“Paijah and The Cambers of Secret”
Pak Karjan mencoba membangunkan
Paijah yang rupanya sedang berpura-pura pingsan, dengan modus agar Pak Karjan
membopong Paijah dan menaruhnya lembut dikasur yang empuk dan dan dan….
(Sensor) (maaf ini bukan blog dewasa tauukkk), ternyata lamunan dan impian
Paijah kandas sudah. Bukannya diperlakukan manusiawi, malah-malah Paijah di
seret secara paksa, Pak Karja memegang erat salah satu tangan Paijah (tentunya
dengan sarung tangan yang sudah disterilisasi), dengan tergopoh-gopoh seperti
menyembunyikan mayat, Pak Karjan menyeret Paijah tepat di bawah kaki Siti
Dhenok. Wajah Paijah dihantamkan luar biasa keras di ubin, dan hidungnya tepat
mencium kuku jempol siti yang sudah dikutex merah maroon, betahtakan “Prada”maroon
swarosky, high heel kesayangannya.
Siti mengibaskan wajah lusuh itu,
dia hentakkan sambil berjingkat rempong-serempong-rempongnya… dia
kibas-kibaskan tangan, ambil pasir untuk menghapus najis besar yang melanda
Siti Dhenok. Dan Siti-pun menyuruh security tampan itu untuk mengguyur wajah
lusuh Paijah, dengan bekas-bekas-air comberan (air comberan kuadrat, sudah
difermentasikan selama tujuh bulan lebih 5 minggu). Mencium aroma menyengat dan
sangat khas itu, Paijah langsung bangun, lari palang pukang ke halaman depan
warung, salah satu tangannya menopang badannya yang membungkuk, dan keluarlah
air berwarna dari dalam dirinya… dia mual sejadi-jadinya.. sambil koprol dan
menari hula-hula senari-narinya… sumpahh bau banget… air comberan apa sihh ini,
tanyanya agak keras… sambil tetap menahan mual dan muntah.
Pak karjan menyahut, “emmm air
bekas nyuciin orang utan Sumatra bell gembelll…. “ ujarnya sambil tertawa
cekikikan bersama Siti Dhenok disampingnya…
Setelah selesai ritual mual dan
muntah, Paijah diguyur oleh Pak Karjan dengan air PDAM yang debitnya mulai redup
(maklum musim kemarau guys), dan dirasa sudah agak harum, dan berganti pakaian,
Paijah ditanya oleh Siti Dhenok. Diapun mengungkapkan isi hati dan maksud
kedatangannya ke rumah Ndoro Siti. Kembali deh, bibir Siti nyungir kayak Kuda
kepang makan beling… dengan cetus dia bertanya ke Paijah “Beneran… eluu mau
kerja di warung guwehhh” katanya sambil membelakangi Paijah dengan judesnya…
suara langkah Highheelnya “cetok-cetok-cetok” memekakan telinga, seperti dosen
killer sedang ngawasin ujian Alogaritma….
Paijah tertunduk lesu, sambil
bergetar karena kedinginan plus meriang akibat beberapa hari bergadang liat bola
sama bapak-bapak Dukuh Mojowetan(agar menang taruhan gitu)… “saya berniat
sungguh ndoro…., ikut kerja disini” aksen jawa yang sungguh kentara. Siti Dhenok lantas menatap wajah Paijah
yang memelas, dan berkata “ellluhh itu bisanya apahhh… ha ha” “brettttt…..”
sambil membuka kipas tangan Siti berlalu lalang di depan Paijah.
“Banyak ndoro… saya bisa segala
hal… bisa masak, bisa nyuci piring, bisa nyuci baju, nyuci mobil ndoro.. bahkan
nyuciin pak karjan juga bisa ndoro” senyum smuringah disela kelesuan terbit di
bibirnya….
“Whattt !!!! ellu mau mandiin pak
Karjan juga…?!, enak aja… Karjan milik guwehhh” sambil telunjuk Siti
dipelantingkan di dahi Paijah… “Ya sudah.. ya sudah… daripada ellluhhh bikin
badmood seharian…. Elluhh guwehh terima kerja disini, tapi ingat… patuhi segala
aturan ditempat ini… Okey???” lanjut Siti, menerima permohonan Paijah.
“Terima kasih banyak.. Ndoro
Siti, terima kasih” berkali-kali Paijah menciumi kaki Siti, dan berkali kali
pula Siti Menghindar, dia gag mau mandi besar untuk yang kedua kalinya..
“Ndoro Siti, memang syaratnya
apaan thoo ndoro?” Tanya Paijah..
“Okeyy kalo ellluh udah tanya, guwehh
jawab… 1. Ellu kudu bisa buat pelanggan tertarik datang kemari, 2. Ellu harus
giat bekerja disini…. 3. Kudu loyal, dan bisa menjaga rahasia resep yang ada…
dan terakhir yang keempat…..” Siti terdiam sesaat.
“Yang keempat apaan too ndoro?”
Paijah yang masih bersimpuh dibawah kaki Siti, penasaran dibuatnya.
“Emmmm… yang keempat, jangan
sekali-kali elluu ngintip, atau nguping, atau malah masuk ke kamar belakang ….
Okeyy Paijah!!!!? Bisa dimengerti!?”
“Owalahhh… gitu saja kok… gampang
ndoro… bisa bisa” Paijah menganggung setuju…. Dan dia sangat bahagia diterima
kerja di warung Ndoro Siti Dhenok.
“Lantas… mulai kapan saya bisa
bekerja di sini, ndoro siti….!? “ tanya Paijah kembali.
