Wednesday, November 6, 2013
Monday, October 7, 2013
Pengetahuan Vs Iman
Postingan kali ini, merupakan kelanjutan dari postingan terdahulu, mengenai: Bertuhan di Era Modern. Semakin menggali dan menguji, sehingga menemukan. Mengetuk maka pintu terbuka, meminta maka akan diberi. Demikianlah kita jika kita telah berusaha maka kita akan menemukan.
Saya tidak sabar ingin membagikan apa yang beberapa waktu lalu, saya mendapatkan informasi yang membuat mata ini terbelalak, dan mulut ini menganga dengan dramatisnya.
Secara kebetulan, saya memang terlahir dari keluarga Kristen yang sangat taat, sejak kecil saya dikenalkan kepada gereja oleh keluarga saya. Meskipun gereja tempat saya menimba ilmu spiritual tentang keimanan, tergolong gereja kecil, namun saya bangga boleh hidup dan diakui keberadaan saya disana. Dari sekolah minggu hingga masuk dalam jemaat dewasa, saya menekuni proses tersebut hingga saat ini.
Semakin bertambah usia, semakin bertambah level pula jenjang pendidikan saya. Saya termasuk orang yang disiplin dalam pelajaran, dan menyukai beberapa mata pelajaran, terutama yang berkaitan dengan sejarah, bilogi, geografi, astronomi. Dan tidaklah salah ketika SMA, saya dijuruskan dalam kejuruan Ilmu Alam.
Jhonna yang taat akan agama, dan dilain sisi Jhonna yang disiplin akan kajian ilmu.
Pernah suatu ketika saya bergumul dalam hati, mengapa antara ilmu pengetahuan dan agama, tidak pernah menemukan titik temu, dan memecahkan permasalahan mengenai misteri kehidupan ini secara bersama-sama? Jika hal tersebut dilakukan, niscaya akan mempunyai pengaruh yang teramat baik bagi kehidupan peradaban manusia. Namun yang disayangkan, bahwa, agama justru menjauh daripada ilmu pengetahuan. Begitu pula sebaliknya, ilmu pengetahuan menilai dogma-dogma agama tidaklah otentik dan memiliki bukti-bukti yang relevan dikaji dari kacamata science.
Bertambah usia, sudah sewajarnya jika bertambah dewasa
Bertambah dewasa sudah sepantasnya bertambah bijaksana
itulah yang mendasari diri ini, terus mengkaji, menguji, dan menambah wawasan, agar hidup semakin bijaksana. Di dalam perjalanan kehidupan itulah, biasanya kita menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kita. Hal inilah yang melatar belakangi saya, untuk sharing sedikit pengalaman saya.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Perhatian !!!
Dalam ulasan selanjutnya,
secara sadar benar, dengan penuh kerendahan hati, saya menuliskan beberapa penggal ayat dan kisah dari keimanan saya. Tidak mengurangi rasa hormat pembaca yang budiman, dan tidak ada tendensi apapun, niat hati saya, hanya ingin membagikan pengalaman mengenai "PENGETAHUAN VS IMAN". Terima kasih ^_^
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tuhan menghendaki kita menjadi berpengetahuan
Ketika sang pencipta menciptakan beragam ciptaanNya, sudah barang tentu KEBAIKAN yang dikehendaki olehNya. Tuhan menghendaki segala sesuatu yang diciptakanNya adalah BAIK adanya, tanpa terkecuali. Kebaikan itulah yang mendasari ciptaanNya, termasuk tumbuh kembang, kemajuan akal, akhlak dan budi pekerti spiritual yang baik.
Manusia, adalah satu-satunya makhluk di planet Bumi, yang memiliki akal dan mampu membentuk budi pekerti yang luhur. Diantara makhluk ciptaan yang lain, manusia lah yang mampu memiliki kepekaan rasa, mempunyai daya cipta guna menghasilkan suatu karya, untuk menunjang kehidupannya.
Dari mulanya, hingga terkemudian, manusia semakin bertumbuh dan berkembang mejalani rentetan kodrati insani untuk dapat hidup di Planet Tempta Tinggal Manusia, yaitu Bumi. Hal tersebut tidak bisa lepas daripada peran serta pengetahuan. Pengetahuan juga-lah yang memproses peradaban kuno hingga menjadi peradaban modern seperti saat ini. Itu semua karena kehendak Tuhan, untuk KEBAIKAN ciptaanNya, terkhusus manusia.
Pengetahuan merupakan salah satu wujud cinta kasih Tuhan, yang diturunkan kepada manusia melalui beragam pengamatan, penelitian, pembelajaran, dan parktik-praktik yang telah dan sedang dilakukan sejak zaman kuno. Pengetahuan inilah yang membekali manusia mampu bertahan hidup di tengah keganasan lingkungan tempat tinggalnya.
Berbeda dengan hewan, yang terlahir dengan memiliki taring yang tajam, atau cula yang kokoh, juga cakar yang runcing. Hewan dari mulanya memiliki persenjataan lengkap untuk dapat bertahan hidup dalam keganasan alam. Manusia mempertahankan hidupnya hanya dengan akal dan pengetahuan, dengan itulah mereka mampu bertahan hidup dari kerasnya alam. Adalah benar apabila, PENGETAHUAN merupakan kehendak Tuhan, agar manusia tetap dapat bertahan hidup. Tanpa pengetahuan, manusia tidak akan tetap berjaya di planet Bumi ini.
Sudah menjadi sifat dasar manusia, bahwa memperjuangkan hidup dengan mengandalkan akalnya. Sehingga tidak pula menjadi kesalahan, jika akal dan rasional dipakai manusia untuk menguji segala hal yang ditemuinya.
Jangan salahkan Tomas
Tomas adalah salah satu rasul, murid Yesus, diantara kedua belas rasul Tomas adalah murid yang dapat dibilang sangat mengutamakan rasio atau logika. Adalah suatu kisah, yang ditulis oleh Yohanes. Kisah itu menceritakan bahwa Tomas baru akan percaya terhadap kebangkitan Yesus, jika ia berhasil mencucukkan jarinya kedalam bekas lubang paku, bekas penyaliban ditangan Yesus. Tomas sangat tidak dapat mempercayai akan adanya kebangkita orang mati.
Mengapa Tomas, tidak mau mempercayai hal itu, padahal pada kejadian sebelumnya, Yesus telah lebih dahulu menampakkan diriNya kepada murid-murid lain, kecuali Tomas. Dari kesaksian murid inilah, Tomas mendengar kabar bahwa Yesus telah bangkit dari kematian. Bukannya lekas percaya, namun Tomas mengambil sikap yang berbeda, dia hanya akan percaya jika dia berhasil mencucukan jarinya, kepada bekas paku di tangan Yesus dan bekas tombak di lambung Yesus.
Sontak saja, murid yang lain menjadi sangat kesal, dan memprotes keras akan tindakan Tomas yang "kurang percaya" tersebut. Namun disisi lain, Tuhan mempunyai rencana yang lain untuk Tomas. Tuhan memberikan apresiasi terhadap iman yang dimiliki Tomas. Bukannya memarahi Tomas karena "kurang percaya", Yesus kembali lagi mendatangi murid-murid yang saat itu sedang berkumpul di dalam rumah salah seorang murid, yang dikunci rapat dari dalam. Murid-murid sedang bersembunyi dari incaran kekaisaran romawi dan ahli-ahli Taurat Yahudi, saat itu. Tiba-tiba ada suara sapaan yang tidak asing lagi bagi mereka semua: "Salam Damai Sejahtera besertamu", mendadak haru dan terkejut, suasana yang hening menjadi hangat, saat Yesus menampakkan diriNya untuk kedua kalinya kepada murid-murid, dan untuk pertama kalinya kepada Tomas.
Yesus memberikan apresiasi yang luar biasa kepada Tomas, karena iman Tomas itulah, dia mendapatkan yang ia cari. Tomas membuktikan kebangkitan Yesus, dengan mencucukan jarinya pada bekas lubang paku di tangan dan lubang tombak di lambung Yesus.Yesus tidak memarahi Tomas, Yesus tidak menegur Tomas, malahan Yesus memberikan hadiah yang luar biasa yang tidak diterima oleh murid-murid yang lain, yaitu: Memperbolehkan diriNya disentuh oleh jari Tomas.
"Tomas mencucukan jarinya pada bekas tombak di lambung Yesus, membuktikan bahwa Yesus bangkit dari kematian" |
Kisah singkat ini, sangat menghantam diriku kala menemukan makna yang terkandung di dalamnya. Tuhan tidak menginginkan kita "asal percaya", Tuhan tidak menginginkan kita memegahkan diri pada kepercayaan yang tanpa dasar. Yang Tuhan inginkan adalah membuat ciptaanNya menjadi manusia yang cerdas, berintelektual dan memiliki kemampuan berpengetahuan yang mumpuni. Segala sesuatu yang kita yakini, yang kita imani haruslah mempunyai dasar yang kuat, haruslah mempunyai bukti yang otentik, tidak sekedar mitos, ataupun kiasan, ataupun cerita turun-temurun omong kosong nenek-kakek moyang kita. Namun membuktikan apa yang kita imani, adalah suatu kepuasan tersendiri bagi kita. Hal ini justru menambah iman percaya kita menjadi lebih kuat dari sebelumnya, karena apa? Karena yang kita anggap benar adalah nyata kebenarannya.
