapat berkonsentrasi berkendara.
Kulihat ada sebuat warung sederhana, ditepi hutan. Warung dari bambu, beratapkan daun kelapa kering tersebut, hendak berkata padaku "Mampirlah kemari anak muda", seakan timbunan buah kelapa muda dan kursi panjang dari bambu (galar), melambai-lambai mengajakku untuk mampir.
Yahhh... bak piring bersambut, dan aku pikir warung di depan situ lumayan bersih... akupun tuntun motorku, ku parkirkan di dekat warung tersebut.
Jauh dari dugaanku sebelumnya,,,
ternyata penjualnya adik cantik, dia bernama Gendis... pantes manis wajahnya.... kira-kira dia baru kelas 4-5 SD-lah (Gendis artinya gula, dalam bahasa jawa kromo). Bersama dengan ibunya, bu Wahyuni, biasa dipanggil bu Yun, dia berjualan di tepi hutan itu. Mereka melayani pengunjungnya sangat ramah. Yahhh.... meskipun tidak begitu ramai, namun cukup membantu para pengguna jalan yang sedang kelelahan seperti aku ini...
selain mereka berdua, biasanya mereka ditemani Pak Marno, ayah Gendis. Pak Marno juga membuka lapak kecil di sebelah warung, untuk tambal ban, siapa tau ada pengguna jalan yang sedang sial, bannya bocor. Nahh Pak Marno selalu siap menolong siapa saja...
tapi sore itu pak Marno sedang keluar, katanya sedang cari lem castol dan ban baru di kecamatan... maklum stocknya sedang habis.
Aku pesan kelapa muda, tanpa gula dan tanpa es....
yahhh.... masih teteplah aku hindari kedua hal itu... gula dan es... membuat lingkar perutku mengembang dengan tidak sopan.
aku duduk di kursi panjang "galar" menghadap ke jalan raya... angin begitu sejuk, lembut membelai diriku..
segar sekali suasana di tepi hutan todanan ini...
Dari kejauhan, dengan laju sepedah yang cukup kencang...
dengan beban kayu bakar di kanan kiri sepedah...
seorang bapak tua mengayuhnya dengan penuh semangat...
dia menaruh sepedahnya di dekat morot ku, dengan kayu agak panjang dengan lekukan di ujungnya, dia mendirikan sepedahnya. Terlihat cukup kokoh, dan aku tidak perlu kawatir apabila sepedah itu menimpa motorku nantinya.
Bapak Tua itu, melepas capingnya (topi dari anyaman bambu) dan berjalan menghampiri bu Yun,
"Yu Yun... aku pesen duduh klopone segelas wae yoo!"
(Mbak Yun, aku pesan air kelapanya segelas saja ya...) katanya sambil mengambil pisang goreng dua buah, dan dibawanya keluar, duduk di "galar" sebelahan denganku...
yahhh... hanya basa-basi.. tidak sopan kalo hanya berdiam diri saja. Aku coba memulai pembicaraan
"Saking tindak pundi pak wo"
(bapak... bapak dari mana pak?), Aku coba memulai pembicaraan
"Oww anu mas... saka alas mas... biasa golek kayu rencek"
(Ohhh... dari hutan mas, cari kayu bakar) bapak tua itu menjawab dengan mulut yang berjejalan pisang goreng.. sesekali dia mengelap minyak yang melekat dimulutnya.
"Awrat sanget nggih pak marginipun, njenengan ngantos gopyoh ngoten?"
(Sulit gimana pak jalannya? kok bapak sampai gemetar begitu), sambil kuteguk air kelapa dalam gelas...
"Anu mas.... ndhek maeng ono cemlorot meneh, soko tengah alas asale"
(Gini mas.. tadi ada kilatan cahaya lagi yang asalnya dai tengah hutan), bapak tua itu menjawab dengan sedikit tegang..
Disela pembicaraanku dengan bapak itu,
"Yoo wis nek ngono mbahh... iki ndang diunjuk"
(Ya sudah mbah.... ini mbah silahkan diminum), timpal bu Yun sambil menyuguhkan segelas air kelapa.
