Tuesday, May 13, 2014

Beragama namun seperti "tidak berTUHAN"


Dewasa ini saya kerap kali menyaksikan baik itu secara langsung, ataupun melalui media cetak, media elektronik, ataupun dalam media internet, adanya tindakan-tindakan anarkistis yang dilakukan oleh orang-orang yang mengatas namakan agama. Saya sangat keheranan, dengan atribut keagamaan yang komplit, dengan bahasa-bahasa kekhasan dari keagamaan tertentu, bahkan dengan membawa-bawa simbol agama tertentu, orang-orang ini seolah lupa bahwa mereka adalah hamba Tuhan. Dengan berbuat anarkis melakukan perusakan, melakukan tindakan nekad memukul orang lain yang dianggap musuhnya, bahkan pernah suatu ketika saya menyaksikan mereka yang mengaku taat dalam agamanya, membakar hidup-hidup orang lain yang saat itu berbeda keyakinan dengannya.

Bukankah dalam agama diajarkan suatu nilai kebenaran?, bukankah di dalam agama selalu ditekankan perbuatan moral yang luhur? Akhlak yang mulia? Pantaskah perbuatan yang mereka lakukan tersebut?

Hanya "beragama saja" tanpa pengetahuan, membentuk moral yang eksklusif. Masyarakat beragama saat ini, saya mencoba menilai, mereka hanyalah beragama saja, tanpa adanya bekal pengetahuan. Hal ini sungguhlah sangat berbahaya, oleh karena masyarakat mudah dihasut, mudah diprovokasi dengan iming-iming pahala sorga. Selain itu, masyarakat ditekankan teror yang menakutkan akan panasnya api neraka, bila mereka tidak menjalankan anjuran dari agamnya. Inilah yang menjadi masalah kita bersama.

Sebagian besar masyarakat beragama di Indonesia, hanya beragama saja, alias hanya menjalankan aturan agamanya secara harafiah (tertulis), namun mereka tidak memahami apa maksud dari yang tertulis tersebut.
Inilah bahayanya, jika kita hanya "beragama-saja".

Eksklusifitas dalam agama
Eksklusif adalah kata yang mengacu pada, sifat atau karakter seseorang atau sekelompok orang, yang merasa dirinya paling daripada orang lain. Dalam hal ini, mereka yang dinamakan eksklusif adalah mereka yang
merasa diri paling benar, paling suci, paling diberkati, paling tahir, paling layak menerima sorga daripada orang lain. Hal ini sungguh membahayakan bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Jika diteruskan, maka akan berakibat perpecahan, perseteruan, dan bahkan lebih menakutkan dari itu semua adalah timbulnya peperangan idealisme.

Masyarakat yang eksklusif terhadap agamanya, tidak segan-segan memberikan label pada orang lain yang berbeda, entah itu sesat, entah itu kafir, entah itu najis, haram, dan labeling lainnya yang sangat tidak enak di dengarkan. Label-label sosial seperti ini sangat mudah menyulut api permusuhan antar masyarakat, dan api tersebut sangat mudah menyebar, meluas dan membara oleh karena bersinggungan dengan ranah agama. Ketika kita beragama, maka sudah sewajarnya kita tidak hanya mengetahui apa yang tersurat, melainkan juga apa yang tersirat. Namun sayang seribu sayang, tidak semua kita mengerti akan makna yang tersirat dalam suatu teks agama.

Saya adalah Kristen, namun saya merasa aneh dengan orang-orang yang sok-sok-an Kristen, dan saya paling tidak suka dengan adanya Kristenisasi

Bukankah seharusnya saya senang, jika ada orang yang masuk ke dalam
agama yang saya imani?
Ketika ada orang yang bertanya demikian pada saya, saya dengan tegas
akan menjawab, "Mengapa saya harus senang?"

Saya rasa, agama bukanlah suatu standar bagi kita dalam membagikan kasih. Tugas kita sebagai insan manusia adalah membagikan kasih kepada seluruh ciptaan, tanpa terkotak suku, agama, ras, etnis, dan golongan. Lantas, mengapa saya harus senang, jika ada orang yang menyerahkan dirinya untuk dibaptis? Itu urusan dia dengan segenap kenyamannanya, dan bukan urusan saya, apalagi sok-sok-an mencampuri urusan kenyamanan dia.

Agama adalah privasi, agama adalah hak asasi, agama adalah hubungan yang paling sakral antara manusia dengan penciptanya. Dan itu termasuk dalam ranah pribadi, yang mana tidak satupun bagi orang lain untuk mencampurinya. Jika setiap orang telah memahaminya, maka itulah yang dinamakan kedewasaan beragama. Akhir-akhir ini saya cukup dibuat risih dengan orang-orang yang notabene Kristen. Namun saya kira, mereka lupa tujuannya untuk apa menjadi Kristen.