Yesus juga berpesan kepada murid-muridNya yang lain, bahwa:
“Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”
(Dikutip dari Injil yang ditulis oleh Yohanes Ps 20 : 29b)
awalnya saya hanya membacanya harafiah, tanpa saya selami maksud yang tersirat di dalamnya. Namun setelah saya memahami kisah iman Tomas ini, saya mulai meyakini maksud Yesus dalam perkatannya tersebut.
Secara bahasa sederhananya akan berarti demikian:
"Jika kamu bisa percaya tanpa melihat, tanpa membuktikan, dan tanpa melakukan usaha apapun lantas kamu percaya !?, Ya... Bahagialah kamu."
Yesus adalah guru yang luar biasa, Dia telah mengetahui lebih dahulu apa yang akan kita gumulkan saat ini. Kita hidup di era modern, yang sangat sukar sekali mempercayai sesuatu hal, walaupun kecil dan remeh sekali kelihatannya. Apalagi sesuatu hal yang akan berdampak dan besar sekali pengaruhnya akan kehidupan kita. Nah dari perkataan itulah, saya tersadar, bahwa untuk mengasihi Tuhan, atau mempercayakan hidup ini dalam IMAN maka haruslah pada dasar yang kuat, pada bukti yang tentunya dapat diuji secara objektif. Tuhan adalah yang MAHA KUASA, sudah barang tentu Tuhan tidak takut untuk diuji, untuk diselami, tidak takut untuk dipelajari, karena Tuhan MAHA PANDAI sehingga menghendaki manusia sebagai ciptaanNya menjadi pandai.
Wujud mengasihi Tuhan, dengan berpengetahuan? Benarkah?
Hidup di Era Modern seperti sekarang ini, sungguh tidak mudah bagi mereka yang dangkal dalam pola berpikirnya. Mereka yang berpengetahuan dangkal dan sempit, akan mudah terprovokasi, tidak mau menerima perbedaan. Mereka akan mudah di adu domba, sedikit tersulut oleh isu-isu SARA makan akan mudah terpancing dan bermunculan aksi-aksi anarkistis.
Agama sebagai salah satu pilar penopang peradaban bangsa ini, sudah seharusnyalah mau membuka diri akan adanya pengetahuan dan arus informasi yang sedang terjadi. Agama jangan hanya menjadi katak dalam tempurung, bersikukuh dengan budaya yang konvensional kemudian menutup mata dan telinganya dari pengetahuan yang ada. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu beradaptasi atas lingkungan yang kian berkembang, demikian pula agama. Mari menjadi para pemeluk agama-agama yang juga bercendekia, jangan hanya berpikiran sempit dan memiliki suatu paham kebenaran yang subyektif.
Mungkin saat ini kita lupa, bahwa dari pengetahuanlah dapat terbangun adanya jembatan yang kokoh untuk menghubungkan setiap lini kehidupan manusia dengan serentetan kodrati insani yang harus dipertanggungjawabkan bersama.
Pengetahuan dan Iman mampu menghasilkan suatu standart kebenaran yang dapat diakui bersama, yang mampu memuaskan banyak orang. Dan kebenaran yang dikeukakan bersifat obyektif dan akan memberikan bukti otentik bagi para pencari kebenaran.
Jika A adalah Iman, dan B adalah Pengetahuan.
A = Iman = Faith
B = Pengetahuan = Science,
Kemudian A digabungkan dengan B, gabungan antara A dan B, akan menghasilkan AUB.
Kesimpulan: Iman dan Pengetahuan digabungkan dalam memecahkan rahasia kehidupan, maka akan menghasilkan KEBENARAN. Kebenaran Mutlak adalah suatu kebenaran yang dapat dipandang dari sisi IMAN dan juga dapat diuji dari sisi PENGETAHUAN.
Seorang teman memberikan quote atau kata-kata bijak dari seorang ilmuwan kondang, Albert Einstein, demikian kutibannya:
"PENGETAHUAN tanpa agama (IMAN) adalah pincang, agama (IMAN) tanpa PENGETAHUAN adalah buta"
Hal ini sangat kita rasakan, bahwa di Era modern seperti saat ini, kita diharuskan tetap ber-IMAN namun juga ber-PENGETAHUAN. Sehingga kebenaran yang kita IMANI merupakan kebenaran yang MUTLAK BENAR.
Einatein juga menuliskan pengalaman spiritualnya, yang dijumpai dalam berbagai penelitian, yang dituangkan dalam kata-kata, demikian:
"Semakin Saya belajar tentang PENGETAHUAN, semakin saya mempercayai TUHAN"Betapa kita tidak bersyukur, atas anugerah PENGETAHUAN yang Tuhan berikan, segala pengetahuan akan berujung pada Tuhan dan berasal pada Tuhan. Ujung dan Pangkal daripada segenap PENGETAHUAN adalah Tuhan, dapat dikatakan bahwa: TUHAN ADALAH SUMBER DARI PENGETAHUAN. Jabatan bagiNya yang adalah sumber dari pengetahuan adalah SANG MAHA TAHU (Omni Science).
Tuhan membentangkan langit sebagai kanvasNya, Tuhan menorehkan lukisanNya melalui bintang-bintang, galaksi-galaksi, planet-planet. Tuhan memberikan warnaNya melalui tetumbuhan, melalui binatang berkeriapan, melalui peradaban manusia. Segala yang terjadi dalam ALAM SEMESTA ini, adalah Cara Tuhan mewujudkan eksistensi KEBERADAAN-NYA
Bapak sayang tercinta, yang adalah kepala keluarga bagi kami, senantiasa mengingatkan pada saya, satu ayat yang sangat melegakan, demikian:
"Kasihilah Tuhan mu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap AKAL budimu. dan Kasihilah Sesamamu Manusia___(Hukum Kasih)"Mengasihi Tuhan, melalui keimanan kita dengan segenap AKAL dan BUDI, merupakan cara mengasihi Tuhan yang dikehendaki olehNya. Dengan adanya Akal (PENGETAHUAN) akan membentuk Budi Pekerti yang baik. Budi Pekerti meliputi: Pola Pemikiran, Tutur Kata/ Ucapan, Tingkah laku, dan pembawaan diri. Ketika kita ber-PENGETAHUAN, maka kita akan menjadi bijaksana dalam menyikapi hidup. Hidup menjadi harmonis untuk sesama ciptaan.
Semoga kita dapat menyelaraskan antara PENGETAHUAN dan IMAN, untuk keseimbangan antar ciptaan.
Salam Keseimbangan Antar Ciptaan
Sunday, October 6, 2013
Bertuhan di Era Modern
ijinkan Jhonna sedikit membahas mengenai suatu hal yang cukup membuat Jhonna tertarik, yang menyebabkan tidak enak tidur, hal tersebut adalah : "Bertuhan di Era Modern?!" Terdengar cukup menantang memang.
Diawali dari sebuah chit-chat dari smartphone, dari seorang teman lama. Dia sedikit komplain terhadap dogma-dogma agama saat ini. Karena agama, entah mengapa tidak dapat berjalan bersama dengan ilmu pengetahuan. Agama bahkan sangat kontras dengan ilmu pengetahuan.
Beberapa komentar tersebut, akan saya rangkum dalam postingan singkat ini
yang mudah-mudahan dapat membuka separuh kesadaran kita yang masih tertidur pulas.
Kita hidup di Era Modern
Tak bisa dihindari lagi, bahwa peradaban semakin lama akan semakin menghasilkan pesatnya ilmu dan teknologi. Hal ini tampak jelas sekali, di zaman ini tak ada seorangpun yang tidak mengenal internet, jejaring sosial, media elektronik, dan bahkan adanya gedget aneka warna dengan kecanggihan yang spektakuler.
Arus pengetahuan melahirkan generasi-generasi yang kritis, yang mana memungkinkan bagi mereka membentakngkan pemikiran sekuas-luasnya. Melogika segala hal, dan membuatnya bisa di rasionalkan, bahkan dalam kajian Theistik (ketuhanan) sekalipun.
Pesatnya pengetahuan, sangat berdampak pada perkembangan teknologi beserta kecanggihannya, hal itu sangat memungkinkan terjadinya pergeseran pola pandang kita, dalam keimanan. Bukti-bukti dan temuan-temuan dalam kajian pengetahuan, menguatkan teori demi teori yang dipaparkan dalam hipotesa. Yang lebih celakanya, pengetahuan mencoba mematahkan dogma dan ajaran-ajaran luhur daripada agama-agama terdahulu. Banyak daripada kita zaman modern ini, lebih mengandalkan rasio daripada iman. Nah, inilah kasus kita saat ini.
Pada suatu kali, ada seorang sahabat saya yang berkeluh kesah kepada saya, kurang lebih seperti ini:
"Agama terlalu sulit diterapkan di era modern seperti saat ini, dikarenakan hanyalah iman sebagai modalnya. Iman hanyalah bersifat abstrak, sulit dibuktikan, dan diluar nalar"
Tidaklah salah, jika sahabat saya berkata demikian, dikarenakan iman memang tidaklah mudah untuk dibuktikan secara rasional, karena iman menyentuh kehidupan dari sisi yang lain. Jika bukti dan penelitian menyentuhnya dari sisi RASIONAL, iman menyentuh kehidupan ini dari sisi TRANS-RASIONAL*.
*trans-rasional adalah segala hal yang dianggap irasional namun rasional keberadaannya, menurut sistem kepercayaan yang meyakininya.
Sekelumit argumen dari sahabat saya tersebut, menjadi sangat salah ketika mengutamakan rasional dan melepaskan iman. Rasional adalah baik untuk menjadi tahu, namun iman juga memiliki kebaikan untuk mendamaikan hidup ini.
Hidup adalah Misteri
Sobat... Hidup adalah Misteri, terdengar sangat klise memang, dan mayoritas dari kita menggunakan kalimat tersebut jika kita terpojok dan tidak mampu berargumen untuk menjelaskan suatu pertanyaan.
Sobat, menyikapi kemisteriusan hidup ini, saya tergugah untuk membagikan ilustrasi kepada kita semua:
"Di dunia ini, ada dua tipe manusia, yang keduanya meyakini berjalan menuju arah yang sama, namun mereka satu sama lain berjalan pada jalan mereka masing-masing. Seorang yang bernama SALEH memilih jalan WAHYU, sedangkan seorang yang lain bernama TEKUN memilih jalan PERENUNGAN. Keduanya menjalani jalan tersebut secara berbeda, SALEH berjalan dengan penuh keyakinan akan menuju ujung jalan tersebut dengan selamat karena wahyu yang digunakannya sebagai tuntunan. Lain halnya dengan TEKUN, dia tidak ada bekal ataupun petunjuk sama sekali, TEKUN menjalani jalan tersebut setapak demi setapak, melihat kanan dan kiri, mengkaji segala sesuatu di sekitar jalan tersebut. TEKUN lebih mewarnai setiap langkahnya dengan sukacita, karena adanya keragaman yang dia jumpai. Walaupun tanpa bekal petunjuk apapun, TEKUN sampailah juga di ujung jalan tersebut, dan menjumpai SALEH disana"
Ilustrasi tersebut mencoba mengingatkan kepada kita, bahwa IMAN dan LOGIKA, keduanya akan berujung pada kebenaran yang sama, namun cara yang dilakukan berbeda. LOGIKA mengarahkan alur berpikir kita secara NATURAL (alamiah, kajian alam, perenungan), namun IMAN mengarahkan alur berpikir kita secara SUPRA-NATURAL (diluar nalar, trans-rasional). Hal ini tidak menjadi masalah, asalkan satu dengan yang lain tidak saling menikam, dan mempersalahkan, ataupun lebih mengutamakan pembenaran diri.
Kenapa harus Atheis?
Pergumulan ini semakin seru dan menantang, ketika sikap saling tuding berujung pada diskriminasi pihak berlainan. Seru dan menantang, dikarenakan sudah sepantasnya kita tidak saling tuding dan memojokkan salah satu pihak.
walaupun kita saat ini hidup di era modern, akan tetapi masih banyak dijumpai stigma negatif akan keberadaan masyarakat yang mengatasnamakan diri mereka Atheis**
**Atheis: tidak mempercayai dan menjalankan adanya konsep ketuhanan
Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, memang tidak diperbolehkan adanya suatu paham Atheis tumbuh di bumi Indonesia, oleh karena Indonesia berdasarkan atas: Ketuhanan yang Maha Esa. Hal itu mengharuskan setiap warga negaranya untuk berketuhanan.
Pesatnya arus pengetahuan, memang berdampak pada melemahnya sistem kepercayaan, yang berujung pada ketidakpercayaan. Namun, mari kita tidak mengadili lebih dini, akan adanya masyarakat modern, yang memiliki pemikiran yang lain, dan lebih nyaman memeluk pemikiran tersebut.
Saya pernah bersitegang, dengan saudaraku, dikarenakan saya sangat taat dengan ketuhanan yang saya pegang sejak kecil. Namun dia memberikan sentuhan lembut, dengan perkataan sederhana:
"Atheis mempunyai pemikiran tersendiri tentang ketuhanan, namun bukan berarti mereka tidak bertuhan. Tuhan atheis adalah pengetahuan, Tuhan atheis adalah ketidakadaan tuhan-tuhan yang diyakini oleh sistem kepercayaan yang ada saat ini"
Meskipun dia hanya sedikit berbicara, hal tersebut menampar keras paradigma dan cara pandangku terhadap Atheisme. Sejak saat itu, pemikiranku sedikit terurai dan tidak diskriminasi terhadap mereka yang berbeda dengan pola pikirku.
Saya rasa, atheis tidaklah momok yang menakutkan bagi keimanan kita, Atheisme berjalan melalui jalan mereka yang memang berbeda dengan jalan yang ditempuh oleh Thesime. Inilah warna yang timbul akan adanya kemajuan arus pengetahuan dan teknologi.
Selagi mereka masih manusia, maka mereka adalah sesama bagi kita manusia, dan sesama bagi kita yaitu ciptaan. Sehingga tidak ada lagi perbedaan hanya dikarenakan pemikiran yang berlainan.
Menyoroti Fenomena "Iman"
Indonesia adalah negara yang agamis, dan tidak bisa lepas daripada konsep ketuhanan. Beragam corak, warna, ritual, dogma, aliran, dan cara untuk mengaktualisasikan keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa. Keberadaan kemajemukan agama, adat, dan sistem kepercayaan yang ada membuat warna-warni keimanan warganya. Namun satu hal yang utama, meskipun berbagai macam cara ditempuh, bangsa ini tetap beriman kepada junjungan tertinggi dalam masing-masing sistem kepercayaan yang dipeluk.
berbicara soal iman, iman tidak bisa terlepas pada agama. Namun apakah sobat tau?, bahwa mungkinkah iman bisa muncul dalam pemikiran kita, tanpa adanya agama?
Iman merupakan anugerah terindah yang diberikan oleh Sang Adi Kodrati, yang mana, merupakan cara komunikasi universal Sang Pencipta kepada segenap ciptaan-Nya, demikian pula sebaliknya. Komunikasi tersebut melalui beragam bahasa, beragam bentuk ritual, beragam cara yang di percayai. Iman lebih kuat dibandingankan percaya.
Imam menjadi bagian dari kehidupan manusia, walaupun bagi mereka yang tidak mengenal agama sekalipun. Yaitu mereka mengimani akan keberadaan Sang Adi Kodrati, yang diwujudkan dalam gambaran-gambaran spiritual yang diyakini sebagai wujud eksistensiNya. Dengan adanya iman, manusia merasakan kenyamanan mempercayai sesuatu, dan merupakan kekuatan tersendiri dari dalam pikiran manusia, akan danya sesosok yang super yang mampu menanggung segala kesukaran hidup.
Meskipun beragam sistem kepercayaan, bahawa, adat dan budaya, namun sosok Sang Maha yang digambarkan dalam keimanan setiap orang, memiliki kesamaan karakteristik. Kesamaan tersebut antara lain bersifat: MAHA, Maha Segala hal: Maha baik, Maha Adil, dan sifat-sifat kebaikan yang digambarkan melekat dalam pribadiNya. Oleh karena ragam dan beraneka corak penggambaran tersebut, kemudian lahirlah agama sebagai wadah bagi sekelompok orang yang sama-sama meyakini suatu pribadi yang Maha. Di dalam agama diterapkan adanya hukum, adanya aturan, adanya konsep untuk menata kehidupan manusia, tentunya agar tidak kacau. Namun imanlah yang pertama kali hadir, baru kemudian agama mengikutinya, sebagai wadah institusional untuk melegalkan aktifitas ataupun ritualitas yang berkaitan dengan keimanan.
Peran Serta Agama di Era Modern
Ironis memang, manusia yang mengaku diri bertuhan di dalam agama yang dianut, saling menyalahkan antar pemeluk agama. Merasa diri paling benar dan melihat kelompok agama lain adalah salah. Stigma "Sesat" dan "Kafir" yang dihalalkan terucap, semakin membuka lebar jurang diskriminasi antar manusia.
Tampaknya, agama tidak mampu lagi menjalankan tujuan mulianya, dikarenakan adanya pembenaran-pembenaran subyektif yang melunturkan nilai-nilai hungungan humanisme. Agama agaknya hanya sebagai cover ataupun trend di era modern seperti sekarang ini. Lantas? Lebih Mulia kah manusia yang menyatakan diri beragama namun melupakan tujuan utama mereka, untuk berketuhanan di dalam agamanya?
Agama acapkali gagal menjalankan tugas mulianya, sehingga hubungan vertikal kepada Tuhan yang diimaninya menjadi sangat kontras dengan perilaku pemeluk agamanya. Apakah mungkin Tuhan yang Maha Baik menghendaki kita untuk saling melakukan kejahatan kepada sesama kita manusia, iman seperti itukah yang dikehendaki oleh Tuhan yang maha baik?, mari kita berpikir ulang dengan rendah hati mengkaji ulang akan hal tersebut.
Bertuhan di Era Modern, dari sisi keagamaan, banyak diantara kita yang secara tidak sadar memberikan diri dalam kepasrahan, dan mejadikan akal kita tumpul. Agama yang dibangga-banggakan semakin diperburuk dengan sikapnya yang anti-Pengetahuan, anti kemajuan science. Dan hal ini sangat tidak relevan dengan kemajuan kemoderenisasian. Agama tampak sangat kolot, tidak mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman.
Pernah saya berdialog dengan seorang tokoh, yang kebetulan bertemu di sebuah tempat ibadah, dan saya mengingat jelas perkataan beliau:
Pengetahuan mengandung racun dan madu secara sekaligus, ketika diminum bisa membunuh peminumnya, namun disisi lain bisa menyembuhkan penyakit kita, itu kembali bagaimana cara kita menggunakannya. Mengapa teknologi dan pengetahuan di era modern selalu dikonotasikan sebagai hal yang negatif?, itu karena para penggunanya yang tidak bertanggungjawab, yang hanya menggunakan kemudahan yang ada untuk memuaskan keinginan sesaat. Namun apakah kita menyadari? bahwa perkembangan pengetahuan dan teknologi juga membantu dalam kehidupan kita saat ini, seperti misal: ditemukannya obat untuk menyembuhkan kanker, ditemukannya vaksin-vaksin baru, atau adanya alat telekomunikasi yang hemat dan mudah, adanya alat-alat transportasi yang lebih ramah lingkungan, ditemukannya sumber energi terbarukan pengganti minyak bumi, dan masih banyak lagi kebaikan akan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sikap kita?
Pengetahuan dan teknologi bukanlah suatu momok yang menakutkan, hal tersebut merupakan anugerah dari Tuhan yang patut untuk disyukuri dan diteruskan, serta digunakan secara bertanggungjawab. Membuka diri akan adanya pemikiran-pemikiran modern, menjadi manusia yang berpengetahuan luas namun tidak melupakan keimanan. Bertuhan di Era Modern, memungkinkan kita untuk hidup berdampingan antar pemeluk agama lain, saling menjunjung tinggi persaudaraan dan kerukunan, untuk menciptakan suasana berkehidupan yang damai dan sejahtera.
Mari kita menjadi pribadi yang lebih bijaksana karena pengetahuan dan menjadi pribadi yang bertanggungjawab oleh karena iman, karena sejatinya IMAN dan PENGETAHUAN berjalan beriringan menuju KEBENARAN yang sama-sama diyakininya.
Pada kesempatan yang lain, Jhonna akan memposting kelanjutan daripada postingan pertama ini, masih dalam tema yang sama.
Imam menjadi bagian dari kehidupan manusia, walaupun bagi mereka yang tidak mengenal agama sekalipun. Yaitu mereka mengimani akan keberadaan Sang Adi Kodrati, yang diwujudkan dalam gambaran-gambaran spiritual yang diyakini sebagai wujud eksistensiNya. Dengan adanya iman, manusia merasakan kenyamanan mempercayai sesuatu, dan merupakan kekuatan tersendiri dari dalam pikiran manusia, akan danya sesosok yang super yang mampu menanggung segala kesukaran hidup.
Meskipun beragam sistem kepercayaan, bahawa, adat dan budaya, namun sosok Sang Maha yang digambarkan dalam keimanan setiap orang, memiliki kesamaan karakteristik. Kesamaan tersebut antara lain bersifat: MAHA, Maha Segala hal: Maha baik, Maha Adil, dan sifat-sifat kebaikan yang digambarkan melekat dalam pribadiNya. Oleh karena ragam dan beraneka corak penggambaran tersebut, kemudian lahirlah agama sebagai wadah bagi sekelompok orang yang sama-sama meyakini suatu pribadi yang Maha. Di dalam agama diterapkan adanya hukum, adanya aturan, adanya konsep untuk menata kehidupan manusia, tentunya agar tidak kacau. Namun imanlah yang pertama kali hadir, baru kemudian agama mengikutinya, sebagai wadah institusional untuk melegalkan aktifitas ataupun ritualitas yang berkaitan dengan keimanan.
Peran Serta Agama di Era Modern
Ironis memang, manusia yang mengaku diri bertuhan di dalam agama yang dianut, saling menyalahkan antar pemeluk agama. Merasa diri paling benar dan melihat kelompok agama lain adalah salah. Stigma "Sesat" dan "Kafir" yang dihalalkan terucap, semakin membuka lebar jurang diskriminasi antar manusia.
Tampaknya, agama tidak mampu lagi menjalankan tujuan mulianya, dikarenakan adanya pembenaran-pembenaran subyektif yang melunturkan nilai-nilai hungungan humanisme. Agama agaknya hanya sebagai cover ataupun trend di era modern seperti sekarang ini. Lantas? Lebih Mulia kah manusia yang menyatakan diri beragama namun melupakan tujuan utama mereka, untuk berketuhanan di dalam agamanya?
Agama acapkali gagal menjalankan tugas mulianya, sehingga hubungan vertikal kepada Tuhan yang diimaninya menjadi sangat kontras dengan perilaku pemeluk agamanya. Apakah mungkin Tuhan yang Maha Baik menghendaki kita untuk saling melakukan kejahatan kepada sesama kita manusia, iman seperti itukah yang dikehendaki oleh Tuhan yang maha baik?, mari kita berpikir ulang dengan rendah hati mengkaji ulang akan hal tersebut.
Bertuhan di Era Modern, dari sisi keagamaan, banyak diantara kita yang secara tidak sadar memberikan diri dalam kepasrahan, dan mejadikan akal kita tumpul. Agama yang dibangga-banggakan semakin diperburuk dengan sikapnya yang anti-Pengetahuan, anti kemajuan science. Dan hal ini sangat tidak relevan dengan kemajuan kemoderenisasian. Agama tampak sangat kolot, tidak mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman.
Pernah saya berdialog dengan seorang tokoh, yang kebetulan bertemu di sebuah tempat ibadah, dan saya mengingat jelas perkataan beliau:
"Dunia saat ini, telah jatuh di genggaman setan, adanya internet, sosial media, kemajuan ini adalah teknologi setan"Beliau dengan sangat serius menegaskan kepada saya, namun karena saya sangat menghormati pola pemikiran beliau, maka saya hanya tersenyum dan kemudian mencoba mendalami perkataannya. Pengetahuan dan Perkembangan teknologi, ibarat pisau bermata dua, yang satu sisi mampu memotong buah dengan tajam dan seketika itu juga mampu melukai jari kita. Itu semua tergantung cara penggunaan pisau tersebut.
Pengetahuan mengandung racun dan madu secara sekaligus, ketika diminum bisa membunuh peminumnya, namun disisi lain bisa menyembuhkan penyakit kita, itu kembali bagaimana cara kita menggunakannya. Mengapa teknologi dan pengetahuan di era modern selalu dikonotasikan sebagai hal yang negatif?, itu karena para penggunanya yang tidak bertanggungjawab, yang hanya menggunakan kemudahan yang ada untuk memuaskan keinginan sesaat. Namun apakah kita menyadari? bahwa perkembangan pengetahuan dan teknologi juga membantu dalam kehidupan kita saat ini, seperti misal: ditemukannya obat untuk menyembuhkan kanker, ditemukannya vaksin-vaksin baru, atau adanya alat telekomunikasi yang hemat dan mudah, adanya alat-alat transportasi yang lebih ramah lingkungan, ditemukannya sumber energi terbarukan pengganti minyak bumi, dan masih banyak lagi kebaikan akan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sikap kita?
Pengetahuan dan teknologi bukanlah suatu momok yang menakutkan, hal tersebut merupakan anugerah dari Tuhan yang patut untuk disyukuri dan diteruskan, serta digunakan secara bertanggungjawab. Membuka diri akan adanya pemikiran-pemikiran modern, menjadi manusia yang berpengetahuan luas namun tidak melupakan keimanan. Bertuhan di Era Modern, memungkinkan kita untuk hidup berdampingan antar pemeluk agama lain, saling menjunjung tinggi persaudaraan dan kerukunan, untuk menciptakan suasana berkehidupan yang damai dan sejahtera.
Mari kita menjadi pribadi yang lebih bijaksana karena pengetahuan dan menjadi pribadi yang bertanggungjawab oleh karena iman, karena sejatinya IMAN dan PENGETAHUAN berjalan beriringan menuju KEBENARAN yang sama-sama diyakininya.
Pada kesempatan yang lain, Jhonna akan memposting kelanjutan daripada postingan pertama ini, masih dalam tema yang sama.
Wednesday, September 25, 2013
Puisi Cinta kepadaMu Sang Maha Daya Cinta
Sang Maha Daya dari yang Maha Daya, adalah Engkau Sang Maha Daya Cinta
Oleh karena Kemahaan berdayaMu atas CintaMuEngkaulah yang Maha Berdaya akan Cinta
Segala CINTA dan CINTA
semua CINTA dan CINTA
Oh.... Indahnya Engkau Sang Maha Daya Cinta
Indahnya keindahan CINTAMU
Agung dan RayaNya CINTAMU
Terkesima kami, saat hati ini tersentuh CINTAMU
meleleh perlahan menuruni haru, saat lutut tak kuat menopang raga
CINTAMU sungguh menggetarkan jiwa dan menggoyangkan raga
itu semua karena CINTAMU
Saat malam terhiasi taburan bintang, itu CINTAMU
Saat pagi menampakkan cahayanya dan sapaan kicauan merdu, itu CINTAMU
Siang nan menyengat, tetumbuhan menanungi dengan dedaunan, itu CINTAMU
Saat sore hari, semua hewan aneka warna memasuki liangnya, itu CINTAMU
CintaMU mengalir sedemikian aliran sungai di musim penghujan
CintaMU menghujam serupa sinar mentari di musim kemarau
CintaMU meliputi hidup kami, seperti udara
CintaMU seumpama denyut jantung
CintaMU menghidupkan dan memberi kami kehidupan
Sang Maha Daya Cinta,
dengarlah seruan kami:
Sang Maha Daya Cinta
Penuhkanlah kami dengan CINTAMU
biarkanlah kami saling MENCINTA satu dengan yang lain
mencintai segenap CIPTAANMU sebagai ungkapan syukur kami atas CINTAMU yang TULUS
Sang Maha Daya Cinta
MencintaiMu adalah Mencintai sesama kami manusia, sesama kami pengembara insani. Biarkanlah Rasa Syukur kepadaMu kami turut limpahkan untuk mencintai SEMESTA karyaMu, dan segenap CiptaanMu.
Bumi, Langit, Tetumbuhan, hewan beraneka warna dan segala hal daripadaMu
Sang Maha Daya Cinta
Ijinkanlah kami mencintai Orang Tua, yang merawat kami seperti CINTAMU,
Mencintai Pemerintah yang berdaulat akan kami, seperti CINTAMU
Mencintai orang-orang sekeliling kami, sama seperti CINTAMU
ingatkanlah kami, mencintai MEREKA, seperti kami mencintai diri kami sendiri.
Sang Maha Daya Cinta
Hidup kami sungguh beruntung, karena CINTAMU
hidup ini selalu berwarna, bermakna, dan bernuansa ilahi, karena CINTAMU
Penuhkan kami dengan CINTAMU,
Wahai... Engkau... SANG MAHA DAYA CINTA
___Salam Keseimbangan Antar Ciptaan
Jhonna Studio 2013
Tuesday, July 16, 2013
Bhineka Tunggal Ika dalam Ketuhanan di Indonesia
Pada postingan kali ini, Jhonna ingin sedikit melankolis, akan sedikit lebih menyentuh sisi lembut dalam diri kita. Sisi itu adalah hati, iya benar !! hati nurani kita.
Segala bahasan, perbincangan ataupun diskusi, yang berhubungan dengan spiritual lebih membuat kita terhanyut kedalam sisi lembut dalam diri kita. Oleh karena yang disentuh daripada setiap kata yang didengar oleh telinga kita, akan menyentuh dengan lembut hati nurani ini, dengan sentuhan yang tidak terduga. Akupun merasakan hal tersebut, berkali-kali, kapanpun aku dengarkan kata demi kata, baik itu: di dalam perjalanan, di tepi trotora jalan, pada tempat kerja saya, pada tempat saya boleh beribadah, dan lebih sering pada diskusi hangat dalam keluarga saya.
Sentuhan-sentuhan lembut dalam sisi spiritual inilah, yang biasanya akan membawa dampak signifikan, sebagai pedoman untuk hidup kita keseharian. Kenapa disebut biasanya, karena mayoritas pendengar ataupun pembaca akan merasakan hal yang demikian, meskipun beberapa diantaranya tidak dapat merasakan sentuhan lembut tersebut.
Saudaraku... sahabatku dan pembaca setia,
postingan ini, saya harapkan dapat memberikan sensasi sentuhan-sentuhan lembut pada sisi terdalam diri kita, dan dalam beberapa ulasan kedepan nanti saya berharap, agar pembaca sekalian dapat secara bijaksana menyikapi setiap kata, kaliman dan ulasan-ulasan yang ada...
Salam Keseimbangan Antar Ciptaan ^_^
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Konsep Dasar Ulasan
Kita hidup dan berkehidupan, ditengah-tengah masyarakat yang sungguh sangat beragam, baik itu beragam suku, bahasa, etnis, dialek, pemikiran, latar belakang, status sosial. Lebih dari itu, diluar daripada kehidupan berbangsa dan bernegara kita, kita mengetahui bahwa Indonesia juga hidup ditengah beragam bangsa, beragam bahasa-bahasa dunia, beragam ideologi, dan berbagai macam bentuk ataupun pola kehidupan dunia. Keberagaman itulah yang sesungguhnya, memperkaya kehidupan setiap manusia, yang mau menyadarinya. Jika kita mau rendah hati, dan menyadari lebih mendalam, menyelusur kedalam pola kehidupan yangberagam tadi, kita akan menemukan adanya "garis tebal" yang menyatukan setiap perbedaan dan keragaman yang ada. Suatu itu adalah Tuhan.
Setiap peradaban, setiap suku, bahasa, kehidupan berbangsa, memiliki konsep akan adanya "suatu" junjungan tertinggi yang secara umum disebut sebagai Tuhan (bahasa Indonesia). Di Indonesia saja, yang mana setiap suku memberikan penamaan yang berbeda-beda kepada-Nya. Pemberian nama-nama yang notabene berbeda satu dengan yang lain tersebut, bukanlah tanpa makna, melainkan terbentuk atau tercipta oleh karena pengalaman pribadi setiap peradaban manusia mengenai sifat kebaikan yang disandangkan kepada-Nya.
Tuhan dalam bahasa Indonesia, dipakai oleh bangsa Indonesia dalam menghormati junjungan tertinggi, Sang Maha, yang Adi Kuasa/ Adi Daya akan segala hal. Kata tersebut nampaknya dipengaruhi adanya pengaruh bahasa melayu dari kata asal "tuan" yang Maha, atau bisa diartikan Sang Maha-Tuan. Kemungkinan terbesar mengapa disederhanakan penyebutannya menjadi "Tuhan", karena agar mudah diingat, dan dijadikan pedoman penyebutan dan pelafalan bagi setiap bangsa Indonesia, yang tidaklah mengurangi segala arti yang terkandung di dalamnya.
Sang Maha Tuan = Tuhan
Tuan adalah jabatan bagi seseorang yang mempunyai kuasa, mempunyai otoritas penuh, mempunyai kepemimpinan penuh, dan mempunyai kedaulatan yang penuh dan tidak terbantahkan oleh orang yang dikuasainya, dalam otoritas penuhnya, dipimpinnya dan dalam kedaulatannya.
Kemudian bila di sertai dua kata lainnya, yaitu Sang dan Maha, maka akan menjadi SANG MAHA TUAN, yang berarti: Beliau (Dia) yang Sangat berkuasa, mempunyai otoritas penuh dalam memimpin dan berkedaulatan atas kehidupan segenap ciptaan-Nya. Dan mempunyai makna mendalam, bahwa Sang Maha Tuan adalah Suatu (pribadi) yang lengkap, kepenuhan, sempurna dalam segala KEMAHAAN-Nya.
Kata pemersatu ini, saya ulangi TIDAK mengurangi arti ataupun makna dari berbagai keragaman nama-nama Beliau yang diberikan oleh bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Bahkan memiliki suatu kepenuhan makna yang menjadikan cerminan kehidupan keberagaman bagi setiap suku bangsa yang hidup dan berkehidupan di Negara Indonesia.
Mengapa bisa demikian, bukankah dipersatukan berarti menyeragamkan? bukankah seragam maka berarti mengkerdilkan keberagaman?
Saudaraku, bukan demikian yang seharusnya kita pikirkan.
Namun para pendiri Negara kita, telah berpikir secara bijak, menyikapi kemungkinan-kemungkinan negatif yang berkembang di dalam kehidupan ini. Oleh karena itulah, Indonesia yang notabene negara yang berdiri berazaskan hukum, mendasarkan ideologinya, dan mengaturnya baik itu pada Sila Pertama Pancasila dan juga dalam UUD 45.
Dipersatukan bukan berarti DISERAGAMKAN!
Seragam memang bagus dipandang, indah dilihat, dan elok diperhatikan, NAMUN taukah kita? bahwa seragam terkadang membuat kerdil cara hidup kita, mematikan kebebasan kita.
kata persatuan untuk junjungan tertinggi kita, yaitu TUHAN, bukan untuk PENYERAGAMAN, melainkan lebih bermakna menghubungkan kesamaan pandang ataupun presepsi kita memandang sosok junjungan tertinggi masing-masing daripada kita, dan BUKAN PENYERAGAMAN dalam penyebutan. Indonesia TIDAK pernah mewajibkan bahkan memaksa bangsanya, untuk harus menyebut TUHAN sebagai nama junjungan tertinggi bagi bangsa Indonesia.
Pemerintah Indonesia memberikan kebebasan sebebas-bebasnya kepada setiap pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang hidup di dalam negara ini, untuk memberikan kehormatan bagi junjungan tertinggi masing-masing, dengan berbagai nama.
Saudaraku, apakah kita masih mengingat selogan Negara kita?
iya benar:
"Bhineka Tunggal Ika" yang diambil dari sepenggal ayat dalam kitab Sotasoma, karangan empu Tantular. Yang mempunyai makna: "Berbeda-beda tetapi tetap satu juga", apakah kita masih ingat itu?
Negara Indonesia berdiri atas dasar keberagaman, perbedaan-perbedaan, dan kekayaan dalam warna budaya, bahasa, dialek, serta suku bangsa. Kita tau kita hidup dan berkehidupan ditengah kemajemukan yang ada nan Indah. Meskipun Berbeda, kita tetaplah satu. "Roh" itulah yang menjadi nyawa dalam makna kata TUHAN... meskipun berbeda-beda penyebutan dalam setiap sukunya, dalam setiap bahasa dan sialeknya, dalam kepercayaan dan agama setiap bangsanya, namun tetap sama. Tetap sama yaitu menunjuk arti kepada junjungan tertinggi yang merupakan wujud keterwakilan setiap perbedaan yang ada dalam negara Indonesia.
Indah bukan??
Tentu saja indah sekali, harmonis dan begitu MENDAMAIKAN. Itulah yang diharapkan bisa terjadi, sedang terjadi, dan terus akan terjadi dalam negara ini.
Hal sesederhana itu, bisakah mendamaikan? Bagaimana bisa !?
saudaraku, tentu saja sangat mendamaikan setiap kita.
saudaraku, tentu saja sangat mendamaikan setiap kita.
mari kita buat suatu contoh, adalah suatu suku bangsa di Indonesia yang menyebut junjungannya dengan sebutan "A", dan ada pula suatu kepercayaan lokal yang menyebut junjungannya dengan sebutan "B". Diluar itu semua saudara, ternyata ada pula agama yang juga mempunyai nama terhadap junjungannya, yang disebut dengan sebutan "C" (maaf: A, B, dan C tentulah bukan nama sebenarnya, ini hanyalah illustrasi agar tidak menyeret isu SARA, terima kasih ^_^ )
"A" dianggap suku bangsa itu, merupakan sebutan yang paling benar, dan sangat terhormat;
"B" juga demikian, dianggal oleh penganut kepercayaan lokal merupakan sebutan yang paling benar;
"C" juga demikian, merupakan sebutan yang juga paling benar oleh pemeluk suatu agama.
dari pola pemikiran, dan adanya sikap ingin menghormati junjungan masing-masing, maka akan berdampak adanya gesekan-gesekan yang berujung pada tindakan anrakis, demi suatu kehormatan pada junjungan masing-masing. Oleh karena itu, untuk meredam hal yang demikian, pemerintahan kita, dengan bijaksana MENJEMBATANI pola pemikiran setiap warga, untuk mau menyadari akan keberadaan kemajemukan yang ada, toh sebutan kepada masing-masing junjungan yang dipercayai adalah sama-sama TERHORMAT-nya, sama-sama MULIA-nya, sama-sama AGUNG dan sebagainya.
Dengan pengertian yang demikian, kita belajar akan:
- Kesadaran hidup, menyadari akan arti pentingnya hidup bersatu, hidup rukun, hidup sebagai PENCIPTA KEDAMAIAN (bukan hanya sebagai pencari kedamaian)
- Rendah Hati, kita diharapkan mampu mengendalikan ke-ego-an kita, mau melihat kedalam dan keluar diri kita, akan adanya rasa yang sama antar kehidupan berbangsa dan bernegara.
- Mengedepankan Pemikiran, jangan kita kembali menjadi bangsa yang non-intelektual, kolot, tidak cepat tanggap, menutup diri, dan kerdil dalam pemikiran. Kita adalah bangsa yang majemuk, maka kita harus mengutamakan kehidupan bersama dengan mengedepankan pemikiran rasional, demi kedamaian.
- Bertindak bijak, tindakan diawali daripada pemikiran, maka kita diharapkan mengawalinya dengan berpikir bijaksana, untuk dapat mempraktikkan tindakan-tindakan yang bijaksana. Seperti toleransi, seperti menghargai.
Berbeda-beda tetapi tetap satu jua, adalah pengingat bagi kita semua, bahwa Perbedaan bukanlah penghalang kita untuk tetap menghormati, menghargai dan menyadari keberadaan aneka ragam perbedaan yang mewarnai negara Indonesia ini.
Demikian kiranya, suatu persoalan sepele dalam penyebutan nama TUHAN pun, seharusnya tidak menjadi gusar bagi kita. Karena kita sudah mempunyai bekal pemikiran tentang keberagaman. Berbeda-beda istilah, sebutan, dialek, tulisan akan tetapi tetap satu makna, tetap satu tujuan, untuk junjungan tertinggi, TUHAN. Dan TUHAN sebagai pemersatu bagi keberagaman yang ada, betapa mendamaikannya...
Menjadi agen pendamaian dalam kebhinekaan merupakan cara kita mempertahankan kerukunan dan keamanan di Negara yang kita cintai bersama ini. Marilah kita bersama-sama menjaganya, agar tetap tercipta suasana yang indah dalam kerukunan keberagaman.
Salam Keseimbangan Antar Ciptaan
Thursday, May 9, 2013
Dongeng Timun Emas - Versi Jhonna Studio Part II
Kelahiran Sang Terjanji
--------------------------------------------------------------------------------------
Kisah Sebelumnya:
Raqia mengamati dari ketinggian langit. Hatinya bergejolak dan diantara dua pilihan: mengasihani Simbok Sambego lantas membiarkan Bibit Timun itu tumbuh, atau membunuh tanaman Timun itu tanpa sepengetahuan simbok.
--------------------------------------------------------------------------------------
Oleh karena takut salah mengambil kebijakan, Raqia bersama tim meluncur menghadap kepada Dewan Langit Selatan. Dialah salah satu Penasehat Agung, yang telah lanjut umurnya, mempunyai kebijaksanaan tinggi, berdaulat menentukan nasib Bhumi dan memberikan kebijaksanaannya untuk menentukan kebijakan terhadap Bhumi.
Raqia dengan kerendahan hati, menghadap Dewan Langit Selatan dan disambut oleh Kaum Bersayap Emas, tanpa basa-basi Raqia melaporkan pelanggaran yang dilakukan Wukir Seto, yang mana Wukir Seto telah melakukan kloning dan hibridisasi makhluk yang sangat tidak wajar. Suatu Perbuatan yang hanya boleh dilakukan oleh Oknum Langit. Wukir Seto membocorkan Rahasia Langit dan melakukan pelanggaran terhadap ketetapan langit.
Raqia bersama tim, mengendarai wahana Vimana menuju Langit Selatan |
Dewan Langit Selatan mendengarkan laporan tersebut dengan seksama, kemudian mengambil langkah tegas, mengumpulkan Ketujuh Dewan Langit lainnya untuk melakukan pertemuan penting, membahas kebijakan apa yang harus diambil. Beberapa waktu kemudian ketujuh Dewan Langit dari berbagai tempat berkumpul menemui Dewan Langit Selatan, dan bergegas memasuki Aula Kebijaksanaan, dan menutup rapat-rapat pintu Aula yang dijaga oleh dua pengawal bersayap Emas, untuk mengamankan pertemuan tersebut.
Sunday, May 5, 2013
Dongeng Timun Emas- Versi JhonnaStudio Part I
Separuh Pengharapan
Penikmat Dongeng seantero tanah air, pada kesempatan ini, Jhonna hendak memberikan suatu pandangan baru mengenai sebuah dongeng, yang sebenarnya sudah sering kita baca, ataupun dengarkan sewaktu kita masih kecil dulu...
------------------------------------------------------------------------------------------------
Zaman dahulu kala, disaat kaum raksasa bercokol di Tanah Bhumi ini, terjadilah suatu ketidakseimbangan alam dan semakin terpuruklah keadaan manusia, kehidupan manusia menjadi tidak teratur dan menjadi "tidak berhukum", manusia bertindak seturut dengan kehendak hatinya, menuruti ego semata. Manusia hidup dalam tekanan, dimana hidup mereka diwajibkan untuk tunduk dalam tekanan superior kekuasaan Raksasa kejam dan bengis.
Tidak pernah ada yang mengetahui, darimana kaum raksasa itu datang. Sepanjangan ingatan manusia, raksasa-raksasa itu sudah lama mendiami daerah di Dataran Medang Kasunyatan, menjadikan manusia sebagai buruh, guna mendirikan kerajaan Raksasa yang sangat megah di sebuah Gunung yang bernama "Watu Oling". Raksasa yang kejam, dan bertindak seenak hati mereka, memaksa manusia untuk bekerja keras untuk menjadi pekerja-pekerja bagi mereka, memenuhi segala kebutuhan para raksasa. Selain kuat dan perkasa, kaum raksasa ini sangat ahli dalam ramu-ramuan dan sihir, sehingga manusia menjadi sangat takut, dan tidak berani menentang kehendak Kaum Raksasa. Jika ada manusia yang menentang kehendaknya, maka raksasa tak segan-segan menyebarkan wabah untuk menyerang pemukiman manusia, sehingga banyak manusia yang mati.
Wednesday, May 1, 2013
Kitab Henokh, Mengungkap Tabir Human-Hybrid (Ras Manusia-Malaikat)
Opening
Kegemaranku semenjak kecil adalah membaca buku, terutama buku-buku bergambar bergenre fantasi. Dari Fantasi itulah yang membuatku memiliki imajinasi untuk mengkonsepkan alur cerita kedalam dunia berpikirku. Hal itu kulakukan terus menerus, aku gunakan dalam cara belajarku di sekolah sampai dengan lulus kuliah, konsep berpikir ala Jhonna.
Bagaimana itu terjadi?
ku lakukan pembacaan, aku cerna dalam-dalam makna kata-per-kata, kemudian ku-visualisasikan dalam proyeksi di pikiranku, alhasil aku ciptakan dunia dalam imajinasi. Hal itu sangat membantuku, disaat ingin memuaskan diri dengan cerita-cerita yang tidak dibarengi dengan gambar-gambar penunjang, seperti dalam buku Novel. Akan sangat bosan tentunya. Terkadang apa yang aku proyeksikan dalam alam pikirku, menjadi sangat berbeda dengan apa yang orang lain lakukan. Itu semua tergantung daya imajinasi dan kreatifitas berpikir.
ada satu pengalamanku, saat aku di sodori sebuah print-print-an buku, yang cukup tebal. Dan si-pemberi berharap aku membacanya, dia bermaksud agar aku membacanya, mendalaminya, dan dia minta menceritakkannya kepadanya menurut versiku, menurut duniaku, menurut cara proyeksiku terhadap naskah tersebut. Kertas-kertas itu hanya di klip dengan klip paper, tanpa dijilid, nampak sekali bahwa si-pemberi tergesa-gesa berharap aku bisa merampungkannya.
aku terperanjat, saat membaca judul covernya
"Kitab Henokh...!!!? sepertinya aku pernah mengenal nama ini.... " gumamku.
Sunday, April 28, 2013
Kekekalan Tidak Pernah Diciptakan
malam ini rasa-rasanya
Insomnia aku kumat, sudah beberapa kali
merubah posisi bantal, mengubah posisi tidur, sampai membuat susu agar aku bisa lekas tidur. Namun semua itu sia-sia
belaka... aku kepikiran salah satu kejadian saat mengajar Sunday School...
Nah... daripada pusing
mikirin gag bisa tidur, mendingan aku share saja sedikit pengalaman yang yahh...
mudah-mudahan sedikit bermanfaat untuk kita semua.
Langsung saja, kita
menuju ke TKP !!!
Pernah suatu ketika, aku
mendapatkan jadwal untuk menjadi
"guru pengganti" dalam aktifitas Sunday School dan memang begitulah
adanya, guru tanpa tanda jasa beneran ini!!! soalnya tak berbayar, alias
bener-bener pelayanan. Dan pada kesempatan yang menurutku indah itu, sengaja aku
ambil tema aktifitas belajar yaitu:
"Hari Penciptaan". Anak-anak sangat riuh sekali pada awalnya, mereka
asik bermain sendiri, sesekali ada yang berlarian kesana-kemari, melakukan
hal-hal usil mengganggu temannya. Dan, karena waktu sudah menunjukkan jam 07.00
tepat, mau gag mau, siap gag siap kegiatan Sunday School harus aku mulai.
Ternyata diluar dugaan,
kondisi yang awalnya sangat riuh, berangsur membaik. Anak-anak mulai duduk
dengan rapi saat aku mulai berdiri di
depan kelas, dan memulai kegiatan. Rasanya sungguh sangat luar biasa,
"Thanks God !!!" gumamku, bersyukur atas kondisi yang sangat
membantuku kala itu.
Aktifitas berjalan
seperti biasa, kubuka dengan bernyanyi. Anak-anak ada yang malu-malu, ada yang
masih terlihat ngantuk, adapula yang sangat antusias, mengikuti setiap gerakan
yang aku ajarkan dalam lagu-lagu riang.
Tiba saatnya aku harus membagikan renungan...
hal yang paling aku khawatirkan, soalnya takut jika saja anak-anak
tidak tertarik dengan apa yang aku bawakan. Tapi itu semua haru aku kikis, but
show must go on!!!. Aku keluarkan beberapa potongan kertas warna-warni, ada
yang berbentuk matahari, bulan, bintang-bintang, tumbuhan, burung, ikan, dan
bumi, itu semua aku persiapkan malam hari sebelum kegiatan berlangsung.
Mulai terlihat ekspresi
penuh tanya anak-anak di kelas itu, ada anak yang sangat ingin tahu, yang
kebetulan duduk di dekatku kala itu, dan mengambil salah satu kertas berwarna
kuning, yang berpola matahari... sambil bertanya: "Kak... ini matahari
kan.." dan aku tersenyum serta mengangguk, "iya benar sekali"
kemudian waktu dapat aku kuasai
dengan baik.
Memang tak mudah mengkisahkan suatu kisah penciptaan kepada anak-anak usia kecil, oleh karena keterbatasan daya tangkap mereka, dan cara mereka mencerna kata-kata, kemudian mengelolanya dalam pikiran kecil mereka. Sehingga diperlukan suatu usaha yang sangat extra untuk dapat menyampaikan maksud dan tujuan renungan tersebut. Lebih repotnya lagi, kalo mereka menanyakan pertanyaan yang sulit, sehingga perlulah kita memiliki bekal yang cukup, untuk dapat menjawab dan memberikan pernyataan yang tepat kepada mereka. Waluaupun kebanyakan daripada pertanyaan-pertanyaan tersebut, cenderung hanya spontanitas terbersit dalam pikiran anak-anak, namun kita juga tidak boleh salah dalam menjawab. Karena di usia seperti itu, anak-anak akan meresapi dan sangat mengingat apa yang pernah diberitahukan kepada mereka.
Tapi yang membuat aku keheranan, anak-anak zaman sekarang memang lebih canggih, dan kritis dalam pola pikirnya, sehingga pertanyaan merekapun sangat kritis.
Adalah salah satu siswa didik di Sunday School kala itu, sewaktu aku menyampaikan tentang hari-hari penciptaan, dia sibuk dengan crayon dan buku gambarnya. Dia corat-coret, dan menggambar apa yang aku ceritakan. Bukunya penuh dengan warna, dia menggambar matahari, bintang-bintang, tumbuhan, hewan-hewan, persis seperti apa yang aku sampaikan. Kemudian, aku melihat dia berhenti sejenak, seakan kebingungan. Dia menyentuh pelipis kepalanya dengan jari yang masih memegang crayon berwarna hijau, sehabis menggambar pohon.
Anak tadi mengacungkan jarinya, berharap ada waktu bagi dia untuk bertanya. Aku sangat kaget, karena ada yang memotong pembicaraanku dengan kalimat sederhana: "Kak tanya.. kak tanya...!!"
aku iyakan pintanya, dan semua pasang mata anak-anak dan saya, tertuju padanya. Dia langsung melanjutkan dengan bertanya: " Heemmm... kata kakak, Tuhan menciptakan terang, terus cakrawala, terus tanah dan air, tumbuhan, matahari, bintang, hewan dan manusia...." dia berhenti sejenak untuk berpikir; dan aku menjawabnya: "Iya benar sekali, Tuhan menciptakan segalanya..."
si anak itu kembali melanjutkan pertanyaannya: "Terus kak... siapa yang menciptakan Tuhan?"
**** JEEEEEGGGLLLERRRRRR !!!!! *** (sound-effect: Halilintar di pagi bolong)
Aku sangat kikuk, sangat kaget dan perasaan bercampur aduk sesaat setelah mendengar pertanyaan anak yang kira-kira berumur 7-8 tahun itu. Namun aku harus menyampaikan jawaban yang baik, mengingat pentingnya ucapanku saat itu, oleh karena didengar banyak telinga.
"Begini ya adik-adik yang manis... Tuhan adalah Sang Pencipta, Dia adalah Maha-segala-galanya, Maha Kuasa, Maha Bisa, Maha Pencipta, dan Maha dari segala yang Maha, sehingga Tuhan itu tidak ada tandingannya, oleh karena itu Tuhan tidak diciptakan, karena Tuhan adalah Sang Pencipta itu sendiri.... " dengan nada yang lembut, agak sedikit diberi penekanan, dan suasana berubah menjadi sangat hening seketika itu juga... dan si anak tadi kembali menggambar pohon setelah berkata: "Okey kak... "
Fiyuhhhh.....!!! aku menghela nafas yang panjang... dan masih terheran-heran sampai saat ini, dengan perkembangan anak-anak di era modern. Sangat berbeda jika dibandingkan dengan masa aku kanak-kanak dahulu. Masa itu aku hanya taat (manut) yang diajarkan oleh Kakak Guru Sunday School.
Nah... sobat...
itu tadi sedikit kisah yang pernah aku alami, Entah mengapa dunia ini semakin pesat berkembang.
Arus informasi berjalan dengan sangat cepat, media elektronik tak henti-hentinya memberikan kepada pemirsanya arus informasi dan juga pengetahuan.. sehingga generasi sekarang adalah generasi yang kritis dalam berpikir. Generasi anak-anak sekarang tidak hanya disuguhi oleh tontonan kartun atau animasi sewajarnya pada umur mereka. Tontonan yang notabene berlaberl "Tontonan Anak"pun kini terlihat sangat berat sekali, dengan suguhan cerita yang lebih cocok dilihat oleh prang dewasa, yang membutuhkan pemikiran dan alur logika yang komples. Sehingga dapat disimpulkan anak-anak era modern, mempunyai kedewasaan alur berpikir yang lebih cepat dibandingkan anak-anak di zamanku dulu.
Namun sungguh disayangkan, akan hal tersebut.
Ibarat pisau bermata dua, pengetahuan selain membawa efek positif dia juga membawa dampak negatif bagi kita. Banyak terlahir kaum Skeptis akan Norma-Norma Agama dan Kepercayaan. Banyak diantara mereka yang meragukan kebenaran akan firman dan ayat-ayat suci yang terkandung di dalam agama. Mereka beranggapan bahwa mereka akan percaya bila melihat dengan mata mereka sendiri. Dengan pertanyaan-pertanyaan yang sebetulnya sangat menjerat mereka kedalam pusaran "ketidak mampuan berpikir", keterbatasan daya pikir dan pola logika.
Permasalahannya adalah:
"Siapa yang menciptakan Tuhan?" hanyalah segelintir pertanyaan yang dapat menjerat hidup kita kedalam suatu kebimbangan hidup. Dan masih banyak lagi, pertanyaan yang dilontarkan oleh kaum skeptis agama, yang bertujuan untuk meruntuhkan dokma suci dan kemudian menggantikannya dengan pemikiran yang mereka pikir lebih "rasional".
Mereka yang seharusnya menggunakan pemikiran pengetahuan mereka untuk mendukung dokma agama, yaitu orang-orang yang dikategorikan pandai, bahkan jenius yang menyandang profesi sebagai ilmuwan, malahan mereka sendirilah yang berpikiran skeptis akan norma keagamaan dan keimanan, oleh karena cara pandang mereka sangat berbeda dengan cara pandang ahli-ahli kitab dan para pemuka agama.
Ilmu Pengetahuan berdasar pada apa yang dilihat, dianalisis, menjadi suatu kajian dan dibukukan dalam suatu keabsahan teoritis. Berbeda dengan keagamaan yang menitik beratkan pada sebuah nilai kepercayaan. Keimanan memberikan kenyamanan kepada para penyandangnya untuk mempercayai sesuatu, mengharapkan sesuatu, tanpa pernah mendapatkan suatu bukti-bukti yang otentik yang sah dan yang sangat bisa dicerna dengan akal dan juga logika manusia. Agama sudah tidak relavan lagi, agama sudah ketinggalan zaman tidak dapat memberikan kebutuhan "pengetahuan" di era modern seperti saat ini. Disinilah perbedaan kacamata yang digunakan untuk melihat, antara Ilmuwan dan Agamawan.
Siapa yang menciptakan Tuhan...
Ilmuwan mempunyai suatu prespektif bahwa, Alam semesta ini terbentuk secara kebetulan bermula pada ledakan super dahsyat BIG BANG, dan betul-betul terbentuk secara alamiah dan kontinyu, tanpa campur tangan suatu apapun. Hanyalah energi yang menciptakan, memproses dan merombak. Prosesan alamiah ini membuat keadaannya tetap stabil dengan hukum-hukum alamiah yang tetap stabil. Tidak ada Tuhan di dalamnya, sama sekali.
Namun hal itu berbeda dengan pola pikir saya, yang memang terlahir dalam keluarga yang taat dalam keimanan kepada Tuhan. Saya lebih sangat nyaman, jika mempercayai adanya campur tangan Yang Maha Kuasa, Yang Maha Bisa, dan Yang Maha Segalanya untuk menjadikan segala sesuatu realita kehidupan sampai dengan saat ini. Dan kenyamanan itu menyertai pemikiranku yang sudah terlanjur nyaman dengan pemikiran tersebut. Entah mengapa, saya merasa enjoy dan merasa tenang, disaat menaruh konsep adanya Tuhan di dalam segala hal kehidupan ini, di dalam setiap saat putaran waktu kehidupan semua makhluk. Perasaan nyaman yang tidak dapat terkatakan. Bagiku adanya konsep Tuhan sebagai Pencipta, membuatku lebih tenang, damai, oleh karena ada sesosok Adi Kodrati yang berkemampuan Maha, yang senantiasa akan menolong ciptaan-Nya. Aku tidak akan kuat, jika harus berpikir dengan sudut pandang para skeptis agama, hidup ku tak akan bertahan tanpa adanya campur tangan kekuatan yang MahaSegalanya.
Lantas... Point kita
Tuhan itu diciptakan atau menciptakan??
Jika anda tidak nyaman dalam keimanan, maka akan jawaban yang akan muncul "DICIPTAKAN"
tapi karena saya merasa nyaman akan pemikiran saya, sehingga saya menjawab "TUHAN ITU MENCIPTAKAN"
----------------------------------------------------------------------------------------
PENEKANAN POSTINGAN!!!
Segala bentuk yang berkaitan dengan kekekalan (eternal), yaitu segala yang tidak berusia (forever), sesuatu yang tidak terbatas (infinitif), yang tidak bisa dibatasi , dan segala sesuatu yang bersifat absolut TIDAK pernah berawal dan juga berakhir.
segala bentuk kekekalan, tidak pernah diciptakan ataupun dimusnahakan. Kekekalan merupakan realita yang sesuai dengan sifatnya yang kekal, dan atas fungsi dasarnya yang abadi. Oleh karena tidak berbatas dan berusia, maka selama-lamanya akan tetap berkarya, melakukan aktifitas KEMAHAAN-NYA yang tidak terbatas. Dan segala atribut yang melengkapinya yang juga bersifat kekal, adalah tanpa awal dan akhiran.
Kita adalah penentu kebijakan di masa depan nanti, dan dari pemikiran kitalah yang menjadi bekal untuk masa depan, untuk anak cucu kita kelak. Agar apa yang saat ini kita junjung sebagai suatu hal yang baik dan mulia, maka kita harus melengkapi diri dengan pengetahuan, bawasannya agama tidaklah monoton kuno. Agar agama tetap up to date dalam segala zaman, maka ada baiknya kita membuka cakrawala pemikiran kita seluas-luasnya.
Kita adalah penentu kebijakan di masa depan nanti, dan dari pemikiran kitalah yang menjadi bekal untuk masa depan, untuk anak cucu kita kelak. Agar apa yang saat ini kita junjung sebagai suatu hal yang baik dan mulia, maka kita harus melengkapi diri dengan pengetahuan, bawasannya agama tidaklah monoton kuno. Agar agama tetap up to date dalam segala zaman, maka ada baiknya kita membuka cakrawala pemikiran kita seluas-luasnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Mohon Perhatian ^^
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Buat Sobat-Jhonna, pembaca setia blog saya:
Terima kasih atas kesetiaannya membaca ataupun membagikan Informasi yang Jhonna sajikan. Alangkah bahagianya, jika Sobat tidak berkeberatan untuk MENCANTUMKAN alamat blog jhonnastudio.blogspot.com, saat sobat meng-copy dan mem-pastenya dan kemudian Sobat MEMBAGIKANNYA pada forum lainnya...
Salam Hangat...
Salam Keseimbangan Antar Ciptaan...
by: JhonnaStudio
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------