Separuh Pengharapan
Penikmat Dongeng seantero tanah air, pada kesempatan ini, Jhonna hendak memberikan suatu pandangan baru mengenai sebuah dongeng, yang sebenarnya sudah sering kita baca, ataupun dengarkan sewaktu kita masih kecil dulu...
------------------------------------------------------------------------------------------------
Zaman dahulu kala, disaat kaum raksasa bercokol di Tanah Bhumi ini, terjadilah suatu ketidakseimbangan alam dan semakin terpuruklah keadaan manusia, kehidupan manusia menjadi tidak teratur dan menjadi "tidak berhukum", manusia bertindak seturut dengan kehendak hatinya, menuruti ego semata. Manusia hidup dalam tekanan, dimana hidup mereka diwajibkan untuk tunduk dalam tekanan superior kekuasaan Raksasa kejam dan bengis.
Tidak pernah ada yang mengetahui, darimana kaum raksasa itu datang. Sepanjangan ingatan manusia, raksasa-raksasa itu sudah lama mendiami daerah di Dataran Medang Kasunyatan, menjadikan manusia sebagai buruh, guna mendirikan kerajaan Raksasa yang sangat megah di sebuah Gunung yang bernama "Watu Oling". Raksasa yang kejam, dan bertindak seenak hati mereka, memaksa manusia untuk bekerja keras untuk menjadi pekerja-pekerja bagi mereka, memenuhi segala kebutuhan para raksasa. Selain kuat dan perkasa, kaum raksasa ini sangat ahli dalam ramu-ramuan dan sihir, sehingga manusia menjadi sangat takut, dan tidak berani menentang kehendak Kaum Raksasa. Jika ada manusia yang menentang kehendaknya, maka raksasa tak segan-segan menyebarkan wabah untuk menyerang pemukiman manusia, sehingga banyak manusia yang mati.
Adalah sebuah keluarga petani, yang merupakan buruh upahan raksasa, sang kakek sudah lama meninggal, dan tinggalah sang nenek sebatang kara, tanpa suami dan tanpa anak. Mbok Rondo Sambego namanya, simbok menghiasi keseharian hidupnya dengan tangis dan ratapan, mengenang masa-masa bersama dengan suaminya. Kini dia sangat kesepian, tanpa adanya anugerah putra untuknya.
Kian hari mbok Rondo Sambego, kondisinya kian memburuk, dia sering sakit-sakitan. Dia bermimpi alangkah bahagianya, bila dia mempunyai anak yang dapat merawat dirinya yang renta ini. Dia berharap kepada yang Maha Mendengar, dan berharap agar permohonannya dapat terwujud.
Beberapa waktu berselang, dan mungkin adalah kehendak Sang Maha Mendengar...
Mbok Sawantun (sahabat Mbok Sambego) bertandang ke rumah Mbok Sambego, untuk menghaturkan beberapa makanan kecil, hasil olahan dari panen ketela (sisa yang harus distor ke Raksasa). Dari perbincangan mereka berdua, lantas Mbok Sawantun mencoba mengerti masalah yang sedang dihadapi oleh Mbok Sambego. Mbok Sawantun memberikan saran kepada Mbok Sambego, agar mengajukan permohonan kepada Wukir Seto (Salah Seorang Raksasa, Raja dari Kaumnya). Namun Mbok Sambego menolaknya mentah-mentah, pasalnya Wukir Seto akan meminta persyaratan yang tidak mungkin untuk dituruti.
Wukir Seto adalah Raksasa yang sangat bengis dan kejam, namun dia sanggup mengabulkan segala permintaan manusia, namun dengan syarat yang sangat memberatkan bagi pemohonnya. Memohon kepada Wukir Seto adalah cara terakhir disaat tidak ada cara lain untuk ditempuh.
Waktu terus berlalu, dan Simbok Sambego terus memikirkan kata-kata dari sahabatnya.
Sepulang dari sawah, simbok tak lantas pulang ke rumahnya. Dia terdiam di persimpangan jalan, antara jalan pulang ke desanya, atau jalan menuju Watu Oling. Dia sangat kawatir sekaligus berharap. Setelah beberapa saat merenung, kakinya mulai bergerak. Melangkah perlahan menuju ke arah Watu Oling. Dengan perasaan hati yang berkecamuk, dan harapan yang sangat kuat, dia membulatkan tekad, menemui Wukir Seto.