Aku dibuat penasaran dengan hal yang sedang dilihat oleh bapak tua itu, kilatan cahaya dari tengah hutan?
ku lihat bapak itu sedang minum, dan aku beranikan diri tuk bertanya
"nuwun sewu pak... ndhek wau njenengan nyebat cemlorot?, niku cemlorot nopo... nggih pak?...maksude njenengan gludhuk ngoten?"
(Maaf pak... tadi bapak menyebut kilatan cahaya, kilatan seperti apa ya pak?? maksudnya halilitar bukan?"
"Ora mas... ora bledhek utowo gludhug... pancen sering kui, soko tengah alas, mosok mase ora tau krungu?"
(Tidak mas... bukan petir atau halilitar.... memang sangat sering disini, yang asalnya dari tengah hutan, masak mas gag pernah dengar kabar itu?") bapak tua itu memasang tapang yang sangat tegang.
"leres mas... kala wingin mawon katah polisi, lan wartawan ingkang ngliput teng alas mriki kok mas..."
(memang betul mas... kemarin saja banyak polisi, lan wartawan yang meliput di hutan ini mas), jawab Bu Yun, sambil sibuk menata gorengan, dan berjalan bersama Gendis ke arah kami.
"Pak lurah, bapak-bapak perangkat desa juga ndherekke (mengantarkan) bapak polisi dan para kru evakuasi mas...." lanjut Bu Yun.
"Pak lurah, bapak-bapak perangkat desa juga ndherekke (mengantarkan) bapak polisi dan para kru evakuasi mas...." lanjut Bu Yun.
"Lhoo.. Bu Yun... mriki niku mlebet desa pundhi to?
"Bu Yun, daerah sini bernama apa?" rasa penasaranku semakin tak terbendung, jangan-jangan apa yang telah terjadi semuanya ada dalam otakku.
"Owalahh mas... mas..... naminipun desa Kedungbacin, Kecamatan Todanan"
(astaga mas... desa ini namanya desa KedungBacin, Kecamatan Todanan) jawab bu sambil tersenyum padaku..
Astaga... aku baru sadar, jadi hutan ini adalah hutan di Desa Kedungbacin yang beberapa waktu lalu masuk koran itu ya.... dimana heboh-heboh soal bus dan truck yang kejebak di tengah hutan... Ya ampun aku baru mudeng sekarang...
Hemmm .....Perbincangan semakin menegangkan, dan berbau-bau misteri, membuat kepalaku yang pening mendadak segar kembali. Aku semakin penasaran, dan siapa tau aku memperoleh beberapa informasi, yang dapat aku jadikan bahan untuk tulisan di blog-ku.
Di pertengahan perbincangan, aku baru mengetahui nama bapak tua itu adalah Mbah Bari, warga sekitar sering menyapanya demikian... profesi keseharian mbah Bari adalah mencari kayu bakar, kalo musim penghujan mulai tiba, biasanya dia mencari ungker (kepompong ulat jati), atau tanaman rimpang lainnya yang diperolehnya dari hutan. di warung inilah, mbah Bari selalu menyempatkan diri untuk mampir, hanya sekedar ngobrol atau menyapa Pak Marno, bu Yun dan juga Gendis, atau meminta minum segelas air putih.
dan memang benar apa yang dikatakan oleh Mbah Bari membuatku penasaran tingkat tinggi...
amat sangat penasaran...
sehingga moment yang demikian aku manfaatkan dengan baik, tidak perduli kondisiku saat itu memang sedang tidak fit.
Tidak ada yang tahu mengenai sumber kilatan cahaya dari tengah hutan, banyak orang yang berkata bahwa kilatan itu berasal dari hutan Bonggan (perbatasan dengan Kabupaten Rembang)... yahh memang agak jauh dari tempatku berada saat itu.
telah banyak kasus orang "tersasar" dan ditemukan di tengah hutan. Beberapa kasus yang saat itu diceritakan oleh Bu Yun dam mbah Bari:
Ada serombongan pemain ketoprak yang dimintai tampil di Desa Kedungbacin oleh karena ada suatu acara, namun serombongan pemain tersebut tidak kunjung hadir, malahan ditemukan di tengah hutan dan yang membuat aneh adalah mereka meyakinkan orang-orang bahwa telah mementaskan ketoprak semalam suntuk.
