malam ini rasa-rasanya
Insomnia aku kumat, sudah beberapa kali
merubah posisi bantal, mengubah posisi tidur, sampai membuat susu agar aku bisa lekas tidur. Namun semua itu sia-sia
belaka... aku kepikiran salah satu kejadian saat mengajar Sunday School...
Nah... daripada pusing
mikirin gag bisa tidur, mendingan aku share saja sedikit pengalaman yang yahh...
mudah-mudahan sedikit bermanfaat untuk kita semua.
Langsung saja, kita
menuju ke TKP !!!
Pernah suatu ketika, aku
mendapatkan jadwal untuk menjadi
"guru pengganti" dalam aktifitas Sunday School dan memang begitulah
adanya, guru tanpa tanda jasa beneran ini!!! soalnya tak berbayar, alias
bener-bener pelayanan. Dan pada kesempatan yang menurutku indah itu, sengaja aku
ambil tema aktifitas belajar yaitu:
"Hari Penciptaan". Anak-anak sangat riuh sekali pada awalnya, mereka
asik bermain sendiri, sesekali ada yang berlarian kesana-kemari, melakukan
hal-hal usil mengganggu temannya. Dan, karena waktu sudah menunjukkan jam 07.00
tepat, mau gag mau, siap gag siap kegiatan Sunday School harus aku mulai.
Ternyata diluar dugaan,
kondisi yang awalnya sangat riuh, berangsur membaik. Anak-anak mulai duduk
dengan rapi saat aku mulai berdiri di
depan kelas, dan memulai kegiatan. Rasanya sungguh sangat luar biasa,
"Thanks God !!!" gumamku, bersyukur atas kondisi yang sangat
membantuku kala itu.
Aktifitas berjalan
seperti biasa, kubuka dengan bernyanyi. Anak-anak ada yang malu-malu, ada yang
masih terlihat ngantuk, adapula yang sangat antusias, mengikuti setiap gerakan
yang aku ajarkan dalam lagu-lagu riang.
Tiba saatnya aku harus membagikan renungan...
hal yang paling aku khawatirkan, soalnya takut jika saja anak-anak
tidak tertarik dengan apa yang aku bawakan. Tapi itu semua haru aku kikis, but
show must go on!!!. Aku keluarkan beberapa potongan kertas warna-warni, ada
yang berbentuk matahari, bulan, bintang-bintang, tumbuhan, burung, ikan, dan
bumi, itu semua aku persiapkan malam hari sebelum kegiatan berlangsung.
Mulai terlihat ekspresi
penuh tanya anak-anak di kelas itu, ada anak yang sangat ingin tahu, yang
kebetulan duduk di dekatku kala itu, dan mengambil salah satu kertas berwarna
kuning, yang berpola matahari... sambil bertanya: "Kak... ini matahari
kan.." dan aku tersenyum serta mengangguk, "iya benar sekali"
kemudian waktu dapat aku kuasai
dengan baik.
Memang tak mudah mengkisahkan suatu kisah penciptaan kepada anak-anak usia kecil, oleh karena keterbatasan daya tangkap mereka, dan cara mereka mencerna kata-kata, kemudian mengelolanya dalam pikiran kecil mereka. Sehingga diperlukan suatu usaha yang sangat extra untuk dapat menyampaikan maksud dan tujuan renungan tersebut. Lebih repotnya lagi, kalo mereka menanyakan pertanyaan yang sulit, sehingga perlulah kita memiliki bekal yang cukup, untuk dapat menjawab dan memberikan pernyataan yang tepat kepada mereka. Waluaupun kebanyakan daripada pertanyaan-pertanyaan tersebut, cenderung hanya spontanitas terbersit dalam pikiran anak-anak, namun kita juga tidak boleh salah dalam menjawab. Karena di usia seperti itu, anak-anak akan meresapi dan sangat mengingat apa yang pernah diberitahukan kepada mereka.
Tapi yang membuat aku keheranan, anak-anak zaman sekarang memang lebih canggih, dan kritis dalam pola pikirnya, sehingga pertanyaan merekapun sangat kritis.
Adalah salah satu siswa didik di Sunday School kala itu, sewaktu aku menyampaikan tentang hari-hari penciptaan, dia sibuk dengan crayon dan buku gambarnya. Dia corat-coret, dan menggambar apa yang aku ceritakan. Bukunya penuh dengan warna, dia menggambar matahari, bintang-bintang, tumbuhan, hewan-hewan, persis seperti apa yang aku sampaikan. Kemudian, aku melihat dia berhenti sejenak, seakan kebingungan. Dia menyentuh pelipis kepalanya dengan jari yang masih memegang crayon berwarna hijau, sehabis menggambar pohon.