Baik di TV, Radio, di Youtube, di Koran, Majalah, saya terheran-heran, yang mana banyak orang yang melecehkan kekristenan, namun mereka tidak menyadarinya. Alih-alih sadar, malahan mereka dengan bangganya dengan perbuatan yang mereka lakukan. Perbuatan yang demikian, tanpa kita sadari, dapat menyulut api perpecahan antar umat beragama. Mungkin pada saat ini ada diantara kita yang Kristen, yang membaca postingan ini.

Saya dengan jujur ingin katakan:
Apakah ketika kita mengucap "syallom" itu lebih ngristeni dibanding
selamat pagi, atau selamat malam?

Apakah ketika haleluyah lebih ngristeni dibanding Syukurlah, atau Puji Tuhan??

Apakah ketika kita hafal ayat-ayat dalam bible itu, kita lebih
diberkahi katimbang hafal rumus matematika, fisika, biologi, atau
teori dari filsafat-filsafat yang lain?

Apakah ketika mengenakan kalung salib itu lebih fashionable dibanding
mengenakan atribut yang lebih nasionalis lainnya?

Apakah ketika kita datang ke KKR itu lebih ngristeni? Dibanding datang ke
seminar-seminar tentang kebangsaan?

Apakah stola, atau baju jubah, atau jas berdasi lebih ngristeni,
dibanding beskap, srojan, batik, tenun, rajut?

Apakah tarian tamborin lebih ngristeni dibandingkan tari gambyong,
tari pendhet, tari ngremo?

Apakah "bahasa roh" lebih ngristeni, katimbang bahasa krama alus,
bahasa nasional yang diucapkan dengan sopan dan penuh kerendahan hati?

Apakah kidung jemaat, kidung pujian lebih ngristeni, dibanding lagu
perjuangan, lagu wajib nasional? Lagu daerah?

Apakah pelayanan di gereja itu lebih mulia, katimbang memerangi kemiskinan, memerangi tindak diskriminasi, mengamalkan pancasila, dan memerangi korupsi?

Agama bukanlah sesempit itu!!!
Kekristenan bukanlah sekelumit dari liturgia, ataupun ibadah semata!!!

Ketika kita menyatakan diri berTUHAN, maka ketika itu juga, kita
harusnya sadar, bahwa yang kita lakukan seharusnya bersifat universal. Ketika kita menyatakan diri berTUHAN, maka kita harus menyadari bahwa seharusnya kita tidak berlaku sempit, eksklusif dan bahkan menjurus pada kefanatikan semata. Janganlah kita membuat tempurung dan menutupi mata kemanusiawian kita.

Aku malu dengan kekristenan saat ini, yang malahan menjadi bahan cemoohan bagi khalayak ramai. Bukannya menjadi agen-agen pendamaian, malahan menjadi agen-agen penyulut pertikaian.

Kristenisasi adalah usaha agamawan yang tidak manusiawi. Kodrat manusia adalah kebebasan, freewill. Tuhan memberikan berkat tersebut kepada kita, agar kita bebas merdeka menentukan setiap langkah hidup kita. Dan saya rasa, Kristenisasi bukanlah usaha yang mulia, kristenisasi apapun bentuknya, adalah pisau yang digunakan untuk mengkebiri kemerdekaan seseorang.

Ketika saya menentukan pilihan harus memeluk agama ataupun tidak, itu atas dasar saya nyaman, bukan karena teror, dan bukan karena paksaan. Saya kira Tuhan tidak sebengis dan sekejam itu, Tuhan memberikan kebebasan sebebas-bebasnya kepada umatNya, untuk menentukan pilihannya.

Sudahlah, jangan sok-sok-an membela Tuhan. Tuhan tidak gila hormat, Tuhan tidak butuh cari "nasabah", Tuhan tidak butuh kuantitas namun kualitas. Tuhan tidak pernah menakut-nakuti ciptaanNya untuk memeluk suatu agama tertentu. Kenapa? Karena Tuhan begitu mengasihi ciptaanNya, dan kita dimerdekakan dari apapun.

Kristenisasi yang dilakukan saat ini, sungguhlah hebat, akbar, dan juga luar biasa!!!
Adanya ibadah-ibadah penyembuhan, adanya KKR dengan full artist, full band, full tari-tarian. Suguhan yang sangat atraktif. Ditambah adanya trik-trik rohani yang memukau penonton, dan disambut dengan decak kagum oleh pemirsanya.

Belum lagi adanya dukun yang merangkap menjadi pendeta, dengan berjualan minyak urapan atau apalah itu, dengan kemampuan minyak urapan yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit. Dan ada juga testimoni mengatakan, bahwa dengan minyak tersebut, saat kecelakaan menerjang, kakinya utuh terlindas truck tronton. Hal gila apa ini?!?!
Coba kita bayangkan, jika hal tersebut ditelan mentah-mentah, ibarat memakan timun tanpa dikupas, tanpa dipotong langsung ditelan, hal apakah yang akan terjadi?
Beriman janganlah konyol, lengkapilah dengan pengetahuan agar bijaksana.