Banyak kejadian hilangnya pengendara sepeda motor, yang melaju malam hari, dan baru ditemukan di tengah hutan beberapa hari kemudian,
dan satu hal yang menggemparkan media masa, adalah hilangnya Bus Pahala kencana yang dimuati oleh 33 penumpang, dan tak hanya bus saja, melainkan dihari yang sama ada pula truck molen dari PT Jaya Mix (sepertinya begitu, seingat Bu Yun). Yang membuat aneh adalah... sopir bus Pahala Kencana, merasa menemukan jalan alternatif yang tanpa hambatan dan tidak macet. Bus itu berencana ingin melaju dari Jakarta ke Madura, dan terjebak macet di Juana, terus mencari alternatif jalan lain.
Kedua sopir berpikir sama bahwa mereka menemukan jalan alternatif yang lebar, seperti jalan tol, dikanan kirinya terdapat lampu penerang jalan yang tertata rapi dan indah. Menurut laporan warga, tidak ada jejak ban mobil yang melintas masuk ke arah hutan, bodi mobil sebelum dievakuasi sangat mulus, namun berbeda setelah dievakuasi, body mobil menjadi lecet-lecet gag karu-karuan. Mbah Bari sangat yakin bahwa; "ini semua pasti karena perbuatan jin pesugihan..." katanya sambil sorot matanya yang tajam menatap ke tengah hutan. namun lain dengan cara pandang Bu Yun, dia berpikir memang ada yang aneh dengan tengah hutan tersebut, entah ada makhluk apa... tapi yang pasti makhluk tersebut adalah makhluk yang cerdas, dengan teknologi yang canggih...
sambil mejelaskan secara simpel kepada saya:
"Bayangkan mas... kalo manusia ya? manusia mana coba yang kuat mengangkat bus dan truk molen itu?? ratusan manusia pun ndak bakalan kuat mas.... belum lagi ya mas... tanpa ada luka goresan pada body kendaraan... tidak ada jejak perusakan hutan... bener-bener gag ada kerusakan sama sekali.... gimana caranya kalo gag pake kapal "mabur" (pesawat terbang)"
"Saya tidak tau lhoo mas.... gag tau tepatnya seperti apa... tapi itu yang ada dipikiran saya mas...." Kata bu Yun sambil mendekap manja Gendis...
Apa mungkin ditengah hutan Bonggah terdapat pangkalan dan koloni Makhluk Luar Angkasa berteknologi canggih? apa mungkin Jin yang dimaksud mbah Bari adalah Alien? semua kemungkinan ini hanyalah menjadi kemungkinan-kemungkinan semata...
sampai kapanpun tidak akan pernah terkuak kalo kita tidak menyelidikinya...
Tapi sumpah... aku jadi bergidik setelah mendengar cerita mereka berdua..
apalagi tatapan mbah Bari saat bercerita, seolah-olah dia paham benar apa yang sedang terjadi...
"Apa bu Yun tidak takut bu? kadang-kadang berjualan sendiri di sini?" aku mencemaskan Bu Yun
"Ow tidak mas... lokasinya kan masih 50 km dari sini mas... masih jauh di tengah hutan sana" sambil menunjuk ke arah tengah hutan, yang seolah sangat jauh...
setelah membayar kelapa muda dan beberapa gorengan, aku pamitan kepada Bu Yun, Mbah Bari dan tidak lupa Gendis...
berawal dari rasa penasaran, dan berakhir dengan rasa ketakutan....
keburu malam, dan aku mulai kawatir, bisa tidaknya aku pulang ke rumah.. atau aku malah diculik oleh Alien di Kedungbacin.
semua tergantung pada pikiran kita...
No comments:
Post a Comment