Anak tadi mengacungkan jarinya, berharap ada waktu bagi dia untuk bertanya. Aku sangat kaget, karena ada yang memotong pembicaraanku dengan kalimat sederhana: "Kak tanya.. kak tanya...!!"
aku iyakan pintanya, dan semua pasang mata anak-anak dan saya, tertuju padanya. Dia langsung melanjutkan dengan bertanya: " Heemmm... kata kakak, Tuhan menciptakan terang, terus cakrawala, terus tanah dan air, tumbuhan, matahari, bintang, hewan dan manusia...." dia berhenti sejenak untuk berpikir; dan aku menjawabnya: "Iya benar sekali, Tuhan menciptakan segalanya..."
si anak itu kembali melanjutkan pertanyaannya: "Terus kak... siapa yang menciptakan Tuhan?"
**** JEEEEEGGGLLLERRRRRR !!!!! *** (sound-effect: Halilintar di pagi bolong)
Aku sangat kikuk, sangat kaget dan perasaan bercampur aduk sesaat setelah mendengar pertanyaan anak yang kira-kira berumur 7-8 tahun itu. Namun aku harus menyampaikan jawaban yang baik, mengingat pentingnya ucapanku saat itu, oleh karena didengar banyak telinga.
"Begini ya adik-adik yang manis... Tuhan adalah Sang Pencipta, Dia adalah Maha-segala-galanya, Maha Kuasa, Maha Bisa, Maha Pencipta, dan Maha dari segala yang Maha, sehingga Tuhan itu tidak ada tandingannya, oleh karena itu Tuhan tidak diciptakan, karena Tuhan adalah Sang Pencipta itu sendiri.... " dengan nada yang lembut, agak sedikit diberi penekanan, dan suasana berubah menjadi sangat hening seketika itu juga... dan si anak tadi kembali menggambar pohon setelah berkata: "Okey kak... "
Fiyuhhhh.....!!! aku menghela nafas yang panjang... dan masih terheran-heran sampai saat ini, dengan perkembangan anak-anak di era modern. Sangat berbeda jika dibandingkan dengan masa aku kanak-kanak dahulu. Masa itu aku hanya taat (manut) yang diajarkan oleh Kakak Guru Sunday School.
Nah... sobat...
itu tadi sedikit kisah yang pernah aku alami, Entah mengapa dunia ini semakin pesat berkembang.
Arus informasi berjalan dengan sangat cepat, media elektronik tak henti-hentinya memberikan kepada pemirsanya arus informasi dan juga pengetahuan.. sehingga generasi sekarang adalah generasi yang kritis dalam berpikir. Generasi anak-anak sekarang tidak hanya disuguhi oleh tontonan kartun atau animasi sewajarnya pada umur mereka. Tontonan yang notabene berlaberl "Tontonan Anak"pun kini terlihat sangat berat sekali, dengan suguhan cerita yang lebih cocok dilihat oleh prang dewasa, yang membutuhkan pemikiran dan alur logika yang komples. Sehingga dapat disimpulkan anak-anak era modern, mempunyai kedewasaan alur berpikir yang lebih cepat dibandingkan anak-anak di zamanku dulu.
Namun sungguh disayangkan, akan hal tersebut.
Ibarat pisau bermata dua, pengetahuan selain membawa efek positif dia juga membawa dampak negatif bagi kita. Banyak terlahir kaum Skeptis akan Norma-Norma Agama dan Kepercayaan. Banyak diantara mereka yang meragukan kebenaran akan firman dan ayat-ayat suci yang terkandung di dalam agama. Mereka beranggapan bahwa mereka akan percaya bila melihat dengan mata mereka sendiri. Dengan pertanyaan-pertanyaan yang sebetulnya sangat menjerat mereka kedalam pusaran "ketidak mampuan berpikir", keterbatasan daya pikir dan pola logika.
Permasalahannya adalah:
"Siapa yang menciptakan Tuhan?" hanyalah segelintir pertanyaan yang dapat menjerat hidup kita kedalam suatu kebimbangan hidup. Dan masih banyak lagi, pertanyaan yang dilontarkan oleh kaum skeptis agama, yang bertujuan untuk meruntuhkan dokma suci dan kemudian menggantikannya dengan pemikiran yang mereka pikir lebih "rasional".
Mereka yang seharusnya menggunakan pemikiran pengetahuan mereka untuk mendukung dokma agama, yaitu orang-orang yang dikategorikan pandai, bahkan jenius yang menyandang profesi sebagai ilmuwan, malahan mereka sendirilah yang berpikiran skeptis akan norma keagamaan dan keimanan, oleh karena cara pandang mereka sangat berbeda dengan cara pandang ahli-ahli kitab dan para pemuka agama.