Kaum agamawan saat ini, menyikapi hidup hanya mampir ngombe. 
Celakanya banyak diantara kita memakai selogan tersebut.

Kekristenan saat ini begitu sangat murahan, sangat-amat murahan. Bahkan sampai malu saya menyaksikannya. Adanya penipuan-penipuan rohani yang dilakukan oleh oknum pendeta, dengan harapan pundi-pundi persembahan dapat terisi penuh dengan uang dari jemaat.

Pendeta zaman sekarang sudah kehilangan kemuliaannya, menebarkan teror dan kutukan kepada jemaatnya jika tidak mau bersembah banyak. Dengan jargon "taburan banyak maka tuaian banyak pula" dan ini sungguh konyol!!! karena apa, karena Tuhan hany ditakar dengan standar kekayaan ataupun penghasilan kita.

Saya dapat berkata demikian, karena saya menyaksikannya. Kekristenan saat ini mulai berangsur-angsur kehilangan kesakralannya. Hanya uforia rohani yang ditonjolkan, hanya ibadah semu yang tidak mendidik, hanya kotbah-kotbah kosong yang tidak mencerdaskan. Saya kira tidak hanya terjadi dalam intern agama saya saja, melainkan hal ini melanda seluruh dunia. Eksklusifitas menjadi jalan pembenaran bagi masing-masing agama, dan para agamawan.

Agama yang seharusnya mengajarkan nilai moral, malahan menghalalkan kebohongan.
Agama yang seharusnya mengajarkan etika, malahan menganjurkan
pemaksaan dan "pemerkosaan"
Agama yang seharusnya mengajarkan nilai-nila luhur tentang kasih,
malahan menyerukan kekejaman, diskriminasi, pertikaian, dan
perpecahan.

Hidup hanya mampir ngombe?
hidup itu hanya numpang minum
Jelas tidak, jika kita ingin hidup kita tidak hanya minum. Hanya minum saja, maka kita akan mati.
Jika kita ingin hidup, maka kita juga harus makan, olah raga, bekerja cari uang, dan itu tidak hanya minum saja.
Pemikiran hidup hanya numpang minum, membuat kita berpikir picik. Menganggap bahwa dunia ini hanya tempat transit belaka, dengan kata lain, kenyataan kehidupan baru akan kita jumpai setelah kita mati!!! dan itu sungguh konyol.
Banyak diantara kita yang mengejar kehidupan setelah kematian, dan lupa akan tugas dan kewajiban kita di dunia, meneruskan kehidupan yang layak untuk anak cucu kita kelak.

Jangan-jangan kita lupa akan panggilan kemanusiaan kita?
Apakah agama tidak mengajarkan kita untuk saling mangasihi antar umat manusia, mencintai lingkungan tempat kita tinggal? jujur Agama, mengajarkan!
Apakah agama tidak mengajarkan agar kita berkata sopan kepada orang lain?, jujur Agama, mengajarkan!
Apakah agama tidak mengajarkan untuk menjaga bumi, menjaga ekosistem, menjaga ekologi, menjaga keseimbangan iklim? jujur Agama, mengajarkan!
Agama juga mengajarkan kepada kita untuk bela rasa, berbakti kepada nusa dan bangsa, toleransi, berwawasan terbuka, nasionalis, menjadi pribadi yang mulia.

Jika agama mengajarkan demikian, siapakah yang belum sadar?


Sudah seharusnya kita sadar, bahwa agama bukanlah alat untuk memecah belah persatuan dan kesatuan. Agama dibuat agar supaya tatanan hidup manusia menjadi lebih teratur, lebih baik, dan lebih tertata. Tindakkan eksklusifitas yang sempit membuat kita lupa, bahwa ada hak orang lain yang harus kita hormati, adanya kebebasan bagi yang lain yang harus kita penuhi. Indonesia sangatlah majemuk, kebaikan tidak hanya didapati dalam satu agama saja, oleh karena setiap agama mengajarkan tentang kebaikan. Baik itu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha, Konghucu, dan Penghayat Kepercayaan lainnya juga mengajarkan nilai luhur tentang kemanusiaan. Agama adalah cara kita untuk memenuhi panggilan kemanusiaan kita.


Siapakah yang akan memperbaiki wajah agama di Indonesia kalo bukan kita?
Marilah kita menjadi agen-agen perubahan, agen-agen perdamaian.


___Salam Keseimbangan Antar Ciptaan

No comments:

Post a Comment

Mohon Perhatian ^^

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Buat Sobat-Jhonna, pembaca setia blog saya:
Terima kasih atas kesetiaannya membaca ataupun membagikan Informasi yang Jhonna sajikan. Alangkah bahagianya, jika Sobat tidak berkeberatan untuk MENCANTUMKAN alamat blog jhonnastudio.blogspot.com, saat sobat meng-copy dan mem-pastenya dan kemudian Sobat MEMBAGIKANNYA pada forum lainnya...

Salam Hangat...
Salam Keseimbangan Antar Ciptaan...
by: JhonnaStudio
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------