Hari semakin larut, dan tibahlah Simbok di kerajaan Watu Oling, dan disambut dengan gertakan oleh Raksasa Pengawal Kerajaan. Simbok menuturkan maksud kedatangannya, yang kemudian dipersilakan masuk untuk menemui Wukir Seto, Raja Kaum Raksasa. Simbok memasuki ruangan pertemuan, sebuah ruangan yang besar dengan dinding dan lantai berbalut emas murni, dan berbagai batu-batu mulia bertaburan pada dindingnya. Terdapat sebuah singgasana Raja Wukir Seto dialtar kerajaan yang tinggi dibanding lantai yang lain . Simbok dengan kerendahan hati menyampaikan maksudnya kepada Wukir Seto, mendengar permohonan Simbok Sambego, Wukir Seto tertawa terbahak-bahak dengan nada mengejek, tatapannya yang mencibir itu, membuat Simbok tertunduk dan bersimpuh dihadapat Wukir Seto. Simbok memohon kerelaan hati Wukir Seto untuk mengabulkan harapannya untuk mempunyai seorang anak perempuan yang baik hati.
Wukir Seto berpikir sejenak, dan bertanya kepada Simbok, apakah Simbok mampu memenuhi syarat yang diberikan. Sarat itu sungguhlah berat bagi simbok, Wukir Seto meminta kepada Simbok, bahwa disaat anak perempuan itu berusia tujuh belas tahun, dia harus dikirim kembali ke Watu Oling, guna diperisteri oleh Wukir Seto. Simbok diperhadapkan pada situasi yang berat. Karena tidak ada alasan lain dan dia berpikir inilah jalan satu-satunya, maka dia memutuskan menerima syarat yang diberikan Wukir Seto. Wukir Seto sangat senang dan bersuka hati, karena diusianya yang hampir menginjak 3560 tahun, dia akan mempunyai istri lagi.
Wukir Seto mendekati Mbok Sambego yang masih dalam keadaan bersimpuh di bawah altar kerajaan. Tangannya yang besar itu, menghelai rambut simbok, dan sontak menjambaknya kuat-kuat sambil tertawa meninggalkan simbok. Ikatan rambut yang sudah lusuh itu terurai dan beberapa rambut tercabut dari akarnya. Simbok tidak tahu apa yang terjadi, dia hanya bingung dan menata kembali rambutnya, dan menunggu Wukir Seto dalam keadaan bersimpuh dan bingung.
Wukir Seto bersama dengan beberapa ahli hayati kerajaan memasuki ruang laboratorium kerajaan, dengan membawa segenggam rambut putih milik Simbok Sambego. Rambut itu berisi DNA utuh simbok, yang nantinya akan di-cloning (dihandakan) menjadi individu baru yang memiliki DNA sama dengan simbok sambego. Ahli hayati kerajaan memutuskan untuk mengembangkan makhluk cloning-an itu dengan teknik "hamil diluar rahim", mengingat usia simbok yang sudah menginjak lima puluh tahun. Dimana rahim simbok sudah tidak kuat lagi, untuk dapat ditransplantasikan embrio hasil replikasi genetik DNA-nya sendiri.
Wukir seto menyetujui teknik tersebut, sehingga embrio baru hasil perkembangan replikasi DNA simbok itu diletakkan dalam sebuah tabung dan dilakukanlah persilangan antar dua DNA yaitu, DNA dari rambut simbok dan DNA yang kedua diambilkan daripada DNA timun emas (Cucumis sativus sp). Tim Hayati kerajaan
Kaum Raksasa sangat memahami dan mempunyai teknologi yang sangat canggih untuk dapat melakukan hal-hal yang dianggap ajaib oleh manusia.
Kaum Raksasa sangat memahami dan mempunyai teknologi yang sangat canggih untuk dapat melakukan hal-hal yang dianggap ajaib oleh manusia.
------------------------------------------------------------------------------------------------
Sinkronisasi:
Wukir Seto dan tim hayati laboratorium Kerajaan Watu Oling, mengembangkan suatu teknik baru "hamil luar rahim" yang mengambil wadah rahim baru daripada daging buah mentimun. Buah mentimun inilah yang nantinya akan menjadi rahim buatan bagi bakal embrio. Nutrisi bagi bakal embrio ditransfer secara berkala melalui mobilisasi nutrisi jaringan mentimun. Dengan teknik ini embrio dapat berkembang dengan baik, dan menjadi janin yang sehat meskipun tanpa rahim dari simbok Sambego (simbok telah memasuki masa menopause, sangat berbahaya jika harus mengandung janin)
------------------------------------------------------------------------------------------------
Tak lama waktu berselang, sepeninggal Wukir Seto dari Laboratorium Istana, simbok tersentak kaget, ketika derap langkah Wukir Seto dan Tim Hayati memasuki ruangan pertemuan. Wukir Seto kembali tertawa terbahak-bahak keras sekali, dan duduk di singgasananya. Simbok semakin ketakutan dan semakin menenggelamkan wajahnya tidak berani memandang ke arah Wukir Seto.
Wukir Seto memanggil nama Simbok dengan suara lantang: "Mbok Sambego!!!" dan simbok semakin tersentak, dan berucap: "Iya saya Paduka Raja...", kemudian Raksasa bengis itu melemparkan sebuah bungkusan yang terbuat dari kain emas, diikat kuat oleh benang emas, di dalamnya terdapat sebuah kapsul sebesar ukuran biji mentimun. Simbok Sambego bingung, namun tidak berani berucap apapun. Wukir Seto kembali tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi yang ditunjukkan simbok.
Simbok memberanikan diri untuk bertanya, untuk apa satu biji timun itu. Wukir Watu menjawab dengan tegas, bahwa: Biji itu harus ditanam dan dirawat sampai tumbuh besar. Jangan pernah sesekali lupa untuk menyiraminya. Biji itu akan menumbuhkan tumbuhan mentimun yang hanya akan sekali berbuah. Dari dalam buah mentimun itu, akan simbok temukan seorang bawi perempuan yang cantik yang merupakan putri kandung simbok, darah dan daging simbok sendiri. Mendengar kata-kata dari Wukir Seto, simbok merasa bahagia sekali, dia berdiri dan berucap terima kasih kepada Raja Raksasa yang bengis itu. Sebelum pergi, Wukir Watu mengingaykan kembali kepada Simbok, bahwa: Pada Saat anak itu berumur tujuh belas tahun, maka dia harus dihantarkan ke Kerajaan Watu Oling, untuk dijadikan Permaisuri bagi dirinya.
Simbok pulang ke rumahnya dengan perasaan yang sangat gembira, karena dia akan segera memiliki putri kandung. sesampainya di rumah, dia langsung menanam bibit mentimun emas itu, dipekarangan depan rumahnya. Dia memberikan pupuk dan menggemburkan tanah yang akan ditanami bibit ajaib tersebut, tak lupa dia memecah bambu dan menjadikannya pagar untuk melindungi bakal timun agar tidak dirusak oleh ayam ataupun binatang lain disekitar rumah. Ditemani pancaran rembulan, simbok sangat antusias mengerjakan pekerjaannya itu, senyum dan rona bahagia terpancar dari parasnya yang sudah keriput.
Dan tepat dimalam itu, Raqia salah satu dari Kaum Besayap Perak, mengamati kegiatan yang dilakukan Mbok Sambego. Raqia tetap mengawasi diatas Perahu Langit, dan tanpa melakukan apapun, Namun hatinya gelisah, Dia merasakan akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan oleh Langit. Dia mengkhawatirkan nasib Bhumi yang kian hari semakin parah, dan semakin mengkhawatirkan bagi keseimbangan alam semesta. Semenjak peristiwa itu, dimana Rahasia Langit dibocorkan oleh Penasehat Awan kepada Manusia Bhumi, keadaan alam semesta menjadi sangat kacau, banyak tindakan tidak berhukum yang dilakukan oleh manusia atas campur tangan Oknum Langit yang membelot dari Ketetapan Langit. Dengan data-data yang terpantau dari atas sana, Raqia hanya mengamati dan tanpa melakukan tindakan. Separuh hatinya berkasihan melihat simbok Sambego atas semua usahanya, akan tetapi separuh hatinya juga harus tegas menjalankan ketetapan langit. Namun Raqia hanya mengamati, dan tanpa melakukan tindakan apapun.
------------------------------------------------------------------------------------------------
Sambungan Dongen dapat di klik disini atau,
------------------------------------------------------------------------------------------------
I am Sorry:
JhonnaStudio mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh ataupun lokasi yang diposting dalam kisah ini, tidak ada maksud apapun dan hanya bertujuan untuk hiburan semata.
------------------------------------------------------------------------------------------------
No comments:
Post a Comment