Ilmu Pengetahuan berdasar pada apa yang dilihat, dianalisis, menjadi suatu kajian dan dibukukan dalam suatu keabsahan teoritis. Berbeda dengan keagamaan yang menitik beratkan pada sebuah nilai kepercayaan. Keimanan memberikan kenyamanan kepada para penyandangnya untuk mempercayai sesuatu, mengharapkan sesuatu, tanpa pernah mendapatkan suatu bukti-bukti yang otentik yang sah dan yang sangat bisa dicerna dengan akal dan juga logika manusia. Agama sudah tidak relavan lagi, agama sudah ketinggalan zaman tidak dapat memberikan kebutuhan "pengetahuan" di era modern seperti saat ini. Disinilah perbedaan kacamata yang digunakan untuk melihat, antara Ilmuwan dan Agamawan.
Siapa yang menciptakan Tuhan...
Ilmuwan mempunyai suatu prespektif bahwa, Alam semesta ini terbentuk secara kebetulan bermula pada ledakan super dahsyat BIG BANG, dan betul-betul terbentuk secara alamiah dan kontinyu, tanpa campur tangan suatu apapun. Hanyalah energi yang menciptakan, memproses dan merombak. Prosesan alamiah ini membuat keadaannya tetap stabil dengan hukum-hukum alamiah yang tetap stabil. Tidak ada Tuhan di dalamnya, sama sekali.
Namun hal itu berbeda dengan pola pikir saya, yang memang terlahir dalam keluarga yang taat dalam keimanan kepada Tuhan. Saya lebih sangat nyaman, jika mempercayai adanya campur tangan Yang Maha Kuasa, Yang Maha Bisa, dan Yang Maha Segalanya untuk menjadikan segala sesuatu realita kehidupan sampai dengan saat ini. Dan kenyamanan itu menyertai pemikiranku yang sudah terlanjur nyaman dengan pemikiran tersebut. Entah mengapa, saya merasa enjoy dan merasa tenang, disaat menaruh konsep adanya Tuhan di dalam segala hal kehidupan ini, di dalam setiap saat putaran waktu kehidupan semua makhluk. Perasaan nyaman yang tidak dapat terkatakan. Bagiku adanya konsep Tuhan sebagai Pencipta, membuatku lebih tenang, damai, oleh karena ada sesosok Adi Kodrati yang berkemampuan Maha, yang senantiasa akan menolong ciptaan-Nya. Aku tidak akan kuat, jika harus berpikir dengan sudut pandang para skeptis agama, hidup ku tak akan bertahan tanpa adanya campur tangan kekuatan yang MahaSegalanya.
Lantas... Point kita
Tuhan itu diciptakan atau menciptakan??
Jika anda tidak nyaman dalam keimanan, maka akan jawaban yang akan muncul "DICIPTAKAN"
tapi karena saya merasa nyaman akan pemikiran saya, sehingga saya menjawab "TUHAN ITU MENCIPTAKAN"
----------------------------------------------------------------------------------------
PENEKANAN POSTINGAN!!!
Segala bentuk yang berkaitan dengan kekekalan (eternal), yaitu segala yang tidak berusia (forever), sesuatu yang tidak terbatas (infinitif), yang tidak bisa dibatasi , dan segala sesuatu yang bersifat absolut TIDAK pernah berawal dan juga berakhir.
segala bentuk kekekalan, tidak pernah diciptakan ataupun dimusnahakan. Kekekalan merupakan realita yang sesuai dengan sifatnya yang kekal, dan atas fungsi dasarnya yang abadi. Oleh karena tidak berbatas dan berusia, maka selama-lamanya akan tetap berkarya, melakukan aktifitas KEMAHAAN-NYA yang tidak terbatas. Dan segala atribut yang melengkapinya yang juga bersifat kekal, adalah tanpa awal dan akhiran.
Kita adalah penentu kebijakan di masa depan nanti, dan dari pemikiran kitalah yang menjadi bekal untuk masa depan, untuk anak cucu kita kelak. Agar apa yang saat ini kita junjung sebagai suatu hal yang baik dan mulia, maka kita harus melengkapi diri dengan pengetahuan, bawasannya agama tidaklah monoton kuno. Agar agama tetap up to date dalam segala zaman, maka ada baiknya kita membuka cakrawala pemikiran kita seluas-luasnya.
Kita adalah penentu kebijakan di masa depan nanti, dan dari pemikiran kitalah yang menjadi bekal untuk masa depan, untuk anak cucu kita kelak. Agar apa yang saat ini kita junjung sebagai suatu hal yang baik dan mulia, maka kita harus melengkapi diri dengan pengetahuan, bawasannya agama tidaklah monoton kuno. Agar agama tetap up to date dalam segala zaman, maka ada baiknya kita membuka cakrawala pemikiran kita seluas-luasnya.
No comments:
Post a Comment