“Yahhh hari ini,…… ellu bisa
langsung capcus kerja…, okey yahh… ntar ellu ketemu sama menejer aku.. Pak Asep
yahh… dia akan memberi kamu baju kerja…. Guwehh ke belakang dulu, sebentar lagi
Asep datang kok” jawab Siti sambil berjalan sexy masuk ke dalam rumah..
(kebetulan warung makannya berada di teras rumah yang sangat luas)
Kebahagian terpancar dari wajah
Paijah, dia diterima kerja di warung yang terhitung sangat popular di Dusun
Mojowetan, ada juga sih warung makan lain yang juga cukup ramai, warung milik
ibu Slamet Mugi Rahayu. Tapi entah mengapa kurang banyak diminati, padahal kalo
dirasa-rasakan menunya lebih komlit di warung Ibu Slamet… tiba-tiba dari arah
belakang Paijah, ada seseorang yang menepuk bahunya… dan sontak saja Paijah
kaget terkentut-kentut… ada kesan mistik yang dia rasakan… Oww rupanya Pak Asep…
“Paijah.. ya…?? abdi tehh Asep,
meneger di warung ini…, tadi abdi teh sampun dipangertosken ama Ndoro Siti,
soal Paijah… dan ini….” Pak Asep menyodorkan baju seragam untuk Paijah. “lekas
dipake ya…. Abdi tehh ada kaparluan saness pisan” dan sekonyong-konyong Pak
Asep pergi meninggalkan Paijah sendiri. Paijah merasa merinding, ketika Pak
Asep datang tanpa derap lagkah kaki dan menghilang tanpa bekas saat berpamit
pergi. Ya sudahlah yang penting Paijah mendapatkan seragam kerja… Paijah celingukan
bingung, melihat sekitar warung, nampaknya tidak ada tempat untuk dia dapat
mengganti bajunya.. Ahh malu juga ya, masak dia harus ganti di tempat umum…
Paijah mencari ruangan ganti, agar privasinya tetap terjaga… Dia berlahan
mengendap, kedalam rumah… dan dia tidak menemukan siapapun disana, Ndoro Siti,
ataupun Pak Karja, bahkan Pak Asep… meskupun batinnya bertanya, namun dia tetap
menatap pada tujuan.. “ganti baju”.
Di ujung rumah, terdapat satu
ruangan yang cukup kecil, dibandingkan ruangan-ruangan lainnya, dan dia mencoba
membuka perlaham… dann… aman, gag ada siapapun yang melihat Paijah masuk
kedalam… dia tampaknya lupa dengan janjinya kepada Ndoro Siti dhenok, dan
ketika dia tersadar, Paijah sudah berada di dalam ruangan tersebut.. yang
adalah “Kamar Belakang”.
Paijah dengan heran melihat
sekitar, ruangan ini Nampak biasa saja, dan memang hanya ditemani sinar lampu
temaram bholam 5 watt.. tapi bersih dan sedikit pengap, karena gag ada jendela
atupun ventilasi. Yang bikin aneh adalah, banyak banget kantung-kantung yang
biasa dipake tidur pas kemah-kemah.. sepertinya ada isinya.. di taruh berjajar
disekeliling ruangan. Tanpa menggubris hal itu, paijah berganti baju… kebaya
putih sexy, dan jarit mini yang sungguh mini, mepet dan terlihat sempit… dia
tata kembali konde cempol di kelapanya dihadapan cermin yang sudah kusam…
Taraaa… diapun sedikit terlihat seperti manusia… pada umumnya…
Tiba-tiba, salah satu kantung
tidkur itu bergerak… bergerang perlahan namun pasti, bergetar-bergetar seakan
mengetahui ada Paijah di dalam ruangan tersebut. Paijah ketakutan, dan dengan
extra lebay dia menutup matanya sedangkan tangan satunya mencoba membuka
resleting kantung tersebut… “kreeeekkkkk….” Kantung sedikit terbuka, dan…. “Astaga………!!!
Pak Abdullah… “ Paijah terperanjat kaget, dan terduduk di depan kangtung
tersebut, dia melihat Pak Abdullah yang adalah suami Ndoro Siti Dhenok dalam
keadaan lemas, pucat pasi, dengan tatapan mata yang kosong… menatap Paijah
dengan nanar tanpa bisa berkata satu patah katapun…. Pak Abdullah diisukan
telah meninggal karena kecelakaan di kapal very di selat Sunda… dan mayatnya
tidak diketemukan.. yang membuat Paijah kaget adalah, yang didepannya saat ini
adalah Pak Abdullah, asli… bukan sekedar ilusi semata…
“Ada sesuatu yang tidak beres
dari gelagat Ndoro Siti, jika ada pak Abdullah di dalam kantong tidur ini… maka
di kantong tidur lainnya, pasti juga ada isinya” ucap Paijah dalam hati.
Dari arah luar, terdengar bunyi
derap langkah Ndoro Siti yang sangat khas… dan Paijah belum sempat memastikan
isi di dalam kantong tidur lainnya… Pak Abdullah, dengan isyarat menyuruh
Paijah keluar dengan hati-hati… dalam keadaannya yang sangat lemas, Pak
Abdullah menyuruh Paijah menutup kembali resleting dan keluar dengan sangat
hati-hati…
Beberapa menit kemudian, setelah
dirasa… aman.. Paijah mencoba mengintip, dan keluar perlahan, sangat pelan… dan….
---Kelanjutan kisahnya, ada di Paijah TKW Arab Saudi-Part III, klik disini yahhh ........
No comments:
Post